Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Kamis, 03 Juli 2014

Skuat BP Batam Baru Fokus Urus Status Rempang-Galang



BATAM (BP) – Kawasan Rempang dan Galang yang status pengelolaan dan peruntukannya belum jelas menjadi fokus tugas jajaran Kepala dan Anggota Badan Pengusahaan (BP) Batam periode 2014-2019 yang baru dilantik, Senin (1/7) lalu.
Hal itu diungkapkan Ketua BP Batam Mustofa Widjaya yang ditemui Batam Pos, kemarin. Mustofa mengaku optimis bisa memajukan investasi dan pembangunan di Batam. Dalam lima tahun ke depan, ia dan anggota BP Batam yang lain akan memperjuangkan kejelasan status Rempang-Galang dan perbaikan infrastruktur.
Mustofa-Widjaja-tbaru7-f,Yusuf”Status Rempang-Galang akan kami perjuangkan. Sekarang masih tetap dalam proses. Tetapi di balik itu semua, yang terutama adalah infrastruktur,” tambahnya.
Rempang adalah sebuah pulau berjarak 2,5 kilometer di sebelah tenggara Pulau Batam.
Luasnya 165,83 kilo meter persegi atau 27 persen luas Singapura. Sedangkan Galang terletak sekitar 350 kilometer di sebelah tenggara Pulau Rempang dengan luas sekitar 80 kilometer persegi atau 13 persen luas Singapura.
Kawasan Rempang-Galang tak hanya diminati pengusaha lokal, terbukti dengan banyaknya lahan yang sudah digarap untuk perkebunan, peternakan, dan pertambangan. Ada 68 perusahaan asing dan nasional yang berminat menanam modal miliaran dolar Amerika di kawasan itu.  Perusahaan-perusahaan itu bergerak di berbagai bidang. Ada sektor migas, agroindustri, perikanan, dan pariwisata.
Meski dalam PP Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, enam pulau di kawasan itu, yakni Tonton, Setokok, Nipah, Rempang, Galang, dan Pulau Galang Baru masuk kawasan FTZ, sampai sekarang hak pengelolaan lahan (HPL) kawasan itu belum ditentukan diberikan kepada siapa.
Catatan Batam Pos, sejumlah perusahaan yang pernah hendak berinvestasi di sana antara lain PT Tanjung Jelita dari Malaysia yang bergerak di bidang transmisi gas hendak menanam modal 873 juta dolar Amerika, Global Utility Development dari Jepang, lalu ada Al Ain Industries dari Arab Saudi yang bergerak di bidang penyulingan minyak siap menggelontorkan 1 miliar dolar Amerika, PT Bukaka Barelang Energy Indonesia berniat investasi 500 juta dolar Amerika, Batam Marikulture Estate BPPT-Pemko Batam berniat investasi Rp300 milia, Aquabis dari Australia siap dengan uang 15 juta dolar Amerika untuk usaha ikan tenggiri, PT Batam Livestock Center Konsorsium dengan Rp150 miliar siap membangun peternakan kambing dan lainnya.
Yang paling fenomenal adalah rencana PT Makmur Elok Graha (MEG), Grup Artha Graha, yang ingin membuat kawasan wisata ekslusif dengan modal 15 miliar dolar Amerika. Rencana investasi itu selain melibatkan duit miliaran dolar, juga melibatkan Tomy Winata, pengusaha terkenal. Bahkan saat itu, Pemko Batam dan pihak Tomy sudah meneken nota kesepahaman (MOU) tanggal 26 Agustus 2004.
Kejelasan Rempang-Galang itulah, kata Mustofa, yang akan diperjuangkan BP Batam. Meski saat ini sekitar 26 kawasan industri di Batam baru terisi sekitar 60 persen, ke depan bisa jadi Batam memerlukan kawasan industri baru.
“Saat ini masih ada space untuk perusahaan baru yang hendak masuk. Kalau pun tidak, itulah gunanya kita memperjuangkan Rempang-Galang. Tetapi untuk saat ini di kawasan industri yang ada masih mencukupi,” katanya.
Menurut Mustofa, Batam yang ada saat ini sudah sangat luar biasa, atau bisa dikatakan melejit dari beberapa tahun sebelumnya. Di mana sejumlah infrastruktur pendukung sudah lengkap di Batam. “Kalau kita menilik ke belakang, saat ini kita sudah sangat jauh melejit,” katanya.
BP Batam saat ini menurut Mustofa juga terus melakukan pembenahan SDM. Ia juga meminta pelayanan BP Batam kepada semua masyarakat untuk ditingkatkan.
“Kami ini manusia biasa, tetapi kami akan terus berbenah dan berbuat yang terbaik. Mungkin pak Habibie dulu punya kelebihan, tapi punya kekurangan juga. Sama dengan saya, punya kelebihan dan pasti ada kekurangan,” katanya.
Selain itu, kebutuhan air di Batam juga menjadi perhatian khusus BP Batam. Di mana debit air di Dam Duriangkang kini terus berkurang. Menurutnya dalam sepuluh tahun ke depan sudah harus ada waduk atau dam air bersih. Selain itu, di tahun 2025 juga harus diupayakan dam atau waduk lainnya untuk kebutuhan Batam.
“Kita masih beruntung masih ada Dam Tembesi. 2020 harus kita upayakan untuk bisa kita gunakan. Tetapi persiapannya harus dari sekarang,” katanya.
Meski demikian, pembangunan Batam ini akan sedikit lebih sulit jika tidak ada peran serta dan bantuan dari semua pihak. Ia berharap semua warga yang ada di Batam bisa mendukung BP Batam. Kenyamanan dan ketertiban menjadi yang utama.
“Mari kita jaga Batam kita ini agar tetap aman dan nyaman. Keamanan dan kenyamanan adalah hal yang utama bagi investor,” katanya.
Ditanya mengenai proses seleksi menjadi kepala BP Batam beberapa saat lalu, Mustofa tidak mau banyak berkomentar. Ia mengaku dalam bekerja tetap serius. “Saya serius saja. Semua pekerjaan harus diseriusi,” katanya.
Terpilihnya struktur kepemimpinan BP Batam, meski diisi dua wajah baru yakni Nur Syafriadi dan Istono tidak akan melonggarkan kinerja BP Batam. Sebagai team work, menurutnya semua pimpinan BP Batam akan bekerja keras.
“Yang bekerja di sini bukan saya sendiri. Kami ini team work, yang sudah berpengalaman bisa menularkan pengalamannya ke yang baru. Apalagi pak Nur kan masih orang Batam,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar