BATAM CENTRE -- Pemerintah Kota Batam melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) berencana membangun sekitar 580 "rumah tambah" (rubah). Sebagai uji coba, rumah yang sebagian besar bahannya dari bambu itu akan dibangun di atas lahan seluas satu hektar.
Kepala Bappeda Kota Batam, Wan Darussalam mengatakan, pembangunan tempat tinggal alternatif tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan knowledge for rural and urban project under contruction (Krupuc).
"Ini sudah dilakukan studi sejak tahun lalu dan kita merespon karena memang potensial. Nanti akan kita coba pilot project dulu di atas lahan satu hektar. Ini untuk konsep rumah masa depan dan proyek untuk jangka panjang. Ini perumahan alternatif di Batam," ujar Wan Darussalam, Senin (28/5).
Pada awal rencana, kata dia, ratusan rubah itu akan dibangun di kawasan Nongsa, namun kemudian diubah. Saat ini, Pemko masih mencari lahan yang sesuai.
Sebagai perumahan alternatif, katanya, pembangunan rubah diperlukan di tengah keterbatasan lahan di Batam. Konsep pembangunan rubah dapat menjadi solusi terkait persoalan rumah liar yang marak di Batam.
Pembangunan rubah memiliki konsep yang sederhana dengan bangunan seluas 8x4 meter. Dengan konsep yang tidak terlalu luas, rumah ini dapat dimiliki dengan harga yang terjangkau, sangat murah dan sehat.
"Kita punya problem dalam penanganan rumah liar di Batam. Tapi orang yang bertempat tinggal di rumah liar tidak bermasalah. Ini kita coba perhatikan," ujarnya.
Sementara itu, perwakilan Krupuc, Daliana mengatakan, konsep rumah tambah ini melibatkan Universitas Indonesia, Universitas Singapura dan Belanda, dalam mengkaji penanganan perumahan di Batam. Dimana, untuk strukturnya sebagian menggunakan bambu. Mereka menyebut model rubah, tropical town.
"Konsepnya, satu rumah ukuran 8x4 meter. Di atas lahan satu hektar itu juga disiapkan fasilitas olah raga. Dan yang jelas, harganya jauh lebih murah," kata Daliana. (wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar