( sumber Tribun Batam,versi asli)
Tribun Batam - Selasa, 1 Februari 2011 20:05 WIB
Tribunnewsbatam / ucu rahman
Suasana Banjir di Simpang Barelang, Rabu (26/1/2011)
Laporan Sihat Manalu wartawan Tribun Batam
BATAM , TRIBUN - Persoalan banjir di Batam, sudah sangat memprihatinkan. Banjir sudah memakan korban, namun penanganannya hingga kini belum juga tuntas. Padahal Wali kota pernah janji tahun 2010 Batam bebas banjir. Hal itu juga tertuang dalam Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2005-2010.
Kini ditahun 2011, penanganan banjir belum juga selesai. Banjir menjadi
persoalan pelik, karena dalam penganggaran selalu menimbulkan polemik sehingga dalam pembahasan di DPRD yang terjadi anggaran sangat minim. Untuk tahun ini saja peningkatakn drainase hanya sebesar Rp2 miliar dan biaya pemeliharaan Rp2,6 miliar, suatu perbandingan yang sangat mencolok dengan APBD Batam sebesar Rp1,4 triliun. Padahal masyarakat selalu mengeluh terkait dengan banjir yang dialami mereka.
Wakil Ketua DPRD Batam, Ruslan menyebut komentar wali kota yang menyebut banjir karena faktor cuaca kurang tepat. Jika pembangunan tidak dilakukan secara sporadis dan membabat pohon-pohon, tentu tidak seperti ini.
"Kita lihat seenaknya saja BP Batam mengalokasikan lahan, dan seenaknya pula memberi izin cut and fill, tanpa ada pengawasan. Begitu juga dengan pemko seenaknya memberikan izin. Saya sangat kecewa, alasan yang dibuat wako karena faktor cuaca. Jangan salahkan cuaca, bumi berputar sesuai dengan gravitasi selama 24 jam dalam satu hari dan normal perputarannya. Yang membuat terjadi banjir seperti ini karena ulah manusia, jadi jangan salahkan cuaca," kata Ruslan, Selasa (01/02/2011).
Ruslan menyebut perencanaan yang dilakukan pemko tidak jelas arahnya. Selama Wan Darussalam menjadi Kepala Bapeko sudah puluhan tahun tidak ada yang diperbuatnya untuk menangani banjir di Batam. Banjir tetap melanda Batam, padahal sangat banyak insiyiur di Pemko dan di BP Batam. Masa untuk menangani banjir saja tidak bisa, untuk apa mereka ada. Janji Dahlan, Batam bebas banjir 2010 mana.
Sampai sekarang masih saja banjir. Pemberi izin juga tidak memperhatikan
kondisi topografi, kondisi tata guna lahan yang ada, tata drainase dan master
plan tata ruang dan tata drainase yang baik.
Hal yang sama dikatakan Anggota Komisi III DPRD Batam Muhammad Musofa, bahwa banjir yang terjadi karena tidak tuntas penanganannya. "Kita lihat banjir belum ada dialirkan sampai ke laut. Kalau pengerjaan drainase mandek tidak tuntas sampai ke laut, tentu akan banjir. Kita minta ini ditangani jangan menyalahkan cuaca. Kalau cuaca yang disalahkan sama saja dengan pasrah, padahal setiap tahun minta anggaran untuk penanganan banjir," paparnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Ir Yumasnur MT, mengatakan untuk menangani banjir dibutuhkan anggaran yang cukup besar Rp520 miliar. Sedangkan anggaran untuk banjir tahun 2011 hanya Rp4,6 miliar dengan perincian pembangunan drainase Rp2 miliar dan biaya normalisasi / pemeliharaan sebesar Rp2,6 miliar. Anggaran tersebut tentu sangat jauh dari harapan agar Batam bisa terbebas dari banjir.
Yumasnur menyebut selain anggaran yang kecil saat ini ada beberapa faktor
penyebab banjir. diantaranya banyak saluran air yang ditutup oleh masyarakat sehingga tidak dapat dibersihkan dari sampah yang menyumbat, dan sedimentasi memperkecil penampang saluran. Penyebab lainnya jaringan drainase yang tidak tuntas dari hulu ke saluran alami sampai ke laut atau penampungan akhir. Dimensi saluran yang tidak mencukupi, perawatan saluran drainase yang kurang memadai, hilir saluran drainase yang tidak memadai, bahkan tidak jelas muaranya.
Para pengembang hanya memikirkan tata drainase di dalam kompleknya sendiri yang
sangat memungkinkan menyebabkan banjir lingkungan luar komplek. Hal ini terjadi
karena kebanyakan pengembang menimbun lahan yang dikembangkan dan membuang air
hujan keluar kompleknya tanpa tuntas masuk ke drainase secara memadai dan masih
banyak lagi penyebabnya.
Saluran drainase yang tidak terpelihara/terawat, bangunan silang, karena
kemiskinan warga menempati lahan di bantaran drainase, bahkan membuang sampah ke
saluran. Pengaruh pembangunan kota meningkat sehingga meningkatkan debit air
menuju drainase.
Perlu ada konservasi meliputi penghijauan, reboisasi, pembuatan kolam-kolam
retarting basin, kolam retensi. Ia mengatakan persoalan banjir sudah sangat
serius, karena sudah sampai menimbulkan korban dan belum ada solusinya secara
tuntas.
Saat ini terdapat 62 titik banjir di Batam dan 17 titik sudah dikerjakan pemko.
Agar bisa tuntas persoalan banjir dibutuhkan dana yang cukup besar mencapai
Rp520 miliar. Yumasnur mengatakan penyebab banjir yang terus melanda Batam, karena kondisi Batam yang mempunyai curah hujan cukup tinggi dibanding daerah lain. Permasalahan drainase semakin kompleks karena semakin banyak pembukaan lahan dan kawasan pemukiman baru.
Pembukaan lahan perumahan di perbukitan tidak dibarengi dengan pembangunan drainase yang memadai. Kadang pengembang tidak membuat terlebih dahulu drainase ketika hujan turun maka terjadi erosi dan lumpur. Kemudian lumpur itu masuk ke drainase sehingga menimbulkan pendangkalan. Akibat tidak sebanding curah hujan dengan drainase menjadikan air meluap sampai ke jalan seperti yang terjadi saat ini.
BATAM , TRIBUN - Persoalan banjir di Batam, sudah sangat memprihatinkan. Banjir sudah memakan korban, namun penanganannya hingga kini belum juga tuntas. Padahal Wali kota pernah janji tahun 2010 Batam bebas banjir. Hal itu juga tertuang dalam Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2005-2010.
Kini ditahun 2011, penanganan banjir belum juga selesai. Banjir menjadi
persoalan pelik, karena dalam penganggaran selalu menimbulkan polemik sehingga dalam pembahasan di DPRD yang terjadi anggaran sangat minim. Untuk tahun ini saja peningkatakn drainase hanya sebesar Rp2 miliar dan biaya pemeliharaan Rp2,6 miliar, suatu perbandingan yang sangat mencolok dengan APBD Batam sebesar Rp1,4 triliun. Padahal masyarakat selalu mengeluh terkait dengan banjir yang dialami mereka.
Wakil Ketua DPRD Batam, Ruslan menyebut komentar wali kota yang menyebut banjir karena faktor cuaca kurang tepat. Jika pembangunan tidak dilakukan secara sporadis dan membabat pohon-pohon, tentu tidak seperti ini.
"Kita lihat seenaknya saja BP Batam mengalokasikan lahan, dan seenaknya pula memberi izin cut and fill, tanpa ada pengawasan. Begitu juga dengan pemko seenaknya memberikan izin. Saya sangat kecewa, alasan yang dibuat wako karena faktor cuaca. Jangan salahkan cuaca, bumi berputar sesuai dengan gravitasi selama 24 jam dalam satu hari dan normal perputarannya. Yang membuat terjadi banjir seperti ini karena ulah manusia, jadi jangan salahkan cuaca," kata Ruslan, Selasa (01/02/2011).
Ruslan menyebut perencanaan yang dilakukan pemko tidak jelas arahnya. Selama Wan Darussalam menjadi Kepala Bapeko sudah puluhan tahun tidak ada yang diperbuatnya untuk menangani banjir di Batam. Banjir tetap melanda Batam, padahal sangat banyak insiyiur di Pemko dan di BP Batam. Masa untuk menangani banjir saja tidak bisa, untuk apa mereka ada. Janji Dahlan, Batam bebas banjir 2010 mana.
Sampai sekarang masih saja banjir. Pemberi izin juga tidak memperhatikan
kondisi topografi, kondisi tata guna lahan yang ada, tata drainase dan master
plan tata ruang dan tata drainase yang baik.
Hal yang sama dikatakan Anggota Komisi III DPRD Batam Muhammad Musofa, bahwa banjir yang terjadi karena tidak tuntas penanganannya. "Kita lihat banjir belum ada dialirkan sampai ke laut. Kalau pengerjaan drainase mandek tidak tuntas sampai ke laut, tentu akan banjir. Kita minta ini ditangani jangan menyalahkan cuaca. Kalau cuaca yang disalahkan sama saja dengan pasrah, padahal setiap tahun minta anggaran untuk penanganan banjir," paparnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Ir Yumasnur MT, mengatakan untuk menangani banjir dibutuhkan anggaran yang cukup besar Rp520 miliar. Sedangkan anggaran untuk banjir tahun 2011 hanya Rp4,6 miliar dengan perincian pembangunan drainase Rp2 miliar dan biaya normalisasi / pemeliharaan sebesar Rp2,6 miliar. Anggaran tersebut tentu sangat jauh dari harapan agar Batam bisa terbebas dari banjir.
Yumasnur menyebut selain anggaran yang kecil saat ini ada beberapa faktor
penyebab banjir. diantaranya banyak saluran air yang ditutup oleh masyarakat sehingga tidak dapat dibersihkan dari sampah yang menyumbat, dan sedimentasi memperkecil penampang saluran. Penyebab lainnya jaringan drainase yang tidak tuntas dari hulu ke saluran alami sampai ke laut atau penampungan akhir. Dimensi saluran yang tidak mencukupi, perawatan saluran drainase yang kurang memadai, hilir saluran drainase yang tidak memadai, bahkan tidak jelas muaranya.
Para pengembang hanya memikirkan tata drainase di dalam kompleknya sendiri yang
sangat memungkinkan menyebabkan banjir lingkungan luar komplek. Hal ini terjadi
karena kebanyakan pengembang menimbun lahan yang dikembangkan dan membuang air
hujan keluar kompleknya tanpa tuntas masuk ke drainase secara memadai dan masih
banyak lagi penyebabnya.
Saluran drainase yang tidak terpelihara/terawat, bangunan silang, karena
kemiskinan warga menempati lahan di bantaran drainase, bahkan membuang sampah ke
saluran. Pengaruh pembangunan kota meningkat sehingga meningkatkan debit air
menuju drainase.
Perlu ada konservasi meliputi penghijauan, reboisasi, pembuatan kolam-kolam
retarting basin, kolam retensi. Ia mengatakan persoalan banjir sudah sangat
serius, karena sudah sampai menimbulkan korban dan belum ada solusinya secara
tuntas.
Saat ini terdapat 62 titik banjir di Batam dan 17 titik sudah dikerjakan pemko.
Agar bisa tuntas persoalan banjir dibutuhkan dana yang cukup besar mencapai
Rp520 miliar. Yumasnur mengatakan penyebab banjir yang terus melanda Batam, karena kondisi Batam yang mempunyai curah hujan cukup tinggi dibanding daerah lain. Permasalahan drainase semakin kompleks karena semakin banyak pembukaan lahan dan kawasan pemukiman baru.
Pembukaan lahan perumahan di perbukitan tidak dibarengi dengan pembangunan drainase yang memadai. Kadang pengembang tidak membuat terlebih dahulu drainase ketika hujan turun maka terjadi erosi dan lumpur. Kemudian lumpur itu masuk ke drainase sehingga menimbulkan pendangkalan. Akibat tidak sebanding curah hujan dengan drainase menjadikan air meluap sampai ke jalan seperti yang terjadi saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar