Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Selasa, 10 September 2013

Kuota Impor Hortikultura Ke Batam Belum Digunakan

Selasa, 10 September 2013  ( sumber : Haluan Kepri )
 
Importir Tak Ada Jaringan

BATAM (HK) - Kementerian Pertanian (Kementan) telah memberikan kuota impor hortikultura untuk periode Juli-Desember ke Batam sebanyak 1.180 ton. Namun, hingga kini kuota tersebut belum digunakan karena satu-satunya importir yang telah mengantongi izin Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) dari Kementan, mengaku tidak memiliki jaringan di negara yang ditentukan.

Demikian disampaikan Direktur Lalu Lintas Barang Badan Pengusahaan (BP) Batam Fathullah melalui sambungan telepon genggamnya, Senin (9/9). "Batam mendapat kuota impor 1.180 ton produk hortikultura, tetapi belum digunakan," Fathullah.

Ia mengatakan, negara yang disetujui oleh Kementan bukan langganan perusahaan yang telah mengantongi RIPH tersebut dan tidak memiliki jaringan di sana, sehingga importir belum melakukan impor.

Kasi Humas BP Batam Yudi H Purdaya mengatakan, kuota impor hortikultura untuk Batam periode Juli-Desember 2013 sebanyak 1.108 ton. Terdiri dari bawang merah asal Thailand sebanyak 85 ton, bawang merah asal Vietnam sebanyak 85 ton, bawang bombay asal Cina sebanyak 38 ton, bawang bombay asal New Zealand sebanyak 38 ton.

Kuota wortel asal Cina sebanyak 149 ton, orange segar dari Cina sebanyak 114 ton, jeruk mandarin dari Cina 224 ton, lemon dari Cina sebanyak 19 ton, lengkeng dari Thailand sebanyak 320 ton dan durian dari Thailand sebanyak 108 ton. "Total kuota impor yang diberikan sekitar 1.180 ton untuk Batam," ujar Yudi.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Kepri Ir Cahya dimintai tanggapan terkait minimnya realisasi impor mengatakan, hal itu terjadi karena hanya ada satu pemain untuk wilayah Batam. "Satu pemain berpotensi menyebabkan monopoli, karena itu kita suarakan masalah ini sejak beberapa waktu lalu, tetapi belum juga digubris oleh pemerintah," ujar Cahya.

Namun begitu, Cahya menyebutkan, baru-baru ini ia mendapat informasi dari pelaku impor bahwa karena melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar  Amerika Serikat telah membuat pemerintah melonggarkan aturan impor agar kebutuhan di dalam negeri tercukupi.

"Saya mendapat informasi dari importir bahwa gejolak Rupiah telah membuat pemerintah memperbolehkan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, seperti daging sudah ditambah kuota impor, begitu juga untuk sayur, buah dan kedelai," ujar Cahya.

Namun, sebut Cahya, yang kerap menjadi permasalahan bagi importir di lapangan, yaitu penentuan negara impor. Ia mencontohkan impor jeruk mandarin, saat musim jeruk mandarin di Cina, izin impor belum keluar dari Kementan. Namun, saat izin keluar, di Cina sudah tidak lagi musim jeruk mandarin, melainkan di India. Sementara India tidak termasuk negara yang diperbolehkan izin. "Hal-hal seperti ini sering terjadi di lapangan, sehingga importir kelabakan," ujar Cahya.

Cahya berharap pemerintah lebih cepat dalam memberikan izin, di samping memberi peluang impor tidak hanya pada satu perusahaan saja, tetapi harus lebih banyak. Dengan begitu akan terjadi persaingan yang sehat, harga ke masyarakat juga lebih bersaing. (mnb/pti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar