Jumat, 21 June 2013 (sumber : Haluan Kepri)
JAKARTA (HK) - Meski ketersediaan lahan semakin sempit, namun Badan
Pengusahaan Batam (BP) Batam menegaskan bahwa masih terdapat lahan untuk
investor yang ingin berinvestasi. Hal tersebut ditegaskan Kepala BP
Batam Mustofa Widjaja saat Business Gathering dengan duta-duta besar
asing yang ada di Jakarta di Kementerian Luar Negeri, Rabu (19/6).
Dikatakan Mustofa, begitu sapaanya, sesuai tugas yang dimiliki BP Batam yaitu mengelola Batam sebagai daerah tujuan investasi, pihaknya terus mempromosikannya, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.
"Batam memiliki keterbatasan lahan, namun saat ini masih cukup banyak yang kosong. Di Batam terdapat 22 kawasan industri, ada kawasan siap dengan segala fasilitas seperti gedung sampai pengurusan lainnya, contohnya Batamindo. Ada juga kawasan industri yang hanya menyiapkan lahan saja. Jadi investor bisa memilih, tergantung kebutuhan masing-masing," ujar Mustofa.
Lahan yang habis itu, sebut Mustofa, adalah lahan yang tersedia dari BP Batam, namun di kawasan-kawasan industri masih banyak yang kosong. Apalagi bila wilayah Rempang-Galang selesai permasalahannya di Kementerian Kehutanan, maka bisa dialokasikan untuk investor baru.
Dalam acara business gathering yang bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri tersebut, pihaknya menargetkan ada tambahkan investasi sebesar 10 persen dari tahun sebelumnya.
Dikatakannya, ia tidak ingin membuat target yang ambisius. Apabila terlalu tinggi, maka semua harus mengikuti dan mengeluarkan energi lebih, diikuti ketersediaan air, listrik dan lainnya.
"Kita ukur dengan kemampuan kita. Jangan muluk-muluk," katanya.
Kata Mustofa, letak Batam sangat strategis, di selat malaka yang merupakan jalur pelayaran Internasional paling ramai kedua di dunia setelah Selat Dover di Inggris, dengan keunggulan terletak pada pusat segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura (Indonesia-Malaysia-Singapore Growth Triangle, IMS-GT).
Kata Mustofa, Batam juga dikenal sebagai daerah industri yang kompetitif di kawasan Asia Pasifik dengan infrastruktur modern dan tersedianya berbagai fasilitas untuk mendukung berbagai aktifitas bisnis, di antaranya sarana jalan dan jembatan, pelabuhan ferry penumpang internasional dan pelabuhan kargo. Bandara internasional Hang Nadim dengan landasan pacu sepanjang empat km (terpanjang di Indonesia), 7 waduk buatan yang memenuhi standar air bersih dari WHO, fasilitas kelistrikan, jaringan telekomunitas dan tersedianya tenaga kerja yang profesional.
Batam masih diperhitungkan oleh investor sebagai salah satu tempat tujuan berinvestasi yang kompetitif, hal tersebut dibuktikan dari data yang ada, tercatat 28 pendaftaran PMA baru terjadi pada (Januari - April) 2013 dengan total nilai investasi sebesar US$41.780.000.
Selain PMA baru, pada periode ini juga terdapat perluasan bidang usaha, yaitu untuk bulan Januari 2013 sebesar US$400.000, pada bulan Februari 2013 sebesar US$73.400.000 dan juga pada bulan Maret 2013 sebesar US$11.120.000.
Adapun Negara-negara yang telah menanamkan investasinya di Batam pada triwulan I adalah Singapura, Malaysia, Cina, Belanda, Australia, Rusia, Turki, Inggris, British Virgin Islands dan Amerika Serikat.
"Dari tambahan data investasi tersebut di atas, maka investasi kumulatif sejak tahun 1971 hingga April 2013 telah mencapai 1.665 PMA dengan nilai investasi mencapai US$6.601.250.878,83," katanya. (mnb)
Dikatakan Mustofa, begitu sapaanya, sesuai tugas yang dimiliki BP Batam yaitu mengelola Batam sebagai daerah tujuan investasi, pihaknya terus mempromosikannya, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.
"Batam memiliki keterbatasan lahan, namun saat ini masih cukup banyak yang kosong. Di Batam terdapat 22 kawasan industri, ada kawasan siap dengan segala fasilitas seperti gedung sampai pengurusan lainnya, contohnya Batamindo. Ada juga kawasan industri yang hanya menyiapkan lahan saja. Jadi investor bisa memilih, tergantung kebutuhan masing-masing," ujar Mustofa.
Lahan yang habis itu, sebut Mustofa, adalah lahan yang tersedia dari BP Batam, namun di kawasan-kawasan industri masih banyak yang kosong. Apalagi bila wilayah Rempang-Galang selesai permasalahannya di Kementerian Kehutanan, maka bisa dialokasikan untuk investor baru.
Dalam acara business gathering yang bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri tersebut, pihaknya menargetkan ada tambahkan investasi sebesar 10 persen dari tahun sebelumnya.
Dikatakannya, ia tidak ingin membuat target yang ambisius. Apabila terlalu tinggi, maka semua harus mengikuti dan mengeluarkan energi lebih, diikuti ketersediaan air, listrik dan lainnya.
"Kita ukur dengan kemampuan kita. Jangan muluk-muluk," katanya.
Kata Mustofa, letak Batam sangat strategis, di selat malaka yang merupakan jalur pelayaran Internasional paling ramai kedua di dunia setelah Selat Dover di Inggris, dengan keunggulan terletak pada pusat segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura (Indonesia-Malaysia-Singapore Growth Triangle, IMS-GT).
Kata Mustofa, Batam juga dikenal sebagai daerah industri yang kompetitif di kawasan Asia Pasifik dengan infrastruktur modern dan tersedianya berbagai fasilitas untuk mendukung berbagai aktifitas bisnis, di antaranya sarana jalan dan jembatan, pelabuhan ferry penumpang internasional dan pelabuhan kargo. Bandara internasional Hang Nadim dengan landasan pacu sepanjang empat km (terpanjang di Indonesia), 7 waduk buatan yang memenuhi standar air bersih dari WHO, fasilitas kelistrikan, jaringan telekomunitas dan tersedianya tenaga kerja yang profesional.
Batam masih diperhitungkan oleh investor sebagai salah satu tempat tujuan berinvestasi yang kompetitif, hal tersebut dibuktikan dari data yang ada, tercatat 28 pendaftaran PMA baru terjadi pada (Januari - April) 2013 dengan total nilai investasi sebesar US$41.780.000.
Selain PMA baru, pada periode ini juga terdapat perluasan bidang usaha, yaitu untuk bulan Januari 2013 sebesar US$400.000, pada bulan Februari 2013 sebesar US$73.400.000 dan juga pada bulan Maret 2013 sebesar US$11.120.000.
Adapun Negara-negara yang telah menanamkan investasinya di Batam pada triwulan I adalah Singapura, Malaysia, Cina, Belanda, Australia, Rusia, Turki, Inggris, British Virgin Islands dan Amerika Serikat.
"Dari tambahan data investasi tersebut di atas, maka investasi kumulatif sejak tahun 1971 hingga April 2013 telah mencapai 1.665 PMA dengan nilai investasi mencapai US$6.601.250.878,83," katanya. (mnb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar