Sabtu, 20/4/2013 (sumber : ANTARA)
Badan Pengusahaan (BP) Batam
mengalokasikan lahan 100 hektare di Bandara Internasional Hang Nadim
untuk PT Indonesia Aero Maintenance (IAM) yang bergerak di bidang
perawatan dan perbaikan pesawat terbang.
"PT IAM mendapatkan lahan 100 hektare dengan sistem sewa selama 30 tahun senilai kurang lebih Rp186 miliar," kata Kasubdit Humas dan Publikasi BP Batam, Ilham Eka Hartawan di Batam, Sabtu.
Ia mengatakan, pada tahap pertama perusahaam itu akan melakukan pembangunan pada lahan 62 hektare meliputi fasilitas perkantoran, hanggar pesawat, hanggar pemeliharaan, perbaikan dan perawatan berat (maintenance, rRepair and overhaul/MRO) mesin pesawat, perpanjangan "taxi way", jalan untuk masuk ke hanggar, dan fasilitas apron.
"Untuk tahap awal fasilitas yang dibangun akan mampu menampung sekitar 12 pesawat berukuran besar," kata dia.
Untuk tahap kedua, kata Ilham, IAM akan mengembangkan lahan seluas 15 hektare untuk pengerjaan fasilitas jalan akses untuk "enginee shop" dan gudang suku cadang.
Sementara tahap ketiga akan pembangunan hanggar "air frame", MRO, dan beberapa bangunan penunjang termasuk pembangunan "paint shop".
"Semua direcanakan akan selesai pada 2016. Mereka menargetkan akan mampu memperbaiki sekitar 70 persen pesawat dari maskapai dalam negeri yang selama ini masih harus menjalani perawatan di luar negeri," kata Ilham.
Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Humas BP Batam, Dwi Djoko Wiwoho mengatakan nilai investasi oleh perusahaan tersebut mencapai sekitar 200 juta dolar AS dan akan menyerap sekitar 4.000 tenaga kerja.
Ia mengatakan penandatanganan pengalokasian lahan tersebut dilakukan oleh Anggota 1 Deputi Bidang Pengusahaan Sarana BP Batam, I Wayan Subawa dengan Direktur PT IAM Christoper Radhakharisnan disaksikan salah seorang pendiri perusahaan yang juga mantan Presiden RI BJ Habibie dan Ketua BP Batam Mustofa Widjaja pada 10 April 2013 di Jakarta.
Djoko juga mengatakan, saat ini Lion Grup juga tengah membangun MRO dengan lahan seluas 16 hektare di Bandara Internasional Hang Nadim Batam dengan investasi sebesar Rp3,5 triliun.
"Status FTZ dengan segala kemudahan yang diberikan menjadi salah satu pertimbangan utama bagi investor untuk berinvestasi di Batam," kata dia.
"PT IAM mendapatkan lahan 100 hektare dengan sistem sewa selama 30 tahun senilai kurang lebih Rp186 miliar," kata Kasubdit Humas dan Publikasi BP Batam, Ilham Eka Hartawan di Batam, Sabtu.
Ia mengatakan, pada tahap pertama perusahaam itu akan melakukan pembangunan pada lahan 62 hektare meliputi fasilitas perkantoran, hanggar pesawat, hanggar pemeliharaan, perbaikan dan perawatan berat (maintenance, rRepair and overhaul/MRO) mesin pesawat, perpanjangan "taxi way", jalan untuk masuk ke hanggar, dan fasilitas apron.
"Untuk tahap awal fasilitas yang dibangun akan mampu menampung sekitar 12 pesawat berukuran besar," kata dia.
Untuk tahap kedua, kata Ilham, IAM akan mengembangkan lahan seluas 15 hektare untuk pengerjaan fasilitas jalan akses untuk "enginee shop" dan gudang suku cadang.
Sementara tahap ketiga akan pembangunan hanggar "air frame", MRO, dan beberapa bangunan penunjang termasuk pembangunan "paint shop".
"Semua direcanakan akan selesai pada 2016. Mereka menargetkan akan mampu memperbaiki sekitar 70 persen pesawat dari maskapai dalam negeri yang selama ini masih harus menjalani perawatan di luar negeri," kata Ilham.
Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Humas BP Batam, Dwi Djoko Wiwoho mengatakan nilai investasi oleh perusahaan tersebut mencapai sekitar 200 juta dolar AS dan akan menyerap sekitar 4.000 tenaga kerja.
Ia mengatakan penandatanganan pengalokasian lahan tersebut dilakukan oleh Anggota 1 Deputi Bidang Pengusahaan Sarana BP Batam, I Wayan Subawa dengan Direktur PT IAM Christoper Radhakharisnan disaksikan salah seorang pendiri perusahaan yang juga mantan Presiden RI BJ Habibie dan Ketua BP Batam Mustofa Widjaja pada 10 April 2013 di Jakarta.
Djoko juga mengatakan, saat ini Lion Grup juga tengah membangun MRO dengan lahan seluas 16 hektare di Bandara Internasional Hang Nadim Batam dengan investasi sebesar Rp3,5 triliun.
"Status FTZ dengan segala kemudahan yang diberikan menjadi salah satu pertimbangan utama bagi investor untuk berinvestasi di Batam," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar