Laporan Wartawan Tribun Batam, Anne Maria Silitonga
BATAM, TRIBUN - Sistem Pemilihan Kepala BP Batam yang dirancang oleh Ketua Dewan Kawasan, Drs H Muhammad Sani membuat masyarakat banyak terkecoh.
Pasalnya, sistem pemilihan yang disebut-sebut melibatkan orang-orang dari institusi pendidikan Universitas Indonesia (UI) itu adalah kebohongan besar. Sistem pemilihan yang gagal tersebut, akhirnya berdampak terhadap kinerja BP Batam sampai saat ini.
Petra Paulus Tarigan, salah satu akademisi di Batam menilai Ketua DK pun tidak pernah secara terbuka menjelaskan ke masyarakat bagaimana proses sistem pemilihan tersebut dan bagaimana outputnya nanti.
"Dalam proses pemilihan kemarin banyak orang terkecoh, sebab sebenarnya tim penilai itu bukan dari lembaga pendidikan UI. Bohong besar. Itu dari swasta. Kalau perusahaan itukan profit oriented.
Tentu akan mengeluarkan hasil yang sesuai dengan kata-kata si pemberi order. Berbeda kalau universitas, hasilnya tentu untuk pengabdian ke masyarakat," tutur dosen strategi pemerintahan (corporate strategy) di Universitas Riau Kepulauan itu, Jumat (14/2/2014) di Batam Centre.
Menurut pria yang juga menjabat sebagai koordinator ikatan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, orang-orang dalam tim seleksi tersebut boleh saja berstatus alumni maupun bagian dari UI, namun status tetap dari perusahaan.
"Kalau sudah begini, sekarang BP Batam pun takut keluarkan kebijakan apa-apa karena permasalahan ini," katanya.
Menurut Petra, BP Batam didesain tidak sama dengan sistem Pemerintah Kota Batam maupun Pemerintah Provinsi Kepri. Karena itu jugalah, pemerintah pusat sudah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tepat di BP Batam.
"Mulai dari sarana, mindset, mereka semua disiapkan dulu untuk memimpin Batam ini," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar