( sumber Haluan Kepri,versi asli)
Rabu, 16 February 2011 12:31
DUNIA investasi di Kota Batam masih bergairah. Meski sejumlah perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan namun tidak mempengaruhi investor asing untuk menanamkan modalnya. Salah satunya, Elomax Enterprises, group pengembang dari Canada yang melirik Batam sebagai surga investasi yang menjajikan.
Setelah dihebohkan dengan kasus Kerusuhan bulan April 2010 lalu, perusahaan galangan kapal PT Drydocks pekan ini kembali menjadi sorotan. Manajemen perusahan yang berlokasi di Tanjunguncang ini melakukan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) masal terhadap 575 karyawannya. Mereka yang di PHK terdiri dari 571 karyawan permanen dan 4 karyawan lain berstatus kontrak.
Pihak perusaan beralasan, karena tidak adanya order pekerjaan lagi sehingga mengambil kebijakan untuk mengurangi jumlah karyawan, termasuk karyawan permanen. Tidak adanya pekerjaan ini sudah mulai dialami perusahaan sejak empat bulan lalu atau pasca Idul Fitri. Akibatnya berdampak pada berkurangnya jam-jam lembur karyawan yang biasanya selalu ada setiap harinya.
Jauh sebelum PT Drydocks mem-PHK karyawan, gelombang PHK juga terjadi di PT Panasonic Batam Centre. PHk dilakukan secara bertahap mulai April hingga Oktober terhadap sekitar 1.200 karyawannya. Bahkan sejumlah hotel juga melakukan hal yang sama dengan alasan yang hampir seragam.
Ketua Komisi IV DPRD Kota Batam Riky Indrakari bahkan menyebutkan, di tahun 2011 ini diperkirakan akan terjadi PHK terhadap sekitar 3 ribu karyawan di Batam.
Namun di tengah iklim investasi yang kurang kondusif tersebut, ivestor asal Canada justru tertarik untuk berinvestasi di Batam. Ketertarikan berinvestasi di Batam diungkapkan lansung oleh CEO Elomax Enterprises, DR. Pat Francis saat jamuan makan siang bersama Wakil Gubernur Kepri H.M. Soerya Respationo, Ketua Badan Pengusahaan Batam Mustofa Widjaja, Ketua Kadin Provinsi Kepri Johanes Kennedy Aritonang, sejumlah pejabat dan pengusaha di Batam dan Kepri di Harmoni One Hotel, akhir pekan lalu.
DR. Pat Francis ke Batam bersama sejumlah rekanannya, yaitu dari Africa, Australia, Inggris dan canada.
"Saya rasa Batam memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Ketua Kadin, Ketua BP Batam, dan Wakil Gubernur Kepri mengatakan Batam surga investasi, mereka telah berjanji akan memberi kemudahan-kemudahan bagi kami untuk berinvestasi. Semua orang yang saya temui juga mengatakan Batam sangat menjanjikan untuk dibangun, pelabuhan, infrastruktur yang lebih baik untuk Batam lebih baik," ujar Pat Francis.
Pat bercerita, ia telah melang-lang buana ke berbagai negara, menyambangi berbagai pemukiman dan tergerak untuk membangun negara tersebut. Kini wanita yang memiliki jiwa sosial tinggi ini datang ke Batam ingin mewujudkan hal yang sama seperti yang telah ia lakukan di berbagai negara tersebut.
"Saya akan kembali ke canada, kami memiliki tim pengembang, tim pembangun pelabuhan, infrastruktur, kami juga memiliki rekanan-rekanan. Saya akan katakan pada mereka bahwa berinvestasi di Batam akan sangat menguntungkan, seperti yang dipaparkan oleh ketua Kadin Provinsi Kepri, Johannes Kennedy," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Kadin Kepri Johannes Kennedy Aritonang dalam pemaparannya mengatakan Batam merupakan pulau yang sangat dekat dengan Singapura yang akhir-akhir ini mendapat nama baru: Singapura dimana Dunia bertemu. Di tahun 2010, Bandara Changi Singapura berhasil mengangkut penumpang pesawat sekitar 42 juta lebih. Sementara Bandara Hang Nadim Batam hanya sekitar 3 juta orang lebih, kurang dari 10 % dari Changi. Dan turis yang masuk ke Singapura sekitar 13 juta, sementara yang datang ke Kepri hanya sekitar 1,2 juta orang, masih kurang 10% dari Singapura.
Pelabuhan di Singapura merupakan salah satu penyumbang pendapatan terbesar bagi negara tersebut. Pelabuhan di negeri singa itu mampu mengangkut kontainer sebanyak 25 juta TEUs/tahun, 15 juta TEUs diantaranya bertujuan ke Indonesia. Sementara pelabuhan container di Batam hanya menjadi feeder ke Singapura dengan jumlah dibawah 1 juta TEUs.
Saat ini, sebut Johannes, Singapura merupakan salah satu dari 10 kota termahal di dunia, harga rumah di negara tersebut 10 kali lipat dibandingkan harga rumah di Batam. Disamping itu, Singapura hingga saat ini masih mendatangkan natural gas dari Natuna Provinsi Kepri melalui Batam untuk keperluan pembangkit listrik di negara tersebut.
"Batam sangat strategis untuk investasi, hanya 45 menit dari singapura menggunakan Ferri, atau sekitar 20 mil. Bahkan banyak orang mengatakan Pulau Batam adalah The Promising Land, ibarat gadis cantik yang sedang menantikan pasangan, hanya investor handalah yang mampu menjadi pemenang dan membuka harta karun yang terpendam di pulau Batam ini. Dan kami sangat percaya DR. Pagt Francis dan delegasilah yang mampu melakukannya," ujar Johannes.
Dalam kesempatan wawancara, Johannes juga melontarkan bahwasanya Elomax Enterprises berencana akan melakukan investasi di Batam mencapai $ 1 miliar yang akan ditindak lanjuti dalam pertemuan selanjutnya.
Dapat Kemudahan
Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo menegaskan, investor akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam berinvestasi. Apalagi dengan ditetapkannya Batam sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. Bahkan pemerintah pusat juga telah melakukan revisi terhadap regulasi.
"Untuk kemajuan Batam, kita semua telah satu komitmen untuk mendatangkan banyak investor dan memberi mereka kemudahan-kemudahan. Bahkan pemerintah pusat telah merevisi regulasi sebagai support," ujar Soerya.
Sementara itu, Ketua BP Batam, Mustofa Widjaja mengatakan pemerintah terus berupaya mencari calon investor untuk berinvestasi ke Batam. Di tahun 2009 dan 2010 telah banyak investor yang masuk dan mengajukan aplikasi untuk berinvestasi. Disinggung tentang investor besar yang masuk ke Batam selama pelaksanaan FTZ, menurut Mustofa sudah banyak. Namun belum merealisasikan investasi mereka.
"Kita tidak pilih-pilih investor yang masuk, baik besar maupun kecil, keduanya akan saling mendukung. Hanya saja yang masuk di tahun 2010 baru akan merealisasikan investasinya di tahun 2011 atau 2012," ujar Mustofa.
Dalam kesempatan tersebut, Mustofa juga menyampaikan status quo Rempang dan Galang saat ini dalam pembahasan. Wilayah tersebut merupakan alternatif pengembangan investasi di Kota Batam.
"Status Quo Rempang dan Galang sedang dalam pembahasan. Diarahkan akan selesai di tahun 2011 ini," ujar Mustofa.
Rempang dan Galang merupakan bagian dari Kota Batam yang sampai saat ini belum terjamah investasi karena masih berstatus quo. Padahal kawasan tersebut memiliki potensi yang sangat besar untuk investasi.
"Sampai saat ini konsentrasi pembangunan masih di pulau Batam. Sementara pulau Rempang, Galang dan Galang Bahru masih segar dan siap untuk dikembangkan karena sudah memiliki jembatan dan jalan yang menghubungkan enam pulau disana. Cocok untuk menjadi sebuah kota baru yang memiliki pelabuhan, kawasan industri, pariwisata, kawasan komersial dan perkantoran, perumahan, sekolah, rumah sakit, lapangan golf dan kegiatan pantai. Singkatnya menjadi sebuah kota baru yang modern," papar Johannes Kennedy.
Luas Batam, termasuk rempang dan galang merupkan 2,5 kali luas Singapura. Dengan begitu, peluang untuk investasi di Batam, Rempang dan Galang masih sangat luas. (hk/an)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar