BATAM- Meski convention center dan area pameran di Gedung Sumatera Convention Centre (SCC) belum termanfaatkan secara maksimal, namun setiap tahunnya PT Sembilan Satu Satu selaku pengelola gedung tetap menyerahkan royalti kepada pemilik saham. Desember 2011 lalu, perusahaan tersebut memberikan royalti senilai Rp1,5 miliar.
Rincian penerima royalti tahun 2011 itu, Pemerintah Provinsi Riau mendapat Rp800 juta. Sedangkan Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) Rp600 juta dan Pemko Batam Rp99 juta.
"Setiap tahun pemegang saham menerima royalti dari pengelola sesuai hasil pemeriksaan (audit) keuangan. Besarannya sesuai persentasi saham masing-masing," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam yang juga sebagai Wakil Ketua II Badan Pengusahaan Pusat Promosi Gedung SCC, Ahmad Hijazi melalui sambungan telepon, Kamis (22/2).
Disebutkan Hijazi, sejak pengelolaan Gedung Sumatera Convention Center (SCC) yang awalnya bernama Sumatera Promotion Center (SPC) di lelang pada 2007 lalu, tiga pemegang saham, yaitu Pemprov Riau, Otorita Batam (kini Badan Pengusahaan Batam), dan Pemko Batam menerima royalti Rp2 M. Pembagian royalti sesuai besaran saham yang telah ditanamkan, yaitu Pemprov Riau 52 persen, BP Batam 42 Persen dan Pemko Batam 6 persen lebih.
Hijazi saat dihubungi sedang melakukan perjalanan dinas di Jakarta. Ia menjelaskan, ada dua komitmen yang tidak ditepati oleh gubernur se-Sumatera, yaitu komitmen membangun Gedung Sumatera Promotion Centre (SPC) yang akhirnya dibangun oleh Pemprov Riau, BP Batam dan Pemko Batam. Komitmen kedua yang juga tidak jalan yaitu tidak lagi menggunakan SCC sebagai tempat display promosi.
"Kita telah menyediakan permanen display untuk digunakan sebagai tempat promosi masing-masing provinsi. Belakangan dibongkar berdasarkan kesepakatan karena banyak provinsi yang menunggak pembayaran. Bahkan sampai kini masih ada dua provinsi yang belum membayar tunggakan dengan nilai Rp500 juta. Saya tidak bisa menyebutkan provinsinya. Karena masing-masing provinsi telah memiliki komitmen untuk melunasi," ujar Hijazi.
Menurutnya, strategi promosi investasi tidak bisa hanya melalui pameran dan display permanen saja, tetapi juga harus didukung oleh perdagangan. Hal inilah yang dinilainya masih kurang.
"Strategi promosi investasi harus didukung trading. Jika itu dijalankan, bisa menghidupi kelembagaan mereka. Tidak lagi bergantung pada APBD seperti yang selama ini terjadi," ucapnya.
Disebutkan Hijazi, Gedung SCC cukup termanfaatkan dengan maksimal. Bahkan untuk tower di luar yang digunakan Konsulat Singapura telah termanfaatkan 70 persen untuk bisnis. Hanya saja convention center dengan daya tampung 1.000 lebih dan area pameran belum termanfaatkan secara maksimal. Untuk convention center selama ini dimanfaatkan lebih kepada pelayanan. (pti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar