SELASA, 20 MAY 2014 ( sumber : Haluan Kepri )
BATAM CENTRE (HK)- Guna mengetahui peran Badan Pengusahaan (BP) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dalam Mendukung Sistem Pertahanan Semesta, sebanyak 35 orang Perwira Siswa Pendidikan Reguler Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) Angkatan 52 tahun Ajaran 2014 melakukan kunjungan studi ke BP Batam, Senin (19/5).
Kunjungan tersebut dipimpin Kolonel (P) TNI B. Sutoyo dan diterima langsung oleh Kepala BP Batam, Mustofa Widjaja didampingi Anggota 5/Deputi Bidang Pengendalian, Asroni Harahap, beserta jajaran.
Dalam sambutannya, Mustofa Widjaja memaparkan awal pembentukan Batam dan Otorita Batam sebelum menjadi BP Batam. Dijelaskan pada awalnya Batam dibangun dengan visi sebagai penunjang bidang perminyakan, namun pada akhirnya Batam berubah memiliki 4 visi, yaitu menjadi daerah industri, daerah pariwisata, daerah transshipment, dan perdagangan.
Selanjutnya, pada tahapan evaluasi master plan, dilakukan peninjauan ulang oleh Mabes ABRI dan Pertahanan dan Keamanan terhadap Pulau Batam. Mustofa juga menjelaskan, bahwa saat ini Batam memiliki wilayah secara ekonomis kompetitif, namun jika suatu saat nanti dibutuhkan, Batam akan dapat menjadi Pusat Pertahanan, karena Batam juga memiliki jaringan ICT yang memadai.
Pada kesempatan selanjutnya, Kepala Koordinator Dosen Seskoal, Kolonel B. Sutoyo, menjelaskan maksud dan tujuan para siswanya melakukan kunjungan studi di BP Batam. Kegiatan ini guna mencari menginventarisir data potensi ketahanan Negara khususnya di laut, guna menganalisis ancaman yang mungkin datang dari luar.
Siswa Seskoal ini terdiri dari 51 orang dosen, salah satunya berasal dari Amerika Serikat. Ada 170 orang siswa yang terdiri dari 61 TNI dan 9 mancanegara yang dibagi dalam 6 kelompok, yaitu di Medan, Tanjung Asam, Pekanbaru, Tanjung Balai Karimun, Batam, dan Tanjungpinang.
Pada kesempatan diskusi dan tanya jawab yang dimoderatori oleh Direktur PTSP dan Humas, beberapa orang siswa mengajukan pertanyaan kepada Kepala BP Batam, seperti tata ruang wilayah pertahanan Pulau Batam, pengelolaan ATS di Bandar Udara Hang Nadim, kewenangan BP Batam dan Pemerintah Kota Batam, dan pemerataan wilayah Pulau Batam.
Beberapa pertanyaan dijawab langsung oleh Kepala BP Batam. Untuk Tata Ruang Pulau Batam, mengacu pada Perpres Nomor 87 Tahun 2011, di mana Batam termasuk salah satu Kawasan Strategis Nasional. Dalam pelaksanaannya, juga berkoordinasi dengan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasinal dengan Menteri Koordinator Perekonomian sebagai Ketua.
Untuk pengelolaan ATS yang dikelola oleh Singapura, nantinya akan ada beberapa perubahan peraturan, di mana akan dapat dikelola oleh Indonesia, dengan tetap berkoordinasi dengan Negara lainnya.
Kepala BP Batam juga memaparkan beberapa wewenang yang dilimpahkan Pemerintah Pusat ke BP Batam, khususnya di bidang perizinan lalu lintas barang, pengelolaan infrastruktur utama termasuk Bandara dan Pelabuhan Laut.
Terkait dengann upaya pemerataan wilayah, BP Batam telah membangun 6 buah jembatan yang menghubungkan Pulau Batam hingga Pulau Galang, sehingga wilayah kerja BP Batam mencapai 715 km2. Hal ini dikarenakan apabila industri di Pulau Batam sudah tidak kompetitif, maka investor dapat dialihkan ke wilayah lainnya, sehingga perekonomian dapat lebih merata. (r/and)
Dalam sambutannya, Mustofa Widjaja memaparkan awal pembentukan Batam dan Otorita Batam sebelum menjadi BP Batam. Dijelaskan pada awalnya Batam dibangun dengan visi sebagai penunjang bidang perminyakan, namun pada akhirnya Batam berubah memiliki 4 visi, yaitu menjadi daerah industri, daerah pariwisata, daerah transshipment, dan perdagangan.
Selanjutnya, pada tahapan evaluasi master plan, dilakukan peninjauan ulang oleh Mabes ABRI dan Pertahanan dan Keamanan terhadap Pulau Batam. Mustofa juga menjelaskan, bahwa saat ini Batam memiliki wilayah secara ekonomis kompetitif, namun jika suatu saat nanti dibutuhkan, Batam akan dapat menjadi Pusat Pertahanan, karena Batam juga memiliki jaringan ICT yang memadai.
Pada kesempatan selanjutnya, Kepala Koordinator Dosen Seskoal, Kolonel B. Sutoyo, menjelaskan maksud dan tujuan para siswanya melakukan kunjungan studi di BP Batam. Kegiatan ini guna mencari menginventarisir data potensi ketahanan Negara khususnya di laut, guna menganalisis ancaman yang mungkin datang dari luar.
Siswa Seskoal ini terdiri dari 51 orang dosen, salah satunya berasal dari Amerika Serikat. Ada 170 orang siswa yang terdiri dari 61 TNI dan 9 mancanegara yang dibagi dalam 6 kelompok, yaitu di Medan, Tanjung Asam, Pekanbaru, Tanjung Balai Karimun, Batam, dan Tanjungpinang.
Pada kesempatan diskusi dan tanya jawab yang dimoderatori oleh Direktur PTSP dan Humas, beberapa orang siswa mengajukan pertanyaan kepada Kepala BP Batam, seperti tata ruang wilayah pertahanan Pulau Batam, pengelolaan ATS di Bandar Udara Hang Nadim, kewenangan BP Batam dan Pemerintah Kota Batam, dan pemerataan wilayah Pulau Batam.
Beberapa pertanyaan dijawab langsung oleh Kepala BP Batam. Untuk Tata Ruang Pulau Batam, mengacu pada Perpres Nomor 87 Tahun 2011, di mana Batam termasuk salah satu Kawasan Strategis Nasional. Dalam pelaksanaannya, juga berkoordinasi dengan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasinal dengan Menteri Koordinator Perekonomian sebagai Ketua.
Untuk pengelolaan ATS yang dikelola oleh Singapura, nantinya akan ada beberapa perubahan peraturan, di mana akan dapat dikelola oleh Indonesia, dengan tetap berkoordinasi dengan Negara lainnya.
Kepala BP Batam juga memaparkan beberapa wewenang yang dilimpahkan Pemerintah Pusat ke BP Batam, khususnya di bidang perizinan lalu lintas barang, pengelolaan infrastruktur utama termasuk Bandara dan Pelabuhan Laut.
Terkait dengann upaya pemerataan wilayah, BP Batam telah membangun 6 buah jembatan yang menghubungkan Pulau Batam hingga Pulau Galang, sehingga wilayah kerja BP Batam mencapai 715 km2. Hal ini dikarenakan apabila industri di Pulau Batam sudah tidak kompetitif, maka investor dapat dialihkan ke wilayah lainnya, sehingga perekonomian dapat lebih merata. (r/and)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar