BATAM-Di tengah-tengah krisis ekonomi global, investasi di Batam, Bintan dan Karimun masih terus menunjukan trend positif. Ketiga daerah ini masih tetap tetap menjadi idola bagi investor dalam dan luar negeri untuk berinvestasi. Sebagai bukti teranyar, Sabtu (26/2) besok, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono akan meresmikan proyek pembangunan awal Treasure Bay Bintan dengan total investasi Rp14,5 triliun di kawasan pariwisata Lagoi, Kabupaten Bintan.
"Selama dua hari Pak Presiden SBY berkunjung ke Kepri. Salah satu kegiatan Presiden adalah meresmikan proyek pembangunan awal Treasure Bay Bintan dengan total investasi mencapai Rp14,5 triliun. Ini adalah investasi asing yang cukup besar sehingga Presiden pun datang meresmikan. Kesediaan Presiden juga sebagai bentuk perhatian kepada masyarakat Kepri. Kita perlu menghargai perhatian beliau," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Kepri H Saptono Mustaqim, Kamis (24/2) di Batam.
Menurut Saptono, seluruh komponen di Kepri, baik pemerintah daerah, DPRD, yudikatif, pengusaha, masyarakat dan lainnya perlu menjaga dan mendukung situasi yang kondusif bagi kegiatan investasi. Sehingga kegiatan investasi dapat tumbuh dengan baik dan membawa manfaat bagi daerah dan bagi seluruh lapisan masyarakat. Masing-masing mesti berperan sesuai dengan kapasitasnya, dalam mendukung kegiatan investasi yang muaranya juga kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dikatakan, trend positif pertumbuhan investasi di Batam, Bintan dan Karimun yang dapat terus dipertahankan di tengah-tengah krisis ekonomi global adalah dampak dari penerapan program perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (Free Trade Zone/FTZ) di tiga wilayah itu. Atau yang lebih dikenal dengan program FTZ BBK. Tokoh masyarakat Tionghoa Kepri yang juga mantan Wakil Bupati Lingga ini sangat yakin kemajuan pada kawasan FTZ BBK berefek positif kepada daerah di sekitarnya, seperti Kabupaten Lingga, Natuna dan Anambas.
Ke depan, investasi di seluruh wilayah Provinsi Kepri juga akan tumbuh dengan pesat. Kegiatan investasi asing tidak hanya terpusat di wilayah FTZ BBK saja, tetapi juga di wilayah Lingga, Natuna dan Anambas. Masing-masing daerah memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri bagi kepentingan investasi. Ada yang cocok untuk investasi galangan kapal, manufacture, pariwisata, pertanian, pertambangan, perminyakan dan lain sebagainya. Apalagi Singapura memiliki keterbatasan, terutama pada ketersediaan lahan.
"Jadi, saya pikir peluang pertumbuhan investasi di Provinsi Kepri sangat besar. Selain letak daerah kita ini sangat strategis. Keterbatasan lahan di Singapura, otomatis juga menjadikan Kepri sebagai pilihan untuk berinvestasi. Tapi perlu untuk diketahui, investor butuh situasi yang kondusif dan butuh kepastian hukum. Inilah tanggung jawab semua komponen yang ada di daerah. Tanpa situasi yang kondusif dan tanpa adanya kepastian hukum, investaor akan berpikir panjang untuk menanamkan modalnya di daerah ini," ujar Saptono yang juga mantan anggota DPRD Kepri ini.
Sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah terhadap kelangsungan investasi di daerah, baik investasi dalam dan luar negeri adalah mensinergikan peraturan yang ada di daerah dengan peraturan-peraturan yang ada di tingkat pusat. Peraturan yang dikeluarkan daerah jangan tumpang tindih, apalagi bertentangan dengan peraturan pemerintah pusat. Jika peraturan tumpang tindih atau pun bertentangan, jelas akan membuat investor bingung, sehingga memilih wait and see atau buruknya lagi hengkang.
Masyarakat Kepri, kata Saptono patut bersyukur dan berbangga karena pertumbuhan perekonomian daerah ini cendrung stabil. Meski sempat mengalami penurunan kelajuan, tapi secara umum pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepri tetap berada di atas pertumbuhan ekonomi provinsi lainnya di Indonesia atau rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. (erz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar