Dunia industri di Batam tak akan terpengaruh rencana kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM). Selain karena industri banyak yang
menggunakan BBM nonsubsidi, harga listrik di Batam juga tak akan
terpengaruh kenaikan BBM.
Wali Kota Batam Ahmad Dahlan mengklaim rencana pemerintah pusat untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan industri dan perekonomian di kota ini.
Hanya saja ia meminta semua pihak untuk lebih berhemat baik air maupun listrik walau listrik yang ada di Batam menggunakan gas.
Sedangkan untuk industri, Ahmad Dahlan mengklaim BBM yang digunakan adalah BBM non subsidi sesuai peruntukannya. “Jadi pengaruhnya tidak terlalu signifikan karena industri gunakan BBM non subsidi,” katanya.
Namun demikian, Dahlan mengaku kuatir jika terjadi kenaikan tarif listrik. Tapi ia mengklaim juga tidak terlalu signifikan terhadap investasi yang ada karena listrik di kota ini menggunakan gas.
Ia juga mengatakan perekonomian Batam juga terus tumbuh walau sedang krisis di eropa. Bahkan pertumbuhan ekonomi di Batam sekitar 7 persen melebihi pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya enam persen.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat rapat kabinet Rabu (22/2) lalu mengisyaratkan pemerintah sepertinya akan menaikan harga BBM sebagai efek dari kondisi perekonomian global.
SBY menjelaskan, asumsi yang ada dalam APBN 2012 perlu disesuaikan seiring dengan kecenderungan naiknya harga minyak dunia. Saat ini, harganya menyentuh USD 115 per barel. “Tidak mungkin lagi kita mematok harga USD 90 per barel,” katanya.
Senada dengan Dahlan, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepri Cahya mengatakan, kenaikan BBM tak akan berpengaruh besar pada dunia investasi Batam. Kalangan industri misalnya, kata Cahya, sudah lama menggunakan BBM tak bersubsidi. Listrik PLN Batam, kata Cahya, juga sudah menggunakan tarif regional. Sehingga, tak ada alasan tarif listrik naik. “Jadi saya rasa tak akan mempengaruhi dunia investasi di Batam,” tukasnya.
Kenaikan BBM, kata Cahya, untuk jangka panjang merupakan langkah terbaik. Di negara-negara maju, pemerintahnya sudah mengurangi subsidi BBM. “Lagi pula kan banyak yang bilang, BBM bersubsidi hanya dinikmati mereka yang kaya. Saya kira kenaikan BBM tak akan banyak pengaruhnya,” tukasnya.
Dari sisi transportasi dan harga-harga sembako, kata Cahya, bisa jadi akan naik. “Tapi itu resiko dari kenaikan BBM,” tukasnya.
Pengusaha, kata Cahya, berharap kenaikan BBM itu akan diikuti dengan perbaikan infrastruktur. Anggaran yang selama ini tersedot untuk subsidi, harus dialihkan untuk pembangunan infrastruktur. “Saya belum tahu skemanya akan seperti apa. Tapi, saya yakin pemerintah sudah punya perhitungan sendiri,” ujarnya.
Sementara Ketua Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Batam, Nada F Soeraya, mengungkapkan rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) secara langsung akan berimbas terhadap kenaikan biaya produksi. Imbasnya, semua produk yang dihasilkan perusahaan tersebut harganya juga akan ikut naik, apalagi kenaikan harga itu juga dipengaruhi oleh krisis eropa yang sedang terjadi saat ini.
Menurutnya, kenaikan harga ini juga akan makin memperpanjang rantai biaya produksi perusahaan yang ujungnya masyarakat lah yang menjadi semakin terbebani.
Selain itu, dengan adanya kenaikan harga BBM itu maka biaya transportasi darat maupun laut akan ikut naik. Batam sebagai wilayah kepulauan akan semakin kesulitan mendapatkan bahan pokok murah karena semua itu dikirim lewat laut. “Harga bahan pokok pastinya juga ikut naik,” ungkapnya.
Dikatakan Nada, dengan kenaikan harga BBM ini pemerintah harus segera mengambil langkah agar imbasnya tidak menjalar ke harga bahan pokok. Mengingat segala kebutuhan bahan pokok di Batam dikirim lewat laut maka Pemerintah harus mensubsidi kapal-kapal perintas pengangkut bahan pokok tersebut. “Ini harus diperhatikan oleh pemerintah jika tidak ingin melihat semua harga bahan pokok naik,” tukasnya. (spt/med/nal)
Wali Kota Batam Ahmad Dahlan mengklaim rencana pemerintah pusat untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan industri dan perekonomian di kota ini.
Hanya saja ia meminta semua pihak untuk lebih berhemat baik air maupun listrik walau listrik yang ada di Batam menggunakan gas.
Sedangkan untuk industri, Ahmad Dahlan mengklaim BBM yang digunakan adalah BBM non subsidi sesuai peruntukannya. “Jadi pengaruhnya tidak terlalu signifikan karena industri gunakan BBM non subsidi,” katanya.
Namun demikian, Dahlan mengaku kuatir jika terjadi kenaikan tarif listrik. Tapi ia mengklaim juga tidak terlalu signifikan terhadap investasi yang ada karena listrik di kota ini menggunakan gas.
Ia juga mengatakan perekonomian Batam juga terus tumbuh walau sedang krisis di eropa. Bahkan pertumbuhan ekonomi di Batam sekitar 7 persen melebihi pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya enam persen.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat rapat kabinet Rabu (22/2) lalu mengisyaratkan pemerintah sepertinya akan menaikan harga BBM sebagai efek dari kondisi perekonomian global.
SBY menjelaskan, asumsi yang ada dalam APBN 2012 perlu disesuaikan seiring dengan kecenderungan naiknya harga minyak dunia. Saat ini, harganya menyentuh USD 115 per barel. “Tidak mungkin lagi kita mematok harga USD 90 per barel,” katanya.
Senada dengan Dahlan, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepri Cahya mengatakan, kenaikan BBM tak akan berpengaruh besar pada dunia investasi Batam. Kalangan industri misalnya, kata Cahya, sudah lama menggunakan BBM tak bersubsidi. Listrik PLN Batam, kata Cahya, juga sudah menggunakan tarif regional. Sehingga, tak ada alasan tarif listrik naik. “Jadi saya rasa tak akan mempengaruhi dunia investasi di Batam,” tukasnya.
Kenaikan BBM, kata Cahya, untuk jangka panjang merupakan langkah terbaik. Di negara-negara maju, pemerintahnya sudah mengurangi subsidi BBM. “Lagi pula kan banyak yang bilang, BBM bersubsidi hanya dinikmati mereka yang kaya. Saya kira kenaikan BBM tak akan banyak pengaruhnya,” tukasnya.
Dari sisi transportasi dan harga-harga sembako, kata Cahya, bisa jadi akan naik. “Tapi itu resiko dari kenaikan BBM,” tukasnya.
Pengusaha, kata Cahya, berharap kenaikan BBM itu akan diikuti dengan perbaikan infrastruktur. Anggaran yang selama ini tersedot untuk subsidi, harus dialihkan untuk pembangunan infrastruktur. “Saya belum tahu skemanya akan seperti apa. Tapi, saya yakin pemerintah sudah punya perhitungan sendiri,” ujarnya.
Sementara Ketua Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Batam, Nada F Soeraya, mengungkapkan rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) secara langsung akan berimbas terhadap kenaikan biaya produksi. Imbasnya, semua produk yang dihasilkan perusahaan tersebut harganya juga akan ikut naik, apalagi kenaikan harga itu juga dipengaruhi oleh krisis eropa yang sedang terjadi saat ini.
Menurutnya, kenaikan harga ini juga akan makin memperpanjang rantai biaya produksi perusahaan yang ujungnya masyarakat lah yang menjadi semakin terbebani.
Selain itu, dengan adanya kenaikan harga BBM itu maka biaya transportasi darat maupun laut akan ikut naik. Batam sebagai wilayah kepulauan akan semakin kesulitan mendapatkan bahan pokok murah karena semua itu dikirim lewat laut. “Harga bahan pokok pastinya juga ikut naik,” ungkapnya.
Dikatakan Nada, dengan kenaikan harga BBM ini pemerintah harus segera mengambil langkah agar imbasnya tidak menjalar ke harga bahan pokok. Mengingat segala kebutuhan bahan pokok di Batam dikirim lewat laut maka Pemerintah harus mensubsidi kapal-kapal perintas pengangkut bahan pokok tersebut. “Ini harus diperhatikan oleh pemerintah jika tidak ingin melihat semua harga bahan pokok naik,” tukasnya. (spt/med/nal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar