Kamis, 4 Desember 2014 (Sumber: Haluan Kepri)
SEKUPANG (HK)- Niki Setiawan (7) pasien penderita hemofilia yang
mengalami pendarahan di pembuluh darah otak berhasil dioperasi dengan
selamat oleh dokter neurosurgeon Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB) BP
Batam, dr Gumar Jaya Saleh Sp. BS (K) dan sejumlah tim medis.
Proses persiapan dan tindakan operasi penderita hemofilia akhirnya membuahkan hasil. Sehingga kondisi kesehatan pasien hemofilia saat ini sudah membaik, dan sudah diperbolehkan pulang kerumahnya, Rabu (03/12).
Proses persiapan dan tindakan operasi penderita hemofilia akhirnya membuahkan hasil. Sehingga kondisi kesehatan pasien hemofilia saat ini sudah membaik, dan sudah diperbolehkan pulang kerumahnya, Rabu (03/12).
Dikatakan dr Gumar, untuk penanganan pasien hemofilia di RSOB ini sudah cukup banyak sejak tahun 2011 silam. Namun, untuk tindakan penanganan dalam bentuk operasi di RSOB, ini baru pertama sekali.
"Tindakan yang saya ambil ini memang penuh resiko, sehingga harus berpikir lama sebelum mengambil tindakan operesi. Namun, karena ini sifatnya darurat, pasien sudah hilang kesadaran, akhirnya saya putuskan untuk mengambil tindakan operasi," kata Gumar.
Alhamdulillah, ujar dokter spesiali bedah syaraf (neurosurgeon) ini, semua proses operasi penderita hemofilia ini berjalan lancar, baik dan sesuai dengan apa yang kita harapkan.
"Sebelum tindakan operasi, kita juga sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk dapat mengantisipasi kemungkinan dan kendala dalam tindakan medis bedah otak ini. Baik itu persiapan lima kantong darah, maupun persiapan asupan obat pembekuan darah yang sesuai dengan takaran, serta pengontrolan kesehatan pasien agar tetap stabil," ungkap dr Gumar.
Gumar dengan tulus mengungkapkan, langkah operasi yang diambil itu berjalan baik dan lancar, sehingga pasien sudah kembali beraktifitas seperti biasa.
Dokter Spesialis Anak RSOB, Dr Meidy Deniel Posumah SPA mengatakan, hemofilia adalah penyakit dengan adanya kelainan dalam pembekuan darah, akibat kekurangan (defisiensi) salah satu protein yang sangat diperlukan pada proses pembekuan darah dalam tubuh manusia. Pada umumnya, pasien penderita hemofilia disebabkan oleh faktor keturunan (faktor genetika).
"70 persen dari penderita hemofilia diturunkan secara genetis orang tuanya, dan 30 persen lainnya disebabkan oleh mutasi gen. Hemofilia ini merupakan penyakit yang sangat jarang, diperkirakan ada 1 dari 10.000 kelahiran bayi untuk hemofilia jenis A dan 1 dari 50.000 kelahiran untuk jenis B," kata Meidy.
Dikatakan dia, penyakit hemofilia akan ditanggung penderitanya seumur hidup, namun hemofilia bukanlah penyakit menular, tidak dipengaruhi oleh ras, geografik, maupun kondisi sosial ekonomi seseorang.
" Sebagai ciri atau akibat dari penderita hemofilia adalah, apabila terjadi luka terutama bagian kepala, darah sukar untuk berhenti, bahkan dapat berakibat meninggal dunia. Penderita penyakit ini, tidak boleh trauma, stres dan capek, karenanya harus selalu dijaga keadaanya setiap saat," ungkap Meidy.
Sementara Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) Cabang Kepri, Sunil mengatakan, sangat berterimakasih kepada tim dokter bedag dan menajemen RSOB BP Batam, yang telah berhasil dalam melakukan tindakan operasi dalam penanganan pasien hemofilia itu.
"Secara organisasi HMHI Cabang Kepri, maupun mewakili secara pribadi keluarga pasien Niki Setiawan kami sangat berterimakasih kepada dokter dan menajemen RSOB ini, yang telah membantu dan berbuat hal terbaik pada penderita hemofilia," kata Sunil.
Menurut Sunil, selama ini pelayanan pasien homofilia di RSOB sudah terkafer dengan baik, meskipun masih terdapat kekurangan persedian obat-obatnya. Ini semua sudah berdampak positif pada teman-teman kita hemofilian, sehingga mereka sudah bisa kembali beraktifitas secara normal," papar Sunil.
"Kita disini ibaratkan sebuah meja, yang diatasnya terletak para penderita hemofilia. Satu kaki meja adalah medis, satu kaki meja adalah farmasi, satu kaki meja adalah pemerintah dan satu kaki meja lagi HMHI. Nah, kalau ada dari salah satu kaki meja itu patah, maka habislah nasib para penderita hemofilia ini," terang dia.
Dari itu, kami perlu dukungan penuh dari pemerintah tentang keadaan kami dan keberadaan kami lingkungan masyarakat. "Di HMHI Cabang Kepri, kami selalu melakukan sosialisasi kepada masyarakat, agar warga tahu keberadaan kami, dan bagi masyarakat yang terkena hemofilia dapat bergabung dengan kami, agar kita dapat saling peduli," ungkap Sunil.
Hingga saat ini, ungkap Sunil, di Kepri sudah ada sedikitnya 25 orang penderita positif hemofilia, 7 dewasa dan 18 orang lainnya anak-anak. Diantaranya ada 3 di Tanjungpinang, ada 3 di Tanjunguban, dan di Batam ada 19 orang. (vnr).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar