Selasa, 22 January 2013 (sumber : Haluan Kepri)
BATAM (HK) - Memenuhi kebutuhan kedelai untuk pembuatan tahu dan
tempe serta makanan lainnya, selama 2012 kedelai impor masuk ke Batam
sebanyak 7.715,88 ton, atau sekitar 90 persen dari total kebutuhan di
Batam. Sementara, 10 persen lainnya merupakan produksi lokal maupun dari
berbagai daerah di Indonesia.Demikian disampaikan Kabid Pertanian Dinas Kelautan, Pertanian, Peternakan dan Kehutanan (KP2K) Kota Batam, Iik Betty S ditemui di kantornya, Senin (21/1).
"Kedelai impor lebih digunakan untuk pembuatan tahu dan tempe, sedangkan kedelai lokal terutama yang diproduksi di Batam tidak bisa untuk pembuatan tahu dan tempe, karena rata-rata dipanen sebelum waktunya, sehingga kualitas kurang bagus. Biasanya kedelai lokal digunakan untuk kebutuhan lain," ujar Iik.
Dikatakan Iik, kedelai lokal di samping dipanen sebelum waktunya, jumlah panennya juga terbatas, karena itu kedelai lokal belum bisa diperhitungkan untuk memenuhi kebutuhan kedelai di Batam. Di samping itu, biaya angkut dari daerah produksi telah menyebabkan harga kedelai lokal di Batam lebih tinggi dibandingkan kedelai impor.
Disebutkan Iik, kebutuhan kedelai impor di 2013 diperkirakan naik dibandingkan tahun 2012 lalu seiring meningkatnya jumlah penduduk Batam dan bertambahnya UKM (usaha kecil dan menengah) pembuatan tahu dan tempe serta usaha lainnya yang menggunakan bahan baku kedelai.
Ditanyakan kebutuhan kedelai per hari, Iik mengaku tidak memiliki data akurat, namun diperkirakan sekitar 20-25 ton per hari atau sekitar 7.300-7.973 ton per tahun.
"Kebutuhan masyarakat memang sangat banyak, berkisar antara 20-25 ton perhari, namun untuk data yang lebih akuratnya lagi coba tanya langsung ke BP Kawasan, karena pihak mereka lebih mengetahui. Untuk kebutuhan masyarakat, pasti kami akan butuhi, semaksimal mungkin," imbuh Iik.
Terpisah, Manager Koperasi Padjadjaran Batam, Bima mengatakan, kebutuhan kedelai untuk kelompoknya berkisar antara 17-20 ton per hari. Jumlah tersebut untuk 120 UKM pembuat tahu dan tempe yang tersebar di Kota Batam.
"Tahun 2000, UKM pembuat tahu dan tempe yang terdata pada kami sebanyak 104, sekarang jumlahnya sudah 120 UKM. Masing-masing UKM biasanya memesan kedelai mulai dari 50 kg, sehingga per hari kebutuhan kedelai sekitar 17-20 ton. Biasanya kami menyediakan kebutuhan kedelai untuk UKM kebutuhan produksi seminggu," papar Bima.
"Kami berharap pemerintah memenuhi kebutuhan akan kedelai, karena jumlahnya setiap tahun terus meningkat," pungkas Bima.
Data yang diperoleh koran ini dari Badan Pengusahaan Kawasan Batam (BP Batam), realisasi impor horticultura 2012 tertinggi yakni kedelai dengan jumlah 7.715.880 Kg, disusul bawang merah 7.294.704 Kg, apel 4.134.711 Kg, bawang putih 3.725.624 Kg, wortel 3.561.174 Kg, kentang 3.260.733 Kg, kacang tanah 2.599.968 Kg, kentang beku 1.927.861 Kg, jahe 1.600.745 Kg, jeruk mandarin 1.555.322 Kg, pir 1.453.648 Kg, bawang bombai 1.236.896, brokoli 935.070 Kg, cabai kering 886.181 Kg, kelengkeng 856.305 Kg, kubis 625.648 Kg, serta aneka sayuran lainnya. (abk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar