Kamis, 29 Juli 2010 07:58 (sumber Batam Pos,versi asli) |
BATAM CENTRE (BP) - Ketua Badan Pengusahaan (BP) Batam Mustofa Wijaya mengatakan masalah warga Baloi Kolam masih dibicaran untuk dicarikan solusi terbaik. Namun Mustofa mengaku memindahkan warga merupakan salah satu solusi terbaik. ”Lahan yang mereka tempati sekarang bukan untuk pemukiman. Namun saya tidak ingat mapping-nya untuk apa,” katanya saat ditemui di kantornya kemarin. Menurut Mustofa, hal ini memang tidak mudah dan butuh proses lama. Mustofa menyadari apabila masyarakat tidak mau. Alasannya karena sudah lama tinggal di Baloi Kolam. ”Namun untuk pembangunan Batam butuh pengorbanan,” ungkapnya. Sementara ini, sebelum memindahkan warga, ia mengaku akan berkoordinasi dengan pihak PT PLN dan PT ATB untuk pengadaan air dan listrik. ”ATB dan PLN kan punya peraturan. Kalau kita pasang air dan listrik di wilayah tersebut (Baloi Kolam) nanti wilayah lain menuntut,” terangnya. Sementara ini, khusus untuk air, BP Kawasan akan berkoordinasi dengan PT ATB untuk menyediakan tangki air. Demo BP Batam Ricuh Lebih 500 warga rumah liar Baloi Kolam menggelar unjuk rasa di halaman kantor BP Batam, Rabu (28/7). Mereka menuntut BP Batam memberikan rekomendasi kepada PT PLN Batam untuk mengalirkan listrik ke ribuan rumah warga yang belum teraliri listrik. Di antara para demonstran yang sejak pukul 09.00 WIB telah berada di depan gerbang BP Batam tersebut, terdapat sekitar 30 anak yang juga ikut berdemo. Setelah berorasi, sekitar 12 perwakilan diperbolehkan masuk untuk melakukan perundingan dengan pihak BP Batam. Namun, aksi yang tadinya terkendali seketika menjadi ricuh karena perwakilan dari demonstran yang diperbolehkan masuk menolak berunding bila tidak ada media yang dilibatkan. ”Kita menginginkan transparasi, kalau tidak ada wartawan yang boleh masuk kita tidak mau berunding,” ujar Hasan Basri, perwakilan demonstran. Seketika masa berteriak dan mendobrak-dobrak pintu gerbang BP Batam. Massa yang telah emosi karena merasa tidak dihargai oleh BP Batam melempari karyawan dan polisi yang berjaga-jaga dengan minuman mineral dan tanah. Kericuhan tersebut berlangsung cukup lama, hingga akhirnya perwakilan BP Batam membolehkan wartawan mengikuti perundingan. Saat perundingan berlangsung, kondisi sempat memanas karena mereka tidak bisa bertemu langsung dengan Mustofa Wijaya. ”Kita ingin ketemu langsung tanpa perwakilan,” ujar Herman, salah seorang pengunjuk rasa. Dalam perundingan tersebut BP Batam diwakili oleh Kabid Pengelolaan Air Tutu Witular dan Kasupdit Alokasi Tanah Wilayah I Bambang Prajito, serta Kabid Humas BP Batam Dendy Gustinandar. Inti pertemuan tersebut, pengunjuk rasa menginginkan sesegera mungkin dilakukan pemasangan listrik di tempat mereka. ”Kita sudah sekian lama melakukan upaya agar di Baloi Kolam dialiri listrik, namun PLN menolak dengan alasan BP Batam tidak memberikan rekomendasi,” ujar Huba, salah satu perwakilan pengunjuk rasa. Dalam pertemuan tersebut akhirnya disepakati, BP Batam akan memberikan jawaban atas tuntutan mereka paling lambat 4 Agustus mendatang. ”Kita tidak bisa menjanjikan untuk bisa mengabulkan permintaan ini. Karena pada dasarnya daerah Baloi Kolam masih merupakan wilayah hutan lindung,” ujar Dendy Gustinandar. Setelah mencapai kesepakatan tersebut akhirnya para demonstran meninggalkan halaman BP Batam sekitar pukul 12.30 WIB. (cr1/vie) |
Info Barelang
Kamis, 29 Juli 2010
BP Batam: Warga Baloi Kolam Sebaiknya Pindah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar