Selasa, 18 June 2013 (sumber : Haluan Kepri)
Mari Alkatiri yang juga mantan Perdana Menteri Timor Leste tidak sungkan menyampaikan bahwa kedatangannya dan rombongan memang untuk belajar. di mata Timor Leste, kata dia, Kota Batam sebagai daerah yang terbilang sukses dalam pengelolaan kawasan industri khusus.
"Kami akan mengembangkan kawasan industri yang sama di sana (Timor Leste). Kami akan belajar dulu, dan Batam kami pilih selain karena dekat dibanding dengan yang lain, juga cukup sukses," kata Mari Alkatiri usai melakukan pertemuan dengan Kepala BP Batam Mustofa Widjaja di Gedung Marketing Centre BP Batam, Senin (17/6).
Mari Alkatiri ke Batam didampingi mantan Wakil Menteri Aparatur Negara dan Penataan Wilayah Filomeno Aleixo, Staf Ahli Komisi Pemilihan Umum Timor Leste Arif Abdullah Sagran dan Kepala Kantor mantan Perdana Menteri Timor Leste, Lionia Monteiro. Sementara di pihak BP Batam, selain Mustofa, juga dihadiri Anggota 5/Deputi Bidang Pengawasan Pengendalian Asroni Harahap, serta mantan Ketua Otorita Batam (kini BP Batam) periode Juli 1998-Mei 2005, Ismeth Abdullah.
Mari Alkatiri melanjutkan, kunjungan pihaknya juga melihat lebih dekat pembangunan Pulau Batam. Mereka juga ingin mengetahui tetang pengelolaan pembangunan dan hubungan kerja antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan BP Batam.
"Ini komunikasi awal dalam rangka rencana menjalin kerja sama pembangunan ekonomi kawasan. Sebab, Timor Leste juga akan membangun kawasan ekonomi khusus, yaitu kawasan enclaf Oecusse," katanya.
Dalam diskusi yang berlangsung selama kurang lebih satu jam itu, Mari Alkatiri banyak menyampaikan tentang master plan negara Timor Leste. Dimulai dari soal pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, sarana kesehatan, pendidikan, kelistrikan, pelabuhan, pertanian, hubungan luar negeri, dan lainnya.
Ia juga menyampaikan tentang strategi rencana pemanfaatan lahan, yaitu peruntukan industri, jasa, komersial, publik, rekreasi, ruang hijau, jalan, dan residensi.
Sementara itu, Mustofa mengatakan, kehadiran delegasi dari negara Timor Leste karena sangat ingin memiliki kawasan industri seperti Batam dan kawasan lain di dunia. Dalam pertemuan itu, pihaknya mempresentasikan pembangunan kawasan industri di Batam, sejak awal berdiri.
"Mereka terkesan dengan perkembangan di Batam sebagai kawasan yang dikembangkan untuk industri. Itu juga menjadi daya tariknya mengunjungi Batam, sebagai daerah pengelola kawasan khusus," kata Mustofa.
Kunjungan Mari Alkatiri beserta jajarannya di Batam direncanakan berlangsung selama tiga hari atau hingga Rabu (19/6) mendatang. Agenda kunjungan adalah menuju Kawasan Industri Batamindo, Kawasan Industri Kabil, Perusahaan Animasi Kinema, PT McDermott Indonesia, Gedung Sumatera Promotion Center (SPC), Bright PLN Batam, PT ATB, dan bertemu Walikota Batam serta Kadin Kepri.
Ismeth Minta Jaga Investor
Batam (HK)- Mantan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun sekaligus mantan Ketua Otorita Batam (kini BP Batam), Ismeth Abdullah meminta pemerintah daerah menjaga investor. Caranya dengan memberikan pelayanan terbaik agar investor tidak meninggalkan Batam.
"Pengusaha harus dijaga betul. Pelayanan jangan menurun," kata Ismeth usai mengantar rombongan delegasi Timor Leste di Gedung BP Batam, Senin (17/6).
Ia mengatakan pengusaha adalah yang memajukan Batam, sehingga harus dijaga agar merasa nyaman berusaha dan tinggal di Batam. Mantan Gubernur Kepri itu juga meminta pemerintah melancarkan arus masuk ke luar Batam dalam upaya mendukung ekspor impor Free Trade Zone Batam (FTZ Batam).
"Barang masuk ke luar harus lancar, tidak boleh ditahan-tahan lagi," katanya.
Ditanya pendapatnya mengenai kelangsungan FTZ, Ismeth mengatakan masih ada banyak hal yang harus diteruskan, terutama tentang kebijakan ekspor dan impor.
"FTZ masih didukung pemerintah. Banyak yang mesti diteruskan," ujarnya.
Sementara itu, Badan Pengusahaan Batam mencatat pada Januari hingga Maret 2013 terdapat 33 perusahaan yang menanamkan modal di KPBPB. Kepala Seksi Humas BP Batam Yudi H Purdaya mengatakan dari 33 perusahaan itu, 20 perusahaan baru dan 13 lainnya memperluas usaha.
Perusahaan yang menanamkan modal tersebut berasal dari beberapa negara kawasan Asia Pasifik, Eropa, Amerika dan Australia. Sektor yang diminati bidang pakaian jadi, pembuat dan perbaikan kapal, alat dan perlengkapan kapal layar, jasa penunjang industri minyak dan gas, mesin pertambangan, industri barang dari karet dan sewa guna usaha.
"Batam masih kondusif dan menjadi salah satu tujuan investasi unggulan karena berbagai kemudahaan yang diberikan daerah FTZ," kata Yudi. (ant/mnb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar