Batam, 15/4 (ANTARA) - Pemangku kepentingan Kota Batam, Kepulauan Riau, diminta melaksanakan "Indonesia Incorporated" agar kota pulau itu berdaya saing tinggi.
"'Indonesia Incorporated' hendaknya dimulai bersama di Batam, atau yang menang tender proyek energi dari Australia, Papua Nugini, dan bahkan Natuna adalah negara-negara tetangga kita," kata Komisaris Kawasan Industri Terpadu Kabil (KITK), Kris Taenar Wiluan, kepada wartawan seusai peresmian pelaksanaan pembangunan tujuh blok kembar rumah susun sewa PT Jamsostek Tbk-KITK di Batam, Jumat.
"Indonesia Incorporated" ini diharapkan mampu memanfaatkan berbagai peluang bisnis global khususnya di sektor migas.
Jargon "Indonesia Incorporated" pernah ramai sebagai wacana, katanya, tetapi belum konkret, termasuk sektor usaha kecil dan menengah sebagai suatu kesatuan jaringan usaha terpadu sebagaimana yang dimaksud.
Menurut Wiluan, Batam dengan kelengkapan fasilitas dan industri penunjang migas, seperti konsorsium Citra Tubindo, McDermott, dan Sembawang, masih memerlukan keterpaduan lebih luas dari segenap pemangku kepentingan seperti Pemerintah Kota Batam, Badan Pengusahaan Batam, warga masyarakat, pekerja, perusahaan kawasan industri, kantor bea dan cukai, serta imigrasi yang bergerak ke arah "Indonesia Incorporated".
Bisnis migas dunia, ujarnya, sedang berkembang ke arah positif dari aspek harga dan permintaan karena orang kembali berhati-hati menggunakan energi nuklir pascagempa dan tsunami hebat di beberapa wilayah Jepang yang pada beberapam pekanj silam mengakibatkan kerusakan pada pembangkit listrik tenaga nuklir.
Pascatsunami dan gempa Jepang, katanya, di satu sisi merupakan potensi bagi Indonesia untuk memenuhi permintaan akan bahan bangunan antara lain semen untuk pemulihan bagunan yang dilanda bencana alam.
Di Timur Tengah pun sedang terjadi perubahan dan kini sebuah industri minyak dari kawasan itu akan masuk ke Batam, ujarnya.
Kecenderungan positif bisnis perminyakan di dunia, bagi Batam merupakan peluang yang bisa membuka 50 ribu lapangan kerja baru. Namun demikian, pemanfaatan peluang tersebut mememerlukan kekompakan para pemangku kepentingan agar mampu melawan daya saing Singapura, Malaysia, Thailand, dan bahkan Filipina, kata Wiluan, seorang di antara 40 orang Indonesia terkaya versi Majalah Forbes 2009.
KITK merupakan kompleks pusat industri energi di atas lahan sekitar 420 hektare yang 20 tahun silam dialokasikan BP Batam (dulu Otorita Batam).
Di areal tersebut kini beroperasi 36 perusahaan yang sebagian besar merupakan industri perminyakan dan penunjang industri migas, antara lain PT Citra Tubindo Tbk, Citra Tubindo Engineering, PT Bredero Shaw Indonesia, PT Toyo Kanetsu Indonesia, Conoco Philips Indonesia Inc, Premier Oil West Natuna BV, Inpex MAsela Ltd dan Parker Drilling.
Di kompleks tersebut terdapat pelabuhan kargo untuk umum dengan lima dermaga yang dapat menjadi tempat pengiriman barang langsung ke berbagai negara di dunia tanpa melalui pelabuhan Singapura.
KITK dibangun 20 tahun silam dan kini terdapat 8 ribu orang pekerja industri yang mulai 1 Mei 2011 beberapa ratus orang di antaranya mulai menempati rumah susun sewa di gedung empat tingkat yang dibangun PT Jamsostek dan KITK sehingga dapat menghemat biaya transportasi dan waktu ke dan dari tempat kerja.
Di areal seluas 12,9 haktare, Jamsostek dan KITK mulai membangun tujuh blok kembar rumas susun sehingga di lahan tersebut pada akhir 2011 berdiri 10 blok kembar selain tiga blok kembar yang mulai dioperasikan mulai awal bulan depan.
Selain sarana pemondokan, di lokasi yang sama mulai dikerjakan pembangunan masjid berkapasitas 2.000 orang, dan gedung serba guna yang dapat digunakan untuk rumah ibadah umat Kristen dan Katolik dengan kapasitas 200 orang.
Kris Wiluan melalui KITK dan Yayasan Citramas di lahan tersebut akan membangun stadion olahraga untuk sepakbola dan lintasan atletik, dan kelak dilengkapi dengan gedung bulutangkis, basket sepaktakraw dan bola voli.
Pada arela seluas 7,9 ha di sekitar permukiman pekerja dan fasilitas umum itu, KITK bersama PT Tria Jaya Propertindo akan membangun 362 rumah toko dan 176 kios makanan yang dijadwalkan pada tahap pertama hingga pertengahan 2012 terealisasi 75 unit ruko dan 44 kios.
Wali Kota Ahmad Dahlan mengapresiasi pengelola KITK yang bekerja sama dengan Jamsostek, Yayasan Citramas dan pengembang, membangun sarana perumahan untuk karyawan, fasilitas umum berupa rumah-rumah ibadah, perkantoran dan pertokoan sehingga Batam kian berkembang di berbagai wilayah pertumbuhan.
Di Batam, katanya, sekarang sudah ada 52 blok kembar rumah susun sewa, tahun 2011 ini sedangh dibangun 8 blok kembar, tahun depan 15 lagi sehingga pada 2012 akan terdapat 75 blok kembar sumah susun, dari prediksi kebutuhan hingga 2015 mencapai 350 blok kembar atau sekitar 350 ribu unit.
Pembangunan rumah susun dilaksanakan BP Batam, Jamsostek, Pemkot Batam dan beberapa kementeriaan yang dapat mengurangi pertumbuhan rumah-rumah yang dibangun warga secara ilegal, katanya. ***5*** (T.A013/B/A027/A027) 15-04-2011 17:51:09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar