27 July 2011
Mustofa Widjaya
Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Mustofa Widjaya mengatakan, pihaknya sedang merevisi keputusan kenaikan tarif air PT Adhya Tirta Batam (ATB). Hasil revisi itu nantinya akan menetapkan kenaikan tarif air maksimal hanya 5 persen, dan baru akan diterapkan tiga bulan mendatang. Revisi besaran kenaikan tarif ini, kata dia, berdasarkan masukan dari banyak kalangan.
“Besaran kanaikannya antara 4 persen hingga 5 persen. Ya, maksimal kenaikan 5 persenlah,” kata Mustofa kepada Batam Pos di ruang kerjanya, Senin (25/7).
Mustofa menegaskan, tarif baru hasil revisi tersebut tidak akan diberlakukan bulan depan seperti keputusan sebelumnya.
‘’Masyarakat saat ini membutuhkan banyak pengeluaran apalagi sedang memasuki bulan Ramadan. Jadi saat ini timing-nya tidak tepat. Kita tunggu saja timing-nya yang tepat,’’ katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, rencana kenaikan tarif air ATB akan dilakukan per 1 Agustus 2011 dengan kenaikan rata-rata 6,5 persen. Kepastian kenaikan tarif tersebut tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) Nomor 7 Tahun 2011. Keputusan inilah yang akan diubah oleh Mustofa Widjaya.
Tidak Transparan
Wali Kota Batam Ahmad Dahlan menilai BP Batam tidak transparan dalam menetapkan kenaikan tarif air bersih. Menurut dia, BP Batam harus tetap mempertimbangkan dan memperhatikan masukan dari pihak lain, termasuk Pemko Batam dan DPRD Batam.
“Pembahasannya harus transparan dan intensif. Harus memperhatikan masukan-masukan yang ada. Ini kok tiba-tiba naik,” kata Dahlan usai rapat paripurna di DPRD Batam, Selasa (26/7).
Sikap Pemko Batam sendiri, lanjut Dahlan, tetap menolak kenaikan tarif air bersih. Berapapun persentasenya, Pemko Batam tetap tidak setuju, kata Dahlan.
“Sikap Pemko tetap menolak,” katanya. Kemarin, warga Kecamatan Sekupang yang hadir dalam sosialisasi tarif baru ATB menyatakan menolak kenaikan tarif.
Hasan, Lurah Tiban Lama mengatakan, di tempatnya tiap kali membuka kran yang keluar malah angin, bukan air. Padahal meteran terus berjalan dan tentunya pembayarannya tetap tinggi. Saat ia menghubungi Call Centre ATB, telepon yang dituju tidak pernah ada tanggapan
“Saya tak setuju tarif air naik karena masih kurangnya pelayanan dari ATB,” katanya.
Seprang warga Tanjungriau dalam pertemuan itu juga mengeluhkan buruknya kualitas air ATB. Air sering kotor, keruh, dan berbau. Hal itu tak sesuai dengan sikap ngotot ATB menaikkan tarif.
“Air di Tanjungriau juga hidupnya selalu tersendat-sendat. Bagaimana mau naik tarifnya kalau seperti itu. Banyak lagi keluhan-keluhan dari warga,” katanya.
Lain lagi dengan Ema. Warga yang tinggal di Batuaji ini mengatakan, air di rumahnya berbau dan berwarna kuning. “Jangankan untuk minum, untuk mandi saja rasanya masih kurang bersih, apalagi untuk minum saya sangat ragu,” katanya di depan forum. (jaq/par/cr12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar