Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Rabu, 21 Juli 2010

Pusat Belum Buka Kran Impor Gula





Rabu, 21 Juli 2010 09:25 (sumber Batam Pos,versi asli)

Sekretaris Dewan Kawasan (DK) Free Trade Zone (FTZ) BBK Jon Arizal mengungkapkan, pemerintah pusat masih belum membuka kran impor gula. Meski komoditi beras, gula, dan lainnya dibenarkan masuk ke kawasan FTZ BBK.

”Kita sudah berusaha ke Menteri Perdagangan agar keran impor dibuka, tapi pemerintah masih mempertimbangkan dan belum membolehkan,” kata Jon kepada Batam Pos, Selasa (20/7) malam.
Menurutnya, belum dibukanya keran impor gula itu juga demi melindungi produk dalam negeri. “Apalagi, akan ada panen tebu di Jawa yang diprediksi pada bulan Juli ini,” tambahnya.

Jon mengaku bahwa harga gula di pasaran saat ini mahal. Sehingga, DK memberikan kesempatan kepada anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) untuk mendatangkan gula dari dalam negeri. “Kalau mendatangkan gula dalam negeri, pemerintah memperbolehkan. Silakan anggota Apindo mendatangkan gula dalam negeri, dan pemerintah akan berterima kasih,” cetusnya.

Menurutnya, kesempatan pengusaha untuk mendatangkan gula dalam negeri sangat terbuka. Bahkan, Jon mengaku pihaknya mengimbau agar pengusaha beramai-ramai mendatangkan gula dalam negeri ke Batam dan kawasan FTZ BBK lain seperti Bintan dan Karimun.

”Apalagi menjelang bulan Ramadan, kita mengimbau pengusaha beramai-ramai mendatangkan gula dalam negeri. Agar harganya lebih murah, Apindo bisa mensubsidi,” paparnya.

Jon menambahkan untuk memenuhi kebutuhan gula di Batam, tidak hanya lewat impor saja. Tapi pengusaha juga bisa mendatangkan gula dari Lampung atau Jakarta. ”Silahkan pengusaha beramai-ramai masukkan gula dari Lampung atau Jakarta, supaya harganya bisa lebih murah,” pungkasnya.

Terpisah, Ketua Apindo Kepri Cahya mengatakan pihaknya siap mendatangkan gula impor untuk kebutuhan bulan puasa. “Dan kita bisa jamin harganya tak lebih dari Rp8 ribu,” katanya kemarin.

Namun hal itu belum ada kepastiannya. Pasalnya ia telah menyurati Gubernur Kepri HM Sani selaku ketua Dewan Kawasan (DK) dan tidak ada kepastian. “Sampai sekarang belum ada jawaban,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam Ahmad Hijazi mengatakan, menjelang bulan puasa pihaknya akan mendatangkan 2 ribu ton gula lokal dari Lampung.

”Sekitar tanggal 24 Juli mendatang gula tersebut akan tiba di Batam,” katanya, kemarin.
Namun Hijazi mengaku harganya cukup tinggi. Menurutnya harga beli di Lampung Rp9.200. Perkirannya setelah sampai di pengecer sekitar Rp11-12 ribu.

Hijazi menuturkan di antara semua komoditi bahan pokok, hanya gula yang selalu menjadi masalah. Pasalnya, perdagangan gula tak sama dengan bahan pokok lain. ”Regulasi dari pusat yang tidak berpihak pada rakyat,” jelasnya.

Menurut Hijazi, birokrasi perizinan sangat panjang bahkan harus melalui Dirjen Perdagangan Dalam Negeri. ”Gula ini merupakan komoditi dalam pengawasan,” paparnya.

Masih kata Hijazi, harga gula yang tinggi saat ini juga terjadi di seluruh Indonesia bukan hanya di Batam saja. Terkait penimbunan, Hijazi mengaku di Batam kemungkinan itu tidak ada. Alasannya, para pelaku (pemasok atau distributor) memerlukan modal yang besar untuk mendatangkan gula. “Bodoh kalau mereka menimbun. Belum tentu nanti harganya tinggi, seandainya masuk gula impor maka mereka rugi,” tuturnya.

Selain itu, para pengusaha juga tidak bisa bermain karena distributornya sedikit. Menurut hijazi paling banyak hanya 6 perusahaan di Batam sebagai distributor gula. ”Kita tahu siapa saja pemain-pemain tersebut. Orangnya itu-itu juga. Kalau ada masalah tinggal cari orang-orang tersebut,” katanya lagi.
Terkait gula impor, Hijazi mengaku datangnya tak jelas dan bukan berdasarkan kebutuhan pasokan. “Impor gula tergantung menteri perdagangan dan tergantung getolnya DK melobi pusat,” akunya. (vie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar