BATAM CENTRE (BP) – Ratusan warga yang tinggal di rumah liar (ruli) mendatangi gedung Otorita Batam (OB) dan DPRD Kota Batam, Senin (17/5). Mereka meminta tempat tinggalnya dialiri air dan listrik.
Mereka mengusung berbagai spanduk dan menyajikan adegan teatrikal, puisi dan nyanyian. Pendemo juga memberikan keranda di depan gedung OB sebagai simbol kematian hak-hak rakyat yang dirampok dan dimanipulasi penguasa korup.
Aksi yang didominasi ibu-ibu dan anak-anak ini dimulai sekitar pukul 10.00 WIB. Desi, warga Baloi Kolam yang ikut dalam aksi itu mengaku sudah berkali-kali mengajukan permohonan pemasangan air dan listrik, namun tak pernah dikabulkan. ”Alasannya, kawasan tempat tinggal kami merupakan daerah bermasalah,” katanya.
Sebagian warga mengaku sudah lebih 10 tahun hidup tanpa air dan listrik. Mereka menggunakan listrik dari genset dan air parit yang disaring sendiri. ”Listrik dari genset hanya hidup pukul 06.00-18.00 WIB dan kami harus bayar Rp200 ribu sebulan pada pemilik genset. Sedangkan air, selain menyaring sendiri kami pun membeli Rp10 ribu per drum,” kata Desi.
Pendemo yang berasal dari ruli Baloi Kolam, Kampung Nato, Kampung Air dan Blok R Simpang Dam, Mukakuning ini merasa pemerintah, khususnya OB tebang pilih.
Aksi ini dimotori Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gerakan Bersama Rakyat (Gebrak). Ketua LSM Gebrak, Uba Ingan Sigalingging mengatakan, pihaknya meminta anggota DPRD Kota Batam mengajukan surat kepada OB supaya wilayah ruli bisa dialiri air dan listrik.
Terpisah, Kasubbag Humas Otorita Batam Dendi Gustinandar mengatakan, sesuai aturan OB tak bisa memberikan rekomendasi pemasangan aliran air dan listrik pada lahan yang bermasalah. ”Kita sudah jelaskan aturan ini pada pendemo,” katanya, kemarin. (vie/amr) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar