Kata Dewi, warga perumahan sudah sering melaporkan ke pihak ATB melalui saluran call centre. Namun jawaban yang mereka peroleh tidak memuaskan. "Kata petugas ATB itu, kondisi air di daerah sini memang seperti itu. Dia (petugas ATB) juga meminta kami untuk rajin-rajin menampung air," katanya.
Selama ini, lanjut Dewi, anjuran petugas ATB itu sudah diikuti warga. Yakni dengan memperbanyak ember atau drum penampung air. Dengan harapan, aliran air di ATB bisa membaik ke depannya. "Tapi ternyata tidak, masih saja tetap mati," katanya.
Keluhan serupa juga disampaikan Firman, warga BSI lainnya. Bahkan, karena tidak tahan dengan kondisi air yang sering mati itu, Firman akhirnya memilih pindah dan menyewakan rumahnya kepada orang lain.
"Saya tak tahan. Kami adik beradik di rumah itu ada lima orang, tiga orang berangkat kerja pukul 07.00 WIB. Biasanya, air mati itu mulai sekitar pukul 07.00 WIB. Walaupun sudah menampung air, tetap saja kondisi itu menyulitkan karena kami tidak bisa leluasa untuk mencuci dan lainnya. Air baru hidup sekitar pukul 08.30 WIB atau pukul 09.00 WIb. Kalau hari Minggu, matinya malah bisa sampai siang," ujar karyawan swasta di kawasan Lubukbaja ini.
Firman berharap, PT ATB bisa memperbaiki pelayanannya. Karena menurut informasi, kondisi air di sekitar perumahan BSI justru lancar-lancar saja. "Ini aneh, apa karena posisi perumahan kami yang berada di atas bukit? Tapi, seharusnya untuk perusahaan sekelas ATB, itu tidak menjadi masalah," ujarnya. (ybt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar