(sumber Batam Pos) 1 November 2011
Batam
dibangun dengan mengedepankan industri manufaktur sebagai motor
penggerak ekonomi. Pemerintah melalui Otorita Batam yang kini berubah
nama menjadi BP Batam membangun berbagai sarana infrastruktur untuk
menarik minat investor asing, tidak itu saja berbagai layanan kemudahan
investasi pun diberikan.
Batam kemudian berkembang dan berkembang. Industri manufaktur yang
direncanakan diminati investor asing, terwujud. Anak-anak muda dari
penjuru Indonesia pun Batam yang diproyeksikan hanya akan berpenduduk 700 ribu orang kini telah tembus angka satu juta jiwa. Penyakit sosial pun muncul di Batam mengikuti pergerakan pertumbuhan penduduk.
Tidak semua orang yang datang ke Batam memiliki akses perumahan. Muncullah rumah liar atau rumah kumuh.
Tidak mudah memecahkan masalah ini. Keahlian yang tak memadai memaksa sebagian warga Batam memiliki pendapatan di bawah rata-rata. Rumah murahpun tak terjangkau oleh mereka.
BP Batam berpikir solusi apa yang bisa dilakukan untuk penghuni rumah kumuh tersebut. Tahap awal dilakukan pemindahan warga dari Ruli ke kavling siap bangun (KSB). Program ini ternyata tak banyak membantu. Tidak semua warga sanggup untuk membangun rumah layak-sehat.
Kemudian BP Batam membangun rumah susun sewa di berbagai titik yang berdekatan dengan kawasan industri. Rumah susun ini cukup membantu pekerja. Antara lain, Rumah susun BIDA Sekupang, Batuampar, Mukakuning dan beberapa tempat lainnya.
Kini, sebuah program kembali digulirkan, pembangunan rumah murah. Program yang digagas BP Kawasan ini rupanya disambut hangat oleh Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera). Sebuah skema pembanguan rumah murah disusun. Kemenpera akan membangun infrastruktur lingkungan, warga diberi laluan untuk bisa mendapatkan bantuan kredit rumah murah.
Direktur Permukiman, Lingkungan, dan Agri Bisnis (Dirkimling) BP Batam Ir Tato Wahyu mengatakan, pembangunan rumah murah ini klop dengan program Kemenpera.
“Warga penghuni KSB akan mendapatkan rumah layak dan sehat dengan harga murah karena bunga yang sangat rendah, yaitu sekitar 5-6 persen,’’ ujar Tato Wahyu.
Masalah pembangunan rumah murah tidak sederhana. Tidak semua kontraktor mau membangun rumah murah karena menurut hitungan mereka biaya yang dipagukan tidak masuk, kontraktor tak memperoleh keuntungan. Tato menceritakan hingga berita ini ditulis belum ada kontraktor dari Batam yang bersedia.
”Kalau tidak ada kontraktor dari Batam, Kemenpera akan membawa kontraktor dari Jakarta,” lanjut Tato.
Kesempatan kontraktor lokal untuk ikut membangun masih terbuka, Kemenpera akan membangun rumah contoh yang sesuai dengan pagu yang ditetapkan, Rp25 juta. Rumah contoh ini dimaksudkan untuk merangsang kontraktor lokal.
Sementara itu untuk pembiayaan, Kasubdit Pengelolaan Pemukiman Ponco I Subekti menyebutkan, untuk merealisasikan program yang rencananya sudah dimulai tahun 2012 tersebut, BP Batam bekerja sama dengan pihak bank yakni Bank Bukopin.
Masalah pembiayaan tak kalah pelik, sebab rata-rata penghuni KSB ialah pekerja nonformal. Sulit bagi bank untuk merealisasikan pengajuan kredit. Tetapi Bank Bukopin punya program kredit yang bisa dinikmati baik pekerja formal maupun non-formal sehingga membuka pintu kesempatan warga KSB.
Ponco menyebutkan, harga rumah murah yang akan dibangun ini sekitar Rp25 juta-an dengan bunga kredit sangat rendah, yaitu sekitar 5-6 persen. Tidak hanya itu, untuk mendapatkan kepemilikan rumah tersebut, warga tidak perlu menyiapkan uang muka.
“Jadi, program ini benar-benar untuk memberikan hak hidup layak kepada masyarakat ekonomi rendah,’’ ujarnya.
Sebagai langkah awal, BP Batam akan membangun 500 unit rumah murah dari target 5 ribu unit untuk jangka panjang. Pembangunan 500 unit rumah murah tersebut akan dibangun di Dapur 12 Batuaji tahun depan. Untuk pembangunan infrastruktur jalan dan saluran akan dilakukan Kemenpera sesuai kesepakatan kerja sama.
Kendati demikian, sambung Tato, tidak ada kewajiban bagi warga korban penggusuran untuk memiliki rumah murah ini. BP Kawasan Batam tetap akan memberikan penawaran terlebih dulu. “Terserah kepada masyarakat, mau membeli atau tidak, kami tidak mewajibkan,’’ ujarnya.
Bagaimana kalau program ini tak tepat sasaran? Tato mengatakan mereka sudah punya data base untuk warga-warga korban penggusuran. Begitu pun kalau nanti ada penggusuran, mereka akan didata dulu sebelum ditawarkan rumah murah ini. “Kami akan upayakan agar program ini benar-benar bisa tepat sasaran,’’ ucapnya.
Bagaimanapun, dengan tinggal di rumah yang sehat, nyaman dan murah, dapat meningkatkan produktivitas masyarakat. Dampaknya, dengan tingkat produktivitas yang tinggi, maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Semoga saja. (mta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar