Selasa, 24 Juni 2014 sumber (Batam Pos)
BATAM (BP) – Iskandar Malaysia dan Batam harus membentuk sebuah poros ekonomi khusus. Poros ini akan menyelamatkan kehidupan ekonomi kedua negara. Terlebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015 yang akan datang.
“Tarif distribusi itu bahkan bisa lebih besar daripada harga barang. Sebab ini melewati pihak ketiga,” kata Ismail Ibrahim, Chief Executive Iskandar Regional Development Authority (IRDA), Senin (23/6).
Ismail hadir sebagai pembicara dalam Diskusi Kelompok Terpadu Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepri di ruang marketing Badan Pengusahaan (BP) Batam. Diskusi tersebut membahas tentang kesiapan negeri serumpun Melayu dalam menghadapi situasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Poros ekonomi Iskandar-Batam berarti juga adalah poros ekonomi Malaysia-Indonesia. Keberadaan poros ekonomi akan memangkas ongkos distribusi. Dengan demikian, harga barang akan lebih murah.
Menurut Ismail, Iskandar dan Batam itu memiliki banyak kesamaan. Salah satunya adalah sama-sama merupakan wilayah ekonomi yang memiliki keistimewaan dari negara masing-masing. Iskandar memiliki IRDA. Batam memiliki BP. Baik IRDA maupun BP sama-sama memiliki kewenangan untuk mengatur kehidupan ekonomi suatu wilayah. Tepatnya tentang investasi daerah.
Iskandar dan Batam memiliki peluang untuk membentuk satu sinergi hubungan ekonomi dan sosial. Dengan bersinergi, kelemahan ekonomi Batam akan ditutupi oleh Iskandar. Demikian pula sebaliknya. Kelemahan ekonomi Iskandar akan ditutupi oleh Batam.
“Konsep wilayah ekonomi masing-masing bisa dipelajari. Kalau ada kekurangan, bisa sama-sama diperbaiki,” ujarnya.
Kedatangan IRDA, kali itu, sekaligus meninjau peluang kerjasama. Baik dari sektor industri maupun pariwisata. Dari sektor industri, Iskandar, kata Ismail, dapat menjadi penyedia sektor hilir. Sementara Batam menyediakan bagian hulu-nya.
Batam, atau Kepulauan Riau, lebih banyak bergerak di sektor hulu. Ia banyak memiliki hasil bumi. Namun, sayang, Kepri lemah di sektor hulu. Yakni di bagian proses pengolahan.
“Daripada menunggu Indonesia membuat industri pengolaha, kenapa tidak menggunakan industri di Iskandar. Kan bisa mengurangi cost (ongkos produksi, red). Ini bisa memberi nilai tambah bagi keduanya,” ujarnya.
Di bidang pariwisata, Iskandar dan Batam dapat diperkenalkan sebagai satu destinasi wisata yang sama. Sebab letak keduanya tak berjauhan. Hanya berkendara selama satu jam lewat jalur laut, pelancong dari Batam bisa langsung sampai ke Iskandar.
“Jadi jangan memandang kita ini sebagai dua destinasi yang berbeda. Buat menjadi satu destinasi saja,” katanya.
Diskusi yang berlangsung selama dua jam itu juga menghadirkan Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) BP Batam Dwi Djoko Wiwoho. Dalam paparannya, Djoko, begitu ia bisa dipanggil, juga sependapat untuk membentuk satu poros ekonomi antara Iskandar dan Batam.
Namun, peluang ini perlu ditindak-lanjuti lebih jauh. Pembicaraan-pembicaraan lebih lanjut harus dilakukan. Bukan hanya dari Iskandar dan Batam. Tetapi menyangkut negara Malaysia dan Indonesia.
“Kalau kesiapan dari Batam sendiri, BP Batam sebenarnya sudah memiliki roadmap untuk itu. Hingga tahun 2025. Tapi terlalu panjang kalau dipaparkan sekarang. Nanti kita bentuk forum khusus,” katanya.
Satu bocorannya, akan muncul sistem ‘ASEAN single visa’. Maksudnya, satu visa dapat digunakan di seluruh negara ASEAN. Seluruh negara ASEAN, sudah menyetujui. Kecuali Vietnam.
“Vietnam masih belum bersedia. Tapi Indonesia sudah bersedia,” ujarnya.
Diskusi Kelompok Terpadu ini adalah kegiatan rutin PWI. Ini adalah kali ketiga diskusi ini digelar. Setiap diskusi membahas topik yang berlainan.
“Tujuan dari diskusi kali ini adalah memberikan pencerahan menyangkut persiapan apa yang harus dilakukan menyambut pasar bebas,” kata Ramon Damora, Ketua PWI Kepri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar