Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Senin, 16 April 2012

Techno Park, Penopang Industri Padat Modal

BATAM CENTRE-Rencana Badan Pengusahaan (BP) Batam untuk memprioritaskan industri padat modal di Batam akan dilakukan dengan menyiapkan kawasan industri penopang berteknologi tinggi (hi-tech), Techno Park. Pembuatan Techno Park telah masuk dalam road map BP Batam 2025 untuk arah pembangunan kawasan industri Batam.
Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Humas BP Batam, Dwi Djoko Wiwoho menyatakan, dalam Road Map Batam 2025, jenis industri yang bisa dinvestasikan di kawasan FTZ Batam diarahkan untuk industri padat modal. Industri padat modal merupakan industri yang didukung dengan teknologi tinggi, sehingga mengurangi kebutuhan sumber daya manusia dalam operasional produksinya.

"Pembuatan Techno Park ini sangat penting sebagai kawasan riset teknologi untuk menopang pengembangan industri padat modal," ujarnya, kemarin.

Pembangunan Techno Park akan dilakukan dalam kawasan industri yang didukung dengan fasilitas dan teknologi tinggi. Seperti menjamin ketersediaan listrik dan air yang stabil dan memiliki pengendalian dampak lingkungan yang baik. Dengan fasilitas itu, riset teknologi dan industri padat modal dapat dijaga keberlangsungan operasionalnya.

"Sebenarnya setiap Kawasan Industri sudah dirancang untuk industri Hi-tech dan untuk Techno Park kita sedang buat kajiannya terlebih dahulu," katanya tanpa menyebutkan kawasan industri mana yang lebih cocok untuk industri padat modal ini.

Menurut Djoko, pengalihan ke industri padat modal ini membutuhkan proses dan tahapan yang tidak bisa dilakukan sesegera mungkin. Namun arah menuju ke industri padat modal tetap akan dilakukan dengan penyediaan fasilitas dan kawasan industri berteknologi tinggi yang mendukung. Ini perlu waktu, sebagaimana peralihan dari industri manufaktur pada awal Batam dibangun dan sekarang lebih ke arah industri shipyard.

Saat ini, keberaadaan kawasan industri di Kota Batam yang mendukung untuk kegiatan industri padat modal masih minim. Diperkirakan hanya sekitar 20% dari jumlah kawasan industri di Batam yang layak untuk industri padat modal.

"Nanti lama kelamaan akan beralih ke industri padat modal atau Hi-tech, karena Kawasan Industri disini juga ada yang dirancang untuk itu," jelasnya.

Sebelumnya, Ketua Otorita Batam (BP Batam) periode 1976-1978, JB Sumarlin dalam peluncuran buku "Mengungkap Fakta Pembangunan Batam" di Politeknik Negeri Batam, Kamis (12/4) juga menyarankan agar Batam saat ini diarahkan ke industri padat modal. Mengingat Batam memiliki letak yang strategis dengan negara luar seperti Singapura, namun luas wilayah terbatas.

"Batam memiliki luas terbatas, hanya 416 km. Lebih baik diprioritaskan untuk industri padat modal," ujarnya.

Dengan memprioritaskan industri padat modal, ketersediaan lahan yang ada dapat lebih dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sehingga keberadaan Batam mampu memberikan peran besar bagi perekonomian dan pembangunan nasional. Begitu juga sebaliknya, perekonomian nasional juga memiliki kontribusi bagi pembangunan di Kota Batam.

JB Sumarlin menjelaskan, dengan diarahkan ke industri padat modal, Batam akan tetap mampu menampung industri. Karena industri padat modal hanya membutuhkan "space" yang sedikit.

"Dengan demikian Batam tetap akan berkembang dan mampu menampung banyak industri. Sementara industri yang membutuhkan banyak lahan bisa dikembangkan di sekitarnya," jelasnya.

Menurut mantan Menteri Keuangan era Presiden Soeharto tersebut, meski saat ini Batam sudah jauh lebih maju dibandingkan sejak pertama kali dikembangkan, namun belum seluruh pencapaian sesuai dengan rencana awal. Salah satunya untuk menciptakan Batam sebagai Kota "Hi-Tech".

"Rencana awal memang dijadikan kota 'Hi-Tech, namun walaupun saat ini sudah maju namun tidak serta merta sesuai dengan rencana awal. Masih banyak yang harus dorong," kata dia.

Untuk melanjutkan arah pengembangan industri "Hi-Tech" ataupun padat modal, pemerintah harus serius menyediakan infrastruktur pelabuhan bebas di kawasan Batam yang memiliki kedalaman laut minimal 12 meter. Sehingga bisa digunakan untuk labuh tambat kapal-kapal besar.

"Fasilitas pelabuhan itu harus dipenuhi untuk 'Hi-Tech'. Jadi perlu ada prasarana untuk "Hi-Tech' dan padat modal," pungkasnya. ***(Zaki, Batam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar