Badai krisis ekonomi di sejumlah negara Eropa
dan Amerika mulai berdampak pada sektor industri di Batam. Investasi
asing juga terpantau terus melambat dalam beberapa bulan terakhir.
Badan Pengusahaan (BP) Batam mencatat, sepanjang Januari 2012 hanya empat penanaman modal asing (PMA) yang mengajukan aplikasi investasi di Batam. Angka tersebut turun 100 persen lebih dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai sembilan aplikasi PMA.
”Dari segi nilai, investasi juga turun dari 14 juta dolar AS pada Januari 2011 menjadi 4 juta dolar AS pada Januari 2012,” kata Direktur PTSP dan Humas BP Batam Dwi Djoko Wiwoho, Senin (20/2).
Djoko mengatakan, tahun ini BP Batam harus bekerja ekstra mempromosikan potensi investasi di Batam. Anggarannya pun dinaikkan dari Rp1 miliar pada 2011 menjadi Rp7,5 miliar untuk tahun ini.
”Tapi masih pengajuan, belum disetujui,” kata Djoko. Kalangan pengusaha juga mulai merasakan dampak krisis ekonomi di Eropa dan Amerika. Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, OK Simatupang, saat ini ada beberapa perusahaan asing di Batam runtuh akibat krisis keuangan tersebut. Umumnya perusahaan tersebut tutup karena tidak lagi mendapat order atau proyek dari luar negeri.
”Kebanyakan di Batam ini perusahaan ‘tukang jahit’. Jadi kalau tidak ada yang pesan, ya tidak ada kerjaan. Makanya mereka memilih tutup,” kata OK Simatupang, kemarin. Pria yang juga ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Batam ini mengatakan, sejumlah kawasan industri juga banyak yang melaporkan mulai cemas dampak krisis Eropa tersebut akan meluas. Mereka mengaku khawatir akan kehilangan proyek dan pekerjaan hingga akhirnya terpaksa tutup.
Untuk itu, OK mengimbau supaya industri di Batam mulai melakukan langkah-langkah antisipatif. Misalnya dengan mencari pasar ekspor baru. Jika untuk kawasan Eropa mulai sepi, hendaknya mereka membidik pasar baru di kawasan Asia dan negara-negara lain yang lebih potensial.
”Selain itu, kami berharap pemerintah juga berupaya keras dalam menciptakan iklim investasi yang lebih baik. Misalnya dengan menjaga stabilitas keamanan, penyediaan sarana dan infrastruktur dan sektor pendukung lainnya,” ujar OK Simatupang.
Deputi Bidang Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Batam Uzersyah, memiliki analisa yang sedikit berbeda soal dampak krisis ekonomi Eropa ini. Kata dia, krisis Eropa memang membawa dampak bagi sektor industri di tanah air, termasuk Batam. Namun itu tidak terlalu signifikan.
Berdasarkan data BI Batam, kata Uzersyah, tidak semua sektor industri di Batam terpukul badai krisis Eropa. Bahkan beberapa perusahaan asing di Batam justru meraup ‘berkah’ dari krisis tersebut.
”Ada beberapa perusahaan yang malah kebanjiran pesanan dari negara-negara Eropa seperti Perancis. Karena produsen di sana macet akibat krisis itu. Otomatis mereka mengalihkan order ke negara lain termasuk di Batam,” kata Uzersyah, Senin (20/2).
Untuk itu Uzersyah masih tetap optimis tingkat pertumbuhan ekonomi di Batam tahun ini juga tidak akan terlalu terpengaruh. Jika pada 2011 angka pertumbuhan ekonomi Batam mencapai 7,1 persen, maka tahun ini diperkirakan masih berkisar antara 6 hingga 7 persen.
Meski begitu, Uzersyah berharap pemerintah tidak tinggal diam menghadapi dampak krisis Eropa itu. Senada dengan OK Simatupang, Uzersyah juga meminta pemerintah daerah terus meningkatkan stabilitas keamanan, perbaikan infrastruktur dan sarana pendukung investasi lainnya. Sehingga Batam tetap menjadi magnet bagi para investor, terutama investor asing.
”Termasuk berita-berita miring dari LSM, hendaknya tidak menjelek-jelekkan perusahaan asing,” katanya.
Sayangnya, Uzersyah sendiri mengaku belum mengantongi data aktivitas ekspor dari Batam dalam dua bulan terakhir. Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) Batam juga belum bisa memberikan jawaban soal data ekspor.
”Waduh, saya masih di Jakarta mas,” ujar Ketua BPS Batam Endang Sri Retno menjawab pesan singkat wartawan koran ini, kemarin. (suparman)
Badan Pengusahaan (BP) Batam mencatat, sepanjang Januari 2012 hanya empat penanaman modal asing (PMA) yang mengajukan aplikasi investasi di Batam. Angka tersebut turun 100 persen lebih dari periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai sembilan aplikasi PMA.
”Dari segi nilai, investasi juga turun dari 14 juta dolar AS pada Januari 2011 menjadi 4 juta dolar AS pada Januari 2012,” kata Direktur PTSP dan Humas BP Batam Dwi Djoko Wiwoho, Senin (20/2).
Djoko mengatakan, tahun ini BP Batam harus bekerja ekstra mempromosikan potensi investasi di Batam. Anggarannya pun dinaikkan dari Rp1 miliar pada 2011 menjadi Rp7,5 miliar untuk tahun ini.
”Tapi masih pengajuan, belum disetujui,” kata Djoko. Kalangan pengusaha juga mulai merasakan dampak krisis ekonomi di Eropa dan Amerika. Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, OK Simatupang, saat ini ada beberapa perusahaan asing di Batam runtuh akibat krisis keuangan tersebut. Umumnya perusahaan tersebut tutup karena tidak lagi mendapat order atau proyek dari luar negeri.
”Kebanyakan di Batam ini perusahaan ‘tukang jahit’. Jadi kalau tidak ada yang pesan, ya tidak ada kerjaan. Makanya mereka memilih tutup,” kata OK Simatupang, kemarin. Pria yang juga ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Batam ini mengatakan, sejumlah kawasan industri juga banyak yang melaporkan mulai cemas dampak krisis Eropa tersebut akan meluas. Mereka mengaku khawatir akan kehilangan proyek dan pekerjaan hingga akhirnya terpaksa tutup.
Untuk itu, OK mengimbau supaya industri di Batam mulai melakukan langkah-langkah antisipatif. Misalnya dengan mencari pasar ekspor baru. Jika untuk kawasan Eropa mulai sepi, hendaknya mereka membidik pasar baru di kawasan Asia dan negara-negara lain yang lebih potensial.
”Selain itu, kami berharap pemerintah juga berupaya keras dalam menciptakan iklim investasi yang lebih baik. Misalnya dengan menjaga stabilitas keamanan, penyediaan sarana dan infrastruktur dan sektor pendukung lainnya,” ujar OK Simatupang.
Deputi Bidang Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Batam Uzersyah, memiliki analisa yang sedikit berbeda soal dampak krisis ekonomi Eropa ini. Kata dia, krisis Eropa memang membawa dampak bagi sektor industri di tanah air, termasuk Batam. Namun itu tidak terlalu signifikan.
Berdasarkan data BI Batam, kata Uzersyah, tidak semua sektor industri di Batam terpukul badai krisis Eropa. Bahkan beberapa perusahaan asing di Batam justru meraup ‘berkah’ dari krisis tersebut.
”Ada beberapa perusahaan yang malah kebanjiran pesanan dari negara-negara Eropa seperti Perancis. Karena produsen di sana macet akibat krisis itu. Otomatis mereka mengalihkan order ke negara lain termasuk di Batam,” kata Uzersyah, Senin (20/2).
Untuk itu Uzersyah masih tetap optimis tingkat pertumbuhan ekonomi di Batam tahun ini juga tidak akan terlalu terpengaruh. Jika pada 2011 angka pertumbuhan ekonomi Batam mencapai 7,1 persen, maka tahun ini diperkirakan masih berkisar antara 6 hingga 7 persen.
Meski begitu, Uzersyah berharap pemerintah tidak tinggal diam menghadapi dampak krisis Eropa itu. Senada dengan OK Simatupang, Uzersyah juga meminta pemerintah daerah terus meningkatkan stabilitas keamanan, perbaikan infrastruktur dan sarana pendukung investasi lainnya. Sehingga Batam tetap menjadi magnet bagi para investor, terutama investor asing.
”Termasuk berita-berita miring dari LSM, hendaknya tidak menjelek-jelekkan perusahaan asing,” katanya.
Sayangnya, Uzersyah sendiri mengaku belum mengantongi data aktivitas ekspor dari Batam dalam dua bulan terakhir. Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) Batam juga belum bisa memberikan jawaban soal data ekspor.
”Waduh, saya masih di Jakarta mas,” ujar Ketua BPS Batam Endang Sri Retno menjawab pesan singkat wartawan koran ini, kemarin. (suparman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar