Demikian disampaikan Asisten General Manager PT Sembilan Satu Satu, Enos Justin melalui sambungan telepon, Selasa (21/2).
"Pembongkaran display yang dilakukan akhir 2010 lalu bukan keinginan kami, melainkan keputusan masing-masing provinsi. Alasannya karena tidak ada dampak. Menurut saya, konsep pengelolaannya yang tidak tepat," ujar Enos.
Enos menegaskan, meskipun display permanen di gedung itu telah dibongkar berdasarkan keinginan masing-masing pemilik stan, tidak serta merta mengubah konsep gedung tersebut menjadi gedung perkantoran saja.
"Sesuai konsep awalnya, sebagai tempat promosi daerah, SCC akan tetap menjadi tempat convention sesuai konsep awal pembangunannya. Mungkin ke depan kami akan mengubah konsep promosi, tetapi dalam pengelolaan kami nanti, konsep promosinya tidak seperti yang lalu itu, melainkan lebih ke arah digital dan terpadu. Yang lalu biarlah, lagi pula dulu itu bukan di bawah pengelolaan kami," ujar Enos.
Enos berencana untuk tidak melepaskan konsep gedung sebagai pusat convention, karena gedung memiliki hall yang cukup besar untuk pameran dan display potensi pariwisata, industri dan sebagainya.
"Kami tetap akan menjadikan lantai dua sebagai display, nanti akan kami bangun 'Pusat Informasi Investasi Kabupaten se Indonesia', target pesertanya 500 lebih kabupaten dan kota se Indonesia. Ini karena lokasi SCC sangat strategis, berada di Batam, dan kami akan mengundang investor untuk datang dan melihat potensi yang ada melalui SCC," ujar Enos.
Sementara itu, Pemprov Sumbar salah satu peserta forum Gubernur se Sumatera yang pernah memiliki stan di gedung SCC, sejak 2010 sudah tidak aktif lagi dalam kegiatan promosi di PT Sumatera Promotion Center (PT SPC) Batam. Dan pada 2011, seluruh asset Sumbar yang ada di Gedung SCC, sudah dibongkar termasuk display permanen yang menampilkan potret Sumbar, karena sempat menjadi temuan Inspektorat Sumbar.
PT SPC dirasakan tidak lagi memberikan manfaat. Sewa gedung yang terbilang mahal menyebabkan tidak ada lagi yang sanggup bertahan. Berbeda ketika awal didirikan tahun 2005, PT SPC turut memberi andil bagi kemajuan perekonomian Sumbar dan semua provinsi di Sumatera.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Sumbar, Masrul Zen didampingi Sekretaris Zainal Abidin kepada Haluan (grup Haluan Kepri), di Padang menjelaskan, keikutsertaan Sumbar di PT SPC berdasarkan kesepakatan gubernur se-Sumatera di Lagoi, bahwa untuk mengejar ketertinggalan Sumatera dari Jawa perlu disatukan gerak dengan melakukan berbagai kegiatan.
“Dulu, kurun waktu 2005-2006, PT SPC ikut memberi andil pertumbuhan ekonomi masyarakat Sumbar, seperti kunjungan wisata ke daerah meningkat, perdagangan dari Malaysia dan Singapura dan juga peluang investasi,” katanya.
Dan saat pendiriannya, Pemprov Sumbar melalui PT Andalas Tuah Sakato (PT.ATS) turut serta menyetor dana sebagai saham di PT SPC sebesar Rp100 juta. PT SPC berdiri dan bermarkas di gedung milik Pemprov Riau di Batam. Tetapi PT SPC tidak mampu membayar biaya operasionalnya yang mencapai Rp500 juta per bulan.
Dan ketika Pemprov Riau menyerahkan pengelolaan gedung ke PT Sembilan Satu Satu Jakarta, PT SPC tidak lagi punya taring. Semua ketentuan di gedung itu ditentukan pihak pengelola, termasuk sewa gedung Rp7,5 juta per bulan. Hal ini menyebabkan PT SPC menjadi tersingkir.
“Sejak itu pula, aktivitas promosi menjadi tersendat. Sebab biaya promosi yang dipatok pengelola sangat memberatkan. Dan secara perlahan, asset di gedung itu menjadi tidak terurus dan tingkat kunjungan pun menurun dan akhirnya berhenti sama sekali,” kata Masrul.
Karena selalu dianggarkan dalam APBD Sumbar untuk sewa gedung, tetapi hasilnya tidak ada, dan kemudian menjadi temuan Inspektorat Sumbar maka akhirnya aktivitas di SCC ditutup, dan seluruh asset di bawa kembali.
Menjawab pertanyaan Haluan seputar saham PT.ATS di PT SPC, menurut Masrul pihaknya tidak mengetahui secara persis karena berada di lingkup kewenangan Biro Perekonomian. Perusahaan itu masih berdiri, karena yang bermasalah itu adalah gedung yang digunakan untuk promosi.
Tetap Difungsikan
Asisten GM PT Sembilan Satu Satu Enos Justin mengatakan Gedung SCC memiliki area exhibition, auditorium dan office space. Sumatera Expo merupakan salah satu agenda yang selama ini digelar di SCC, namun sejak 2011 dipindahkan ke Mega Mall dengan berbagai alasan. Meski begitu, Enos mengatakan SCC tetap digunakan untuk berbagai kegiatan.
"Kami tidak merasa ditinggalkan, karena masih banyak EO lain atau pihak lain yang bisa bekerjasama dan menggelar acara di SCC. Setiap tahun rutin, seperti Bursa Tenaga Kerja, Batam Motor Expo. Sedangkan area office sudah 95 persen tersewakan," ujar Enos.
Dijelaskannya, area belakang gedung yang rusak karena abrasi akan diperbaiki, bahkan akan digunakan Mei-Juni mendatang sebagai tempat kuliner Seafood dan Chinese Food.
"Dari segi perawatan gedung, kami rutin melakukan perbaikan. Setiap bulan kami mengeluarkan biaya yang berbeda-beda, mencapai Rp30 juta per bulan," ujar Enos.
Enos juga mengatakan, sebagai pusat promosi, pihaknya kerap mensubsidi untuk biaya promosi kegiatan-kegiatan yang di lakukan di gedung tersebut. Besaran subsidi juga berbeda, mencapai Rp3-4 juta per hari.
Meskipun begitu, PT Sembilan Satu Satu tetap melakukan kewajibannya membayarkan royalti kepada pemegang saham secara berkala. Namun Enos mengaku tidak bisa menyampaikan berapa nilai royalty tersebut dengan alasan bukan kapasitasnya untuk berbicara.
Meski sepi dari kegiatan pameran, namun sejumlah tenant masih tetap betah di SCC. Seperti Bank BNI, Harbour Cafe, Pusat Pelayanan Terpadu Pemko Batam, BKPM, internet data centre dan lainnya. (vie/pti/wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar