Batam (Antara Kepri) - Badan Pengusahaan (BP) Batam, optimistis Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam mampu bersaing dengan negara-negara kawasan saat pemberlakuan ASEAN Free Trade Area(AFTA) mulai 2015.

"Saat ini kami sudah mampu bersaing dilihat dengan investasi asing yang terus menerus tumbuh. Jadi kami juga optimis akan mampu bersaing saat AFTA diberlakukan," kata Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Humas BP Batam Dwi Djoko Wiwoho di Batam, Senin.

Ia mengatakan, dari tahun ke tahun investasi Batam terus meningkat membuktikan Batam semakin mampu bersaing dengan kawasan serupa Asia Pasifik.

BP Batam mencatat, kumulatif investasi total padak 2007 mencapai 13,08 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Kumulatif investasi total pada 2008 naik dari 13,08 menjadi 13,66 miliar dolar AS.

Pada 2009, kumulatif investasi total juga mengalami kenaikan menjadi 14,10 miliar dolar AS. Untuk 2010 kumulatif investasi total 14,59 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan sekitar 49 juta dolar AS dibanding 2009.

Selanjutnya 2011 kumulatif investasi total 14,74 miliar dolar AS dan Untuk 2012 juga mengalami kenaikan dengan nilai kumulatif investasi mencapai 15,69 miliar dolar AS. Angka tersebut naik pada 2013 menjadi 16,14 miliar dolar AS.

"Promosi disejumlah negara, terutamanya di kawasan Asia selain Eropa dan Amerika, terus dilakukan untuk meningkatkan investasi baru di Batam. Kami juga memperbaiki sejumlah infrastruktur seperi pelabuhan bongkar muat, bandara, jalan agar Batam tetap menjadi pilihan investor," kata dia.

Selain itu, kata dia, negara-negara Asia diharapkan hingga beberapa tahun kedepan menjadi investorterbesar yang masuk kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam.

"Tahun ini Jepang menjadi sasaran utama promosi kami. Jepang sangat potensial kembali gencar berinvestasi pascapulih dari tsunami," kata Djoko.

Sementara, Kasubdit Humas dan Publikasi BP Batam, Ilham Eka Hartawan mengatakan sedang memverifikasi lahan yang terbengkalai atau tidak terpakai sehingga bisa dialokasikan untuk investor lain.

"Lahan tidur itu akan dialokasikan sebagai lahan baru untuk investor. Dimana, sesuai ketentuannya, investor bisa menyewa lahan, dengan membayar UWTO untuk masa 30 tahun," kata dia.

Diharapkan, saat AFTA berjalan tahun 2015 mendatang, lahan sudah siap dan tidak ada masalah untuk investor. (Antara)