Badan Pengusahaan (BP) Kawasan dan Direktorat Jendral Perkeretaapian Kementrian Perhubungan, mengelar sosialisasi rencana pembangunan monorail di Batam, Kamis (28/10) di kantor BP Batam, Batam Centre. Proyek tersebut diperkirakan akan menelan anggaran lebih dari Rp2 triliun.
Kabag Perencanaan Direktorat Jendral (Ditjen) Perkeretaapian Kementrian Perhubungan, Heru Wisnu Wibowo, mengatakan, transportasi massal yang paling tepat di bangun di Batam ialah rail bus (sejenis monorail, red).

”Rail bus jauh lebih murah dibanding dengan monorail dan sesuai dengan Batam yang berpenduduk di atas satu juta jiwa. Bila semua sesuai dengan rencana, tahun 2014 bisa kita mulai,” ujarnya.
Menurut dia, rail bus merupakan sarana transportasi kombinasi dari konstruksi bus ringan dan kereta api. ”Rail bus adalah hasil pengembangan dari bangsa kita,” tambahnya.
Salah satu hal yang mempermudah pembangunan rail bus ialah tak perlu dilakukan pembebasan lahan seperti daerah lain. ”ROW yang ada di jalan-jalan Batam sangat lebar, mencapai 100-200 meter. Sehingga tak perlu melakukan pembebasan lahan lagi. ROW itu yang akan kita manfaatkan,” lanjutnya.
Berdasarkan hasil kajian dari Ditjen Perkeretaapian, ada dua koridor yang akan di bangun. ”Koridor satu Batuaji sampai Batuampar, koridor dua Batam Centre menuju bandara. Namun hal tersebut bisa berubah sesuai dengan perkembangan,” tambahnya.
Heru mengatkan, rencana tersebut akan bisa terlaksana dengan baik apabila semua pihak seperti Pemko Batam, PLN Batam, dan pihak-pihak terkait lain juga mempunyai visi yang sama.
”Kereta ini nantinya akan berjalan dengan tenaga listrik, jadi PLN perlu menjamin pasokan listrik cukup bagi transportasi ini. Selain itu,” katanya.
Heru mengharapkan, dua koridor tersebut diharapkan mampu mengangkut setidaknya 17 ribu penumpang untuk tahap awal. ”Kita membangun sesuai kebutuhan, bila tiap tahun mengalami kenaikan penumpang maka akan memperbanyak koridor baru,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala BP Batam, Mustofa Widjaya mengatakan, walaupun Batam saat ini baru berpenduduk sekitar 1 juta jiwa. Namun pembangunan moda transportasi masal harus segera di laksanakan.
”Jangan sampai saat kita sudahj mengalami kemacetan seperti kota besar lain baru memikirkannya. Karena bila disuatu kota telah terjadi kemacetan, maka tidak akan mudah mencari solusi pemecahannya,” ujarnya. (larno)