JAKARTA-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan terbang langsung dari Brunei Darussalam ke Provinsi Kepri, Jumat (25/2) ini, untuk melakukan kunjungan kerja. SBY ingin melihat langsung perkembangan ekonomi provinsi ini setelah Batam, Bintan dan Karimun (BBK) ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (free trade zone/FTZ).
"Saya akan berkunjung ke Kepri selama 1,5 hari untuk melihat langsung dan memberi arahan tentang perkembangan ekonomi di wilayah itu," ujar Presiden SBY dalam keterangannya di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta, Kamis (24/2), sebelum bertolak ke Brunei untuk kunjungan kenegaraan selama dua hari.
Menurut SBY, fokus arahan yang akan disampaikannya pada peran penting Kepri sebagai pintu gerbang ekonomi Indonesia. Apalagi Indonesia tengah bersaing dengan Malaysia dan Singapura di sekitar kawasan Selat Malaka. "Saya yakin kita bisa berkompetisi dengan perkembangan ekonomi," kata SBY. "Tentang hal ini saya juga akan berikan penjelasan khusus di Tanjungpinang," tutupnya.
Menurut rencana, pesawat khusus kepresidenan Boeing 737-800 milik Garuda Indonesia yang membawa Presiden SBY dan Ibu Ani Yudhoyono mendarat di Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kota Tanjungpinang, siang ini. Selain Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono, sejumlah menteri dan pejabat negara akan menyertai kunjungan tersebut.
Dari bandara, Presiden akan langsung menuju Masjid Raya Tanjungpinang untuk menunaikan shalat Jumat. Usai shalat Jumat, SBY menuju Gedung Daerah Tanjungpinang untuk makan siang dan selanjutnya bertemu dengan tokoh masyarakat Kepri. Berikutnya Presiden SBY me-launching program rehabilitasi rumah miskin untuk masyarakat Kepri.
Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono akan bermalam di Gedung Daerah. Selanjutnya pada Sabtu (26/2) pagi, Presiden beserta rombongan bertolak ke kawasan pariwisata Lagoi, Kabupaten Bintan yang terletak sekitar 75 kilometer sebelah utara Tanjungpinang. Di sini, Presiden akan meresmikan pembangunan tahap pertama Treasure Bay Bintan dengan nilai proyek 450 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp4,5 triliun. Dijadwalkan, Presiden akan bermalam di salah satu resort yang ada di Lagoi sebelum bertolak kembali ke Jakarta, Minggu (27/2).
Diharapkan Bawa Hasil
Sekretaris Komisi II DPRD Kepri Rudy Chua berharap kunjungan Presiden memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Kepri. Ia berharap kunjungan kali ini tidak seperti kunjungan-kunjungan Presiden sebelumnya yang terkesan sekadar seremonial untuk meresmikan pembangunan proyek-proyek tertentu. Tapi, setelah diresmikan tidak jelas kelanjutannya.
"Selama ini kita melihat berbagai proyek yang diresmikan oleh pemerintah pusat di daerah belum memberikan dampak yang nyata. Hal itu bisa terjadi karena setelah diresmikan, tindak lanjut dari program tersebut tidak ada, sehingga terkesan selesai setelah diresmikan," kata politisi yang juga pengusaha itu, Kamis (24/2).
Ia mengambil contoh kunjungan Presiden SBY pada 19 Januari 2009 lalu untuk meresmikan pelaksanaan FTZ BBK. Lebih dari dua tahun setelah FTZ BBK diresmikan, kata dia, FTZ BBK hingga kini belum jelas sehingga manfaatnya tak kunjung dirasakan oleh masyarakat. "FTZ sampai saat ini masih berkutat dengan berbagai permasalahan yang tak kunjung menemui titik temu," ujar Rudy.
Rudy mengatakan, kedatangan Presiden ke Kepri harus diapresiasi karena hal itu bisa menjadi salah satu bukti perhatian Presiden terhadap daerah ini. Tapi, lanjut Rudy, pengorbanan masyarakat yang sangat terganggu dengan kedatangan Presiden hendaknya mendapatkan imbalan yang setimpal dengan adanya hasil nyata dari kunjungan tersebut.
"Banyak keluhan dari masyarakat yang merasa terganggu dengan kedatangan Presiden, di antaranya pedagang yang tidak boleh berdagang, lalu lintas yang dibuat macet, sampai dengan ramainya aparat bersenjata di sepanjang jalan, sehingga terkesan Tanjungpinang seperti mau perang. Ini harus mendapatkan imbalan yang setimpal berupa hasil nyata dari kunjungan Presiden tersebut. Jika memang tidak bisa memberikan dampak yang baik bagi masyarakat maka sebaiknya Presiden tidak usah datang," katanya.
Ketua Apindo Kepri Cahya juga berharap kunjungan SBY kali ini menjadi momentum untuk menghapus semua hambatan ekonomi yang terjadi selama ini. Ia mengakui sejak diresmikan Presiden dua tahun lalu, pelaksanaan FTZ BBK belum seperti yang diharapkan pengusaha. Akibatnya, instrumen itu belum mampu mendongkrak investasi di BBK.
Cahya menyebut ada dua permasalahan pokok yang mesti dicarikan solusinya. Pertama, masalah dari pusat sendiri, dimana kepabeanan masih menjadi hambatan. Kedua yang menjadi sorotan utamanya dari Batam sendiri, dimana pimpinan daerah dipandangnya tidak probisnis dan sangat-sangat tidak mendukung investasi. "Dari kita kalangan pengusaha menilai bahwa FTZ masih saja menemui ganjalan karena belum berjalan sebagaimana yang kita harapkan bersama. Masalah tidak saja dari pusat seperti kepabeanan, juga dari daerah sendiri seperti di Batam ini pimpinan daerahnya tidak pro-bisnis," katanya.
Ia mengambil contoh rencana Pemko Batam menaikkan pajak daerah sebagai sikap yang tidak pro-bisnis. Ia menilai Walikota Batam Ahmad Dahlan tidak memperhatikan kesulitan masyarakat dan pengusaha karena berencana menaikkan pajak saat situasi perekonomian kurang bagus. "Rencana kenaikan pajak belum saatnya dan sangat tidak tepat, apalagi Pemko pernah berjanji selama dua tahun tidak akan menaikan pajak. Itu janji Walikota ketika itu," ucap Cahya.
Sementara itu, Ketua Rumpun Melayu Bersatu (RMB) Provinsi Kepri, Dato Said Robert pesimistis kunjungan Presiden akan membawa perubahan bagi Kepri. Ia menilai kunjungan SBY ke Kepri hanyalah pepesan kosong belaka. Kunjungan tersebut hanyalah kunjungan yang bersifat seremonial tampa memberi arti yang jelas untuk kemajuan Provinsi Kepri.
"Sebenarnya saya kasihan dengan Presiden kita ini, di saat dia punya niat yang baik untuk berbuat sesuatu bagi rakyatnya, tapi ternyata apa yang dilakukan tidak bisa memberikan sesuatu yang bisa memberi manfaat bagi masyarakat," kata Said Robert.
Robert yakin kunjungan SBY kali ini akan bernasib sama dengan kunjungan-kunjungan sebelumnya. "Seperti peresmian FTZ yang tidak pernah menampakkan hasil maupun peresmian proyek-proyek lain yang bernilai triliunan rupiah, tapi tak pernah memperlihatkan hasil. Kunjungan Presiden ini ibarat peletakan batu pertama tapi tak ada batu terakhir alias proyek tersebut hanya menjadi pepesan kosong saja yang hanya menghabiskan anggaran saja."
Masyarakat Pesisir dan Ikatan Mahasiswa Kabupaten Lingga (IML) se-Indonesia mengharapkan kedatangan SBY bisa lebih mengoptimalkan pembangunan di daerah-daerah terpencil seperti Lingga sehingga bisa sejajar dengan daerah lainnya. "Kami menyambut kedatangan SBY, ini sebuah penghormatan bagi daerah ini bagi masyarakat di sini khususnya bagi masyarakat Lingga yang saat ini membutuhkan bimbingan dan arahan pemimpinnya agar tumbuh menjadi lebih baik," ujar Saparen, Ketua IML Pekanbaru, Riau dalam jumpa pers di Batam Centre, Kamis. "Kita ketahui masyarakat asli Kepri ini suku laut yang hidup di pulau-pulau, jadi kedatangan SBY bisa lebih memberikan arti kemajuan bagi kami," tambah Radiansyah, Ketua Masyarakat Pesisir Kabupaten Lingga.
Mereka juga meminta agar SBY menetapkan Pulau Berhala masuk ke dalam wilayah Kabupatan Lingga, Kepri. "Kami minta Pak SBY segera menetapkan Pulau Berhala masuk ke wilayah Lingga, Kepri," kata Saparen.
Proyek Treasure Bay
Bupati Bintan Ansar Ahmad mengatakan Presiden akan memberi nama baru pada kawasan wisata terpadu Treasure Bay Bintan, Lagoi, dalam kunjungannya Sabtu besok. "Belum ada yang mengetahui nama baru Treasure Bay yang akan diberikan Presiden Yudhoyono," kata Ansar Ahmad, Kamis.
Selain memberi nama baru pada Treasure Bay Bintan, kata dia, Presiden juga akan menandai pembangunan tahapan pertama kawasan pariwisata terpadu itu. Treasure Bay Bintan dibangun secara bertahap oleh konsorsium dari Malaysia, Landmarks Holding Sdn Bhd, dengan nilai investasi sekitar Rp24 triliun. Untuk tahap awal investasi untuk mengembangkan Treasure Bay sebesar 450 juta dolar AS.
Investor asal Malaysia itu pada tahun ini akan membangun pusat kebugaran, butik di hotel, hunian untuk wisatawan dan marina. Selain itu mereka juga membangun Cristal Lagoon yang merupakan inovasi terbaru dalam pengembangan kawasan wisata terpadu. "Itu salah satu bentuk keseriusan konsorsium asal Malaysia untuk membangun kawasan wisata di Lagoi," ujarnya.
Pembangunan kawasan wisata terpadu Treasure Bay Bintan sudah direncanakan sejak tahun 2007, namun mengalami kendala sehingga baru dapat dilanjutkan sekarang. Pembangunan kawasan wisata terpadu tersebut tidak disertai dengan fasilitas perjudian. "Tidak ada perjudian," kata Ansar.
Mantan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) AM Hendropriyono seperti dikutip sebuah portal berita nasional, Rabu (24/2), khawatir proyek yang akan diresmikan SBY ini hanya pepesan kosong karena investor asal Malaysia yang mengerjakannya tidak memiliki rekam jejak yang jelas. "Proyek itu menurut saya fiktif. Pada 2007 sudah ada peletakan batu pertamanya oleh Menbudpar Jero Wacik dan sampai sekarang saya belum pernah dengar batu terakhirnya (proyek selesai-red)," kata Hendro di Jakarta, Rabu (24/2). "Saya kaget karena proyeknya tidak terselesaikan. Warga menolaknya karena akan ada kasino," lanjut Hendro.
Hal lain yang membuat Hendro ragu adalah investor pengelolanya yang berganti nama dari PT Wisata Siburia menjadi PT Rekayasa Prima, namun dengan orang yang sama, yakni Mark Wee, seorang warga negara Malaysia. "Kalau ternyata proyek itu fiktif, nanti Presiden lagi disalahkan. Padahal saya baca di media, Presiden bilang ke pemda jangan sampai bikin proyek pepesan kosong nanti tidak berguna," ujar mantan Pangdam Jaya itu. (oke/cw36/tea/amr/ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar