| | | |
Kamis, 22 Juli 2010 09:01 (sumber Batam pos,versi asli) |
Pemko Tak Mau Disalahkan Wakil Wali Kota (Wawako) Batam Ria Saptarika mengatakan, banjir yang selama ini melanda merupakan hal yang wajar. Banjir hanya terjadi saat hujan lebat saja. ”Banjir hanya di beberapa titik saja dan saat hujan lebat saja. Itu belum dikatakan banjir. Baru dikatakan banjir apabila genangan air sudah berhari-hari dan masyarakat harus diungsikan. Selama ini kan tidak begitu,” katanya. Wawako bercermin, pada negara Singapura yang juga terkena dampak banjir. ”Singapura saja yang terkenal drainasenya sempurna bisa banjir,” imbuhnya. Namun demikian, Pemko Batam tetap melakukan upaya penanganan banjir. Antara lain dengan merancang master plan Kota Batam. ”Dalam master plan tersebut kan kita mengetahui titik-titik banjir. Kita upayakan membangun drainase bahkan sampai menguunakan APBN,” tuturnya. Sementara itu, Kepala Dinas pekerjaan Umum (PU) Batam Yumasnur, mengatakan, untuk mengurangi benjir selain membangun drainase, pihaknya lebih memfokuskan pada normalisasi drainase yang sudah ada. ”Namun masalah drainase dan banjir ini sangat kompleks,” katanya. Alasan penyebab banjir, lanjut Yumasnur yaitu tingkat tataguna lahan yang tinggi di Batam. Maksudnya, banyaknya pembukaan lahan yang baru menyebabkan lokasi tangkapan dan resapan air berkurang. Pembukaan lahan, lanjutnya, membuat titik-titik banjir bertambah. Titik-titik banjir yang ada saja belum terselesaikan tambah lagi yang baru. “Namun kita mencoba menyelesaikannya secara bertahap,” akunya.
Yumasnur mencontohkan banjir yang terjadi di kawasan Tiban Ayu. Menurutnya, penyebabnya adalah intensitas hujan yang tinggi. Yumasnur mengaku, aspal di jalan tersebut sudah lama retak dan aus. Kemudian masuk air hujan dari sela-sela retak membasahi fondasi jalan. Ditambah lagi banyaknya kendaraan berat yang lewat membuat aspal terbongkar. ”Namun kita sudah berkoordinasi dengan pihak terkait. Sudah milai diperbaiki,” katanya lagi.
Sementara di depan Universitas Batam (Uniba), lebih rumit lagi. Drainase justru tidak ada. Air hujan yang mengguyur langsung tumpah menutupi bahu jalanan. Kondisi tersebut membuat jalan menjadi banjir. Saat hujan reda, sampah pun berserakan di jalanan. Di jalan Dotamana Batam Centre lebih parah lagi, drainase di sini sudah lama mengalami penyempitan. Masyarakat sekitar jalan bahkan sudah berulang kali melaporkan ke pihak Kelurahan. Namun tak juga direspon. Saat hujan mengguyur simpang Dotamana ini berubah menjadi kubangan raksasa. Air setinggi lebih dari lutut orang dewasa membuat khawatir pengguna jalan. Beberapa pengemudi motor yang nekat menerobos tak jarang motornya mogok dan terpaksa mendorong. Tidak hanya itu jalanan menjadi macet. “Maunya Pemko apa sih? Sudah tau rusak banjir kok tidak diperbaiki. Apa nunggu sampai hancur dulu jalan di sini,” kata Leo warga Dotamana.
Di jalan Batubesar-Polda Kepri juga mengalami hal serupa. Drainase di sepanjang jalan ini tidak ada. Akibatnya air dengan mudah menutupi bahu jalan, ketika hujan lebat. Kondisi tersebut membuat jalananan yang ada di sana banyak yang berlubang. Pantauan Batam Pos di lapangan menemukan 16 titik lubang di jalan raya Batuampar sampai DC Mall yang rata rata lubangnya berdiameter sekitar setengah meter dan dalam sekitar 15 sampai 20 centimeter, Rabu (21/7). Ruas jalan di Batam dengan lubang menganga sudah tak terhitung jumlahnya. Selain lubang baru yang muncul akibat tergerus air, ratusan lubang lama yang pernah ditutup oleh Pemerintah Kota Batam kembali rusak. Lubang-lubang baru yang berserakan tak terkontrol itu saat ini jadi ketakutan tersendiri bagi warga khususnya pengendara. Pasalnya, selain takut terperosok, mereka juga takut saling tabrak gara-gara menghindari lubang dengan diameter hingga 30 cm dalamnya. Pantauan Batam Pos, jalan berlubang cukup parah terlihat di sepanjang jalan Baloi menuju Jodoh, Batuampar, Bengkong dan Seipanas. Hujan dengan intensitas tinggi yang terus mengguyur akhir-akhir ini menambah ‘derita’ baru bagi pengendara. Pasalnya, banyak ruas jalan yang nyaris terputus gara-gara berlubang. ”Kami sudah susah payah bayar pajak kok jalan di Batam ini tak pernah diperbaiki sejak beberapa tahun lalu. Kalau cuma ditambal, mana tahan,” ujar Didik Hadi dengan cetusnya setelah diminta tanggapannya soal kondisi jalan raya yang ada di Batam saat ini, kemarin (21/7). Warga Puri Legenda ini mengaku sangat kesal karena saat hujan menguyur kota ini Selasa (20/7) lalu, para pengendara banyak yang terperosok di lubang yang dipenuhi luapan air. Selain lubang jalan, warga juga mengeluhkan banyaknya material tanah, batu, dan pasir yang menutupi aspal pascahujan deras baru-baru ini. ”Lebih baik melintas di jalan tak beraspal daripada melewati jalan yang penuh dengan batu kerikil. Sangat mudah tergelincir bahkan pecah ban,” kata Donand Siregar, pengojek di depan pos Polisi Jodoh, kemarin. Jalan berlubang di Batam ini sangat berpengaruh pada arus lalulintas. Di kawasan Pasar Induk Jodoh, puluhan kendaraan roda dua empat terjerembab dalam kemacetan gara-gara jalan didepannya berlubang dengan kedalaman hampir 40 cm. (vie/spt/cr3/cr6) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar