Deputi II Bidang Pelayanan Jasa Badan Pengusahaan (BP) Batam Fitrah Kamaruddin menilai, industri kemasan di Kota Batam masih kalah bersaing dengan Singapura sehingga sebagian besar produk dari kota itu masih dikemas di Negara Singa.
"Saat ini industri kemasan di Batam belum agresif mengenalkan perusahaannya sehingga sebagian besar proses pengemasan produk banyak dilakukan di Singapura. Padahal dari sisi harga lebih murah karena tidak perlu memindahkan barang dengan jarak jauh," kata dia di Batam, Rabu.
Ia mengatakan, selama ini proses pengemasan untuk industri-industri di Batam sudah masuk dalam proses produksi yang dirancang perusahaan asal Singapura sehingga perusahaan lokal kalah bersaing.
"Saat ini di Batam ada dua perusahaan pengemasan yang berstatus penanam modal dalam negeri. Namun baru sebagian kecil usaha di Batam yang memanfaatkannya," kata dia.
Fitrah berharap, industri kemasan bisa lebih agresif menggaet pasar sehingga produk-produk yang dibuat di Batam bisa dikemas langsung.
"Bila mereka semakin agresif dan mendapatkan pasar yang besar maka, akan semakin memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat Batam," kata Fitrah.
BP Batam, kata dia, akan terus memberikan bimbingan manajemen bagi industri kecil menengah agar mampu berkembang dan menjadi cikal bakal industri besar di Batam.
"Kami sudah memperkenalkan gugus kendali mutu pada 63 pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di Batam untuk diterapkan pada usaha mereka. Kami berharap usaha-usaha tersebut akan berkembang lebih cepat dan lebih baik," kata dia.
Ia menyatakan, selama ini banyak IKM Batam yang belum menguasai manajemen industri termasuk menerapkan gugus kendali mutu.
"Permasalahan IKM di Batam bukan pada modal, namun manajemen industri. Dengan manajemen yang baik dan ditunjang dengan letak yang strategis, industri IKM di Batam akan cepat berkembang," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar