BATAM: Himpunan Kawasan Industri menilai konflik hubungan industrial
yang sering terjadi di Kota Batam semakin mengkhawatirkan dan sudah
mengancam potensi dan keberadaan investasi asing di kawasan bebas itu.
Oka Simatupang, Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Kota Batam,
mengungkapkan intensitas unjuk rasa dan mogok kerja buruh yang kerap
terjadi di Batam sudah berdampak terhadap investasi asing.
“Sekarang ini, kerjaan rutin kami setiap hari itu menjawab keluhan dan
pertanyaan investor asing yang beroperasi di Batam,” ujarnya.
Namun Oka tidak bersedia menyebutkan investor asing mana saja yang telah melontarkan keluhan atau pertanyaannya.
Yang pasti, katanya, keluhan atau pertanyaan yang sering dilontarkan
para investor adalah soal maraknya aksi unjuk rasa atau mogok kerja yang
sering dilakukan buruh beberapa waktu terakhir akibat perselisihan
hubungan industrial dengan pihak manajemen perusahaan.
Selain itu, Oka juga mengatakan pihaknya sudah banyak menerima banyak
keluhan dari pengelola kawasan-kawasan industry di Batam yang menyoal
masalah yang sama.
Karena itu, dia menilai seringnya aksi unjuk rasa atau mogok kerja yang
terjadi di kota itu telah memicu preseden buruk bagi Batam sebagai
tujuan investasi asing.
Tercatat, sejak tahun lalu aksi unjuk rasa atau mogok kerja sering
terjadi di perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di Batam,
diantaranya PT Unisem, Epson Toyocom, Panasonic Shikoku, Nutune dan yang
sedang berlangsung hingga kini di PT Varta Microbattery Indonesia.
Meski sebagian dari perusahaan-perusahaan tersebut mengalami konflik
hubungan industrial dengan karyawannya diambang penutupan operasi.
Belum lagi unjuk rasa atau mogok kerja yang dilakukan secara sporadis
oleh para pekerja sub-kontraktor di perusahaan-perusahaan galangan
kapal.
Menurut Oka, beberapa investor asing sudah tersebut sudah menyiapkan
opsi untuk merelokasi investasinya ke negara lain, khususnya Malaysia
dan Vietnam.
“Bila kondisi tidak membaik dalam watu dekat, mereka akan relokasi. Mudah saja bagi mereka merelokasi industrinya,” kata Oka.
Namun bagi daerah, hal itu akan menimbulkan kerugian yang besar karena akan menambah tingkat pengangguran.
Ancaman potensi dan keberadaan investasi asing tersebut sudah terlihat
beberapa waktu terakhir dimana diyakininya hampir tidak ada perusahaan
baru yang beroperasi di Batam atau perekrutan pekerja secara
besar-besaran.
“Yang senang kalau kondisi investasi di Batam buruk itu negara-negara
tetangga yang menjadi tujuan investasi asing,” sambungnya.
Untuk itu dia berharap kepada setiap pihak terkait untuk bersikap lebih
bijaksana dalam menyikapi masalah hubungan industrial yang terjadi.
Aksi unjuk rasa dan mogok kerja menurutnya bukan jalan terakhir yang harus ditempuh untuk memerjuangkan tuntutan para pekerja.
“Masing-masing pihak harus mengevaluasi kondisi yang terjadi. Kondisi
ini harus diwaspadai. Kalau iklimnya masih terus begini, investasi
asing di Batam bakal habis. Itu akan memalukan daerah ini sebagai
kawasan bebas,” tuturnya.(sut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar