Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita) Kepri menolak rencana keikan airport tax. Asita menilai donasi wajib itu bisa menurunkan minat berwisata.
Hal tersebut disampaikan saat rombongan pengurus Asita Kepri, Kadek Sutraini (ketua), Mahdiantika Lokana (wakil ketua) Andika Liem (sekretaris) Febriansyah (wakil sekretaris), Aris (humas) dan Ana (tata niaga tiketing) dalam diskusi bersama Batam Pos di Graha Pena Batam, Batam Kota, Selasa (25/1). Rombongan diterima Pemimpin Umum Batam Pos Hasan Aspahani dan Pemimpin Perusahaan Usep RS.
”Kalau ada biaya-biaya tambahan seperti itu, sulit bagi Asita menjual Batam,” kata Sekretaris Asita Kepri, Andika Liem saat berdiskusi di markas Batam Pos, Graha Pena Batam, kemarin.
Menurut Andika, saat ini saja biaya perjalanan sudah lumayan tinggi. Untuk pelabuhan Nongsa Pura misalnya, sekali jalan 18 dolar Singapura.
Rinciannya, 4 dolar Singapura khusus seaport tax pelabuhan, dan 14 dolar untuk surcharge operator feri. ”Di pelabuhan internasional Sekupang dan Batam Centre tarif seaport tax-nya 7 dolar Singapura, dengan tambahan surcharge yang sama juga untuk operator feri,” ujarnya.
Menurut dia, seaport tax 7 dolar Singapura yang diterapkan di pelabuhan internasional Batam, sudah termasuk biaya asuransi sebesar 1 dolar Singapura. Meski seaport tax tak naik, kata Andika, saat ini wisatawan asing yang datang ke Batam masih tak sesuai target. ”Apalagi kalau ada biaya tambahan seperti donasi wajib itu. Sulit membayangkan kondisi wisata Batam nantinya,” tukasnya.
Sekadar mengingatkan, DPRD Batam sedang menggodok Perda Donasi Wajib dan airport tax bagi penumpang di bandara dan pelabuhan internasional. Donasi itu di luar seaport tax atau airport tax (Passenger Service Charge/PSC) di Bandara Hang Nadim. Rencananya Perda itu akan diberlakukan tahun ini. (galih)
Wednesday, 26 January 2011 | 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar