Rabu, 18 September 2013 ( sumber : Batam Pos )
Proyek perbaikan jalan Duyung, Jodoh, tepat di depan Pasar Induk sampai arah Novotel dan DC Mall yang pengerjaanya terbengkalai, dikeluhkan pengusaha dan pengguna jalan. Tak sedikit pengendara yang terjerembab ke lubang yang tertutup air saat hujan.
“Jalannya membentuk kubangan yang dalam. Sudah bisa jadi tempat budidaya lele,” kata Ketua Dewan Penasehat Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepri dan Batam, Abidin Hasibuan, Selasa (17/9) melalui sambungan telepon.
Bos PT Sat Nusapersada Tbk ini mengaku, Minggu (15/9) malam lalu saat akan menghadiri resepsi pernikahan salah seorang managernya di Hotel Pacific, mobil Alphard yang ia kendarai terjerembab ke dalam kubangan yang cukup dalam di ruas jalan Duyung itu. Ia tak mengira kalau kubangan yang tertutup air hujan itu cukup dalam.
Namun yang paling membuat ia prihatin, di saat bersamaan, ia melihat sendiri seorang ibu bersama anak-anaknya yang masih kecil-kecil mengendarai Honda Civic, juga terjerembab ke kubangan tepat di samping kendaraanya. Karena terkejut, anak-anak si ibu tersebut menangis histeris.
“Kan kasihan, untung ada tukang ojek yang baik hati menolong mereka sehingga mobilnya bisa keluar dari kubangan itu,” ujar Abidin. “Coba kalau orang jantungan, bisa mati di tempat.”
Bukan hanya dia yang merasakan buruknya ruas jalan itu, ratusan bahkan ribuan masyarakat, khususnya pekerja industri di Batuampar, tiap hari harus melalui ruas jalan jelek itu. Abidin sudah mendapat laporan dari pengelola Hotel Pacific, Novotel, dan beberapa hotel berbintang lainnya di Jodoh yang tamu-tamunya mengeluhkan kondisi ruas jalan tersebut. Apalagi jaraknya dari kedua hotel mewah ini hanya beberapa meter, sehingga debunya berterbangan hingga ke hotel.
“Hujan berkuah, kering berdebu. Benar-benar memperihatinkan,” kata Abidin.
Tak hanya itu, sejumlah industri yang kendaraannya tiap hari melalui jalan ini mengangkut pelat maupun pipa baja dari pelabuhan Batuampar ke sejumlah industri Shipyard di Sekupang, juga mengeluhkan kondisi jalan yang sudah dua bulan terbengkalai itu. Orderan barang menjadi lebih lambat sampai ke tujuan karena harus mengurangi kecepatan saat melalui ruas jalan tersebut.
Menurut Abidin, keluhan pengusaha dan masyarakat pengguna jalan tidak boleh dianggap remeh. Pasalnya, pengusaha dan masyarakat adalah pembayar pajak. Miliaran bahkan triliunan rupiah hasil pajak kendaraan maupun pajak usaha lainnya dibayarkan setiap tahunnya, sehingga sudah seharusnya pengusaha dan masyarakat menikmati jalan yang mulus.
Abidin meminta Pemko Batam, BP Batam, Pemprov Kepri, DPRD Batam, dan DPRD Kepri untuk turun tangan. Siapapun yang punya proyek dan perusahaan manapun yang mengerjakannya, kata Abidin, pengusaha dan masyarakat tidak mau tahu. “Kami maunya jalan itu cepat diperbaiki karena sangat menganggu,” tegasnya.
Kalaupun itu proyek Dinas PU Pemprov Kepri, tetap saja Pemko Batam, DPRD Batam, dan BP Batam tidak boleh berdiam diri. Pasalnya, ini menyangkut kenyamanan pengguna jalan. Abidin meminta Wali Kota Batam Ahmad Dahlan dan Wakil Wali Kota Rudi, gubernur maupun wakil gubernur Kepri untuk mencoba melalui ruas jalan tersebut, agar bisa merasakan langsung betapa jeleknya.
Abidin bahkan menyoroti Piala Adipura yang belum lama ini diraih oleh Batam yang pialanya diberikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurutnya, penghargaan itu tidak ada artinya di mata masyarakat kalau infrastruktur seperti jalan dibiarkan rusak.
“Kalau para anggota dewan tak berani turun tangan, hanya diam saja, masyarakat tak usah pilih lagi pada pemilu 2014 nanti. Percuma,” ujar Abidin, kecewa.
Seharusnya, kata Abidin, para wakil rakyat dan pengguna anggaran sudah tahu apa yang harus dilakukan saat sebuah proyek vital begitu terbengkalai atau pengerjaanya lamban.
Secara teknis saja, kata Abidin, pengerjaan proyek perbaikan jalan itu sudah keliru. Aspal di dua ruas jalan itu dibongkar bersamaan, lalu dibiarkan terbengkalai hingga membentuk kubangan begitu hujan turun.
Mestinya, kata mantan Ketua Apindo Batam ini, satu ruas jalan dulu yang dibongkar dan ditutup, satu ruas lainnya dibuka. Setelah pengerjaan satu ruas selesai, baru ruas jalan yang dibuka tadi dikerjakan dan yang sudah selesai pengerjaanya dibuka.
“Kondisi ini juga menggambarkan betapa lemahnya pengawasan pengerjaan proyek tersebut. Padahal, Jalan Duyung itu daerah kota, pusat bisnis, tapi dibiarkan terbengkalai,” ujar Abidin, kecewa.
Abidin mengaku mengkritisi kondisi jalan tersebut karena merasa terpanggil. Ia berencana mengirimkan gambar kondisi jalan itu ke twitter Presiden SBY, jika dalam beberapa pekan ke depan tetap tidak ada kemajuan pengerjaanya.
“Saya akan katakan ke pak presiden, beginilah kondisi jalan kota yang baru bapak beri piala Adipura,” katanya.
Sementara itu, Direktur PTSP dan Humas BP Batam Djoko Wiwoho mengatakan, proyek perbaikan jalan Duyung itu milik Dinas Pekerjaan Umum Pemprov Kepri, bukan proyek BP Batam. (nur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar