(Sumber Batam Pos)
Meski sempat ditentang berbagai kalangan, namun Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Kota Batam tetap ngotot melakukan proses clean up limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di kawasan Dam Tembesi. Volume limbah yang proses hukumnya jalan di tempat itu, diperkirakan mencapai 130 ton dan memakan biaya tak sedikit.
Kepala Bapedal Kota Batam Dendi N Purnomo mengatakan, limbah copper slug tersebut sudah dilokalisir dan dikemas dalam jumbo bag dan karung. Saat ini, sedikitnya terkumpul 50 jumbo bag dan 350 karung ukuran kecil. ”Kami perkirakan volume limbahnya mencapai 130 ton” kata Dendi, Selasa (7/2).
Dendi mengatakan, kemasan limbah tersebut masih ditumpuk di sekitar lokasi penimbunan limbah. Sebab belum ada gudang penyimpanan limbah yang kosong di Kawasan Pengelolaan Limbah Industri (KPLI-B3) di Kabil.
”Masih nunggu ada gudang yang kosong. Nanti kalau sudah ada yang kosong semua limbah akan kita angkut ke gudang di Kabil,” katanya.
Dia mengakui, proses pengangkatan limbah B3 ini memakan waktu lebih lama dari target. Yakni sekitar dua pekan, padahal awalnya ditargetkan selesai dalam lima hari. Kata Dendi, ini dikarenakan volume limbah ternyata lebih banyak dari yang diperkirakan.
Selain itu, lokasi penimbunan limbah juga tersebar di sejumlah titik di sekitar Dam Tembesi. ”Awalnya, kami kira hanya di satu titik. Rupanya ada beberapa titik,” kata Dendi.
Kebijakan Bapedalda Batam melakukan clean up limbah sempat ditentang berbagai kalangan, terutama pemerhati lingkungan. Mereka menyayangkan pembersihan itu dilakukan saat proses hukum sedang berjalan, meski terkesan mandeg. Bahkan, meski sudah memeriksa 13 saksi, termasuk petinggi perusahaan yang diduga membuang limbah, namun hingga kini belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka.
Biaya clean up limbah sendiri diduga disponsori orang atau perusahaan yang mestinya bertanggung jawab dalam kasus limbah B3 ini. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar