| | | |
Senin, 26 Juli 2010 09:52 (sumber Batam Pos,versi asli) |
Tera argometer telah rampung, namun mayoritas taksi di Batam tidak menggunakannya. Argometer cuma jadi pelengkap hiasan taksi saja. ”Kalau tak ada argo takut ditilang dan tidak bisa KIR. Jadi ya kita pasang, tapi jadi hiasan saja,” ujar Ahmad, salah satu pengemudi taksi pada Batam Pos, kemarin. Untuk masalah tarif, ia mengaku masih menggunakan tarif nego dengan penumpang. Namun ia juga tak keberatan apabila ada penumpang yang meminta menggunakan argometer. ”Saya kan tidak punya pangkalan. Penumpang di jalan rata-rata tak mau pakai argo. Kalau saya paksakan nanti malah tak dapat penumpang,” tuturnya. Saat ini, tercatat 1.600 taksi yang sudah melakukan tera argo taksi, namun mayoritas tak menggunakannya. Menurut Muramis, saat ini pelaksanaan tera argo adem-adem saja bukan berarti semuanya benar. Menurutnya, pelaksanaan taksi berargo ada yang sudah berlaku, ada yang tergantung penumpang, ada yang masih nego. ”Bahkan ada juga yang argonya tidak dipakai. Kami akui itu,” katanya kemarin. ”Kalau saat KIR ternyata argonya tidak ada, rusak atau tidak ditera otomatis tidak lulus KIR,” tuturnya. Mantan kepala Kominfo Batam ini menyebutkan, di pangkalan seperti pelabuhan dan bandara sampai saat ini tidak ada komplain. Artinya, pelaksanaan taksi berargo sesuai aturannya. ”Kebanyakan yang tidak menggunakan argo yang tidak punya pangkalan atau di jalan-jalan,” akunya. Muramis mengakui, saat ini taksi plat hitam masih banyak berkeliaran. Ia mengaku kesulitan memberantasnya karena hal itu kewenangan pihak kepolisian. ”Angkutan plat kuning baru kewenangan Dishub. Seandainya ada angkutan plat kuning yang menyelahi aturan, Dishub yang mengambil tindakan. Bergentanyangannya taksi plat hitam itu kewenangan polantas yang menertibkan,” jelasnya. Taksi plat hitam memang masih banyak berkeliaran di Batam. Contohnya, bisa terlihat di depan pintu III Mukakuning arah Tanjungpiayu serta di Simpang Basecamp Batuaji arah Sekupang. *** |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar