batampos.co.id
- Badan Pengusahaan (BP) Batam sedang mencari partner untuk mengelola
Pelabuhan Batu Ampar. Saat ini, pelabuhan kontainer tersebut sedang
dilelang dengan nilai investasi sebesar Rp 2 triliun.
”Sekarang ini kita lelang ulang. Sebelumnya sudah kita lelang, tetapi hanya dua peminatnya. Padahal setahu saya minimal harus tiga perusahaan yang ikut lelang,” kata Direktur Humas dan Promosi BP Batam, Purnomo Andiantono, Kamis (21/1).
Andi mengatakan, PT Pelindo I menyatakan minatnya untuk ikut dalam pengelolaan pelabuhan bongkar muat peti kemas ini. Di mana perusahaan tersebut sudah melakukan peninjauan.
”Nilai investasi yang kita lelang di sana Rp 2 triliun. Perusahaan pemenang lelang juga harus bisa membeli crane otomatis di sana,” katanya.
Menurut Andi, crane pengangkut barang di sana wajib ada dan harus canggih untuk melayani bongkar muat barang. Sebab,selama ini bongkar muat barang dari kapal di Pelabuhan Batu Ampar hanya mengandalkan crane yang ada di dalam kapal itu sendiri.
Kapastitas pelabuhan tersebut maksimal 200 ribu twenty-foot equivalent units (TEUs). Tetapi setiap tahunnya Pelabuhan Batu Ampar hanya menampung sekitar 80.000-100.000 TEUs atau hanya sekitar 50 persen setiap tahun.
”Kita akui memang sangat minim. Setiap bulannya maksimal 30 ribu TEUs, itu sudah termasuk bongkar muat lokal dan ekspor impor,” jelasnya.
Andi menuturkan, kondisi tersebut juga tidak lepas dari panjang dermaga selatan Batu Ampar yang sangat terbatas. Hanya sekitar 600 meter. Kedalaman lautnya pun sangat dangkal, hanya sekitar 9 meter. ”Jadi wajar kalau kapal bersandar di sana (Pelabuhan Batu Ampar) hanya kapal-kapal kecil,” ujarnya.
Padahal, sambungnya, sering kapal berukuran besar atau mother vessel yang hendak bongkar di Batam. Tetapi akhirnya mengalihkan bongkar muatnya di Singapura karena infrastruktur pelabuhan di Batam yang jauh ketinggalan. Sebab, untuk mother vessel minimal kedalaman lautnya 12 meter.
”Kalau kapal mother vessel sandar di Batam, tidak akan bisa. Lautnya terlalu dangkal. Tidak seperti di Singapura yang memang sudah sangat maju,” terangnya.
Ditanya mengenai dwelling time di Pelabuhan Batu Ampar, Andi menegaskan sangat singkat. Bahkan bisa dikatakan hanya hitungan jam. Apalagi, fasilitas FTZ yang disematkan ke Batam sangat membantu karena tidak diperlukan lagi pengecekan dari Bea Cukai dan instansi lainnya.
”Untuk saat ini, sangat singkat. Kapal sandar di pelabuhan langsung bongkar dan langsung selesai,” sebutnya. (ian)
- See more at: http://batampos.co.id/read/2016/01/22/33338/BP-Batam-Lelang-Pelabuhan-Batu-Ampar-Rp-2-Triliun#sthash.zzhc21r0.dpuf
”Sekarang ini kita lelang ulang. Sebelumnya sudah kita lelang, tetapi hanya dua peminatnya. Padahal setahu saya minimal harus tiga perusahaan yang ikut lelang,” kata Direktur Humas dan Promosi BP Batam, Purnomo Andiantono, Kamis (21/1).
Andi mengatakan, PT Pelindo I menyatakan minatnya untuk ikut dalam pengelolaan pelabuhan bongkar muat peti kemas ini. Di mana perusahaan tersebut sudah melakukan peninjauan.
”Nilai investasi yang kita lelang di sana Rp 2 triliun. Perusahaan pemenang lelang juga harus bisa membeli crane otomatis di sana,” katanya.
Menurut Andi, crane pengangkut barang di sana wajib ada dan harus canggih untuk melayani bongkar muat barang. Sebab,selama ini bongkar muat barang dari kapal di Pelabuhan Batu Ampar hanya mengandalkan crane yang ada di dalam kapal itu sendiri.
Kapastitas pelabuhan tersebut maksimal 200 ribu twenty-foot equivalent units (TEUs). Tetapi setiap tahunnya Pelabuhan Batu Ampar hanya menampung sekitar 80.000-100.000 TEUs atau hanya sekitar 50 persen setiap tahun.
”Kita akui memang sangat minim. Setiap bulannya maksimal 30 ribu TEUs, itu sudah termasuk bongkar muat lokal dan ekspor impor,” jelasnya.
Andi menuturkan, kondisi tersebut juga tidak lepas dari panjang dermaga selatan Batu Ampar yang sangat terbatas. Hanya sekitar 600 meter. Kedalaman lautnya pun sangat dangkal, hanya sekitar 9 meter. ”Jadi wajar kalau kapal bersandar di sana (Pelabuhan Batu Ampar) hanya kapal-kapal kecil,” ujarnya.
Padahal, sambungnya, sering kapal berukuran besar atau mother vessel yang hendak bongkar di Batam. Tetapi akhirnya mengalihkan bongkar muatnya di Singapura karena infrastruktur pelabuhan di Batam yang jauh ketinggalan. Sebab, untuk mother vessel minimal kedalaman lautnya 12 meter.
”Kalau kapal mother vessel sandar di Batam, tidak akan bisa. Lautnya terlalu dangkal. Tidak seperti di Singapura yang memang sudah sangat maju,” terangnya.
Ditanya mengenai dwelling time di Pelabuhan Batu Ampar, Andi menegaskan sangat singkat. Bahkan bisa dikatakan hanya hitungan jam. Apalagi, fasilitas FTZ yang disematkan ke Batam sangat membantu karena tidak diperlukan lagi pengecekan dari Bea Cukai dan instansi lainnya.
”Untuk saat ini, sangat singkat. Kapal sandar di pelabuhan langsung bongkar dan langsung selesai,” sebutnya. (ian)
- See more at: http://batampos.co.id/read/2016/01/22/33338/BP-Batam-Lelang-Pelabuhan-Batu-Ampar-Rp-2-Triliun#sthash.zzhc21r0.dpuf
batampos.co.id - Badan Pengusahaan (BP) Batam
sedang mencari partner untuk mengelola Pelabuhan Batu Ampar. Saat ini,
pelabuhan kontainer tersebut sedang dilelang dengan nilai investasi sebesar Rp
2 triliun.
”Sekarang
ini kita lelang ulang. Sebelumnya sudah kita lelang, tetapi hanya dua
peminatnya. Padahal setahu saya minimal harus tiga perusahaan yang ikut
lelang,” kata Direktur Humas dan Promosi BP Batam, Purnomo Andiantono, Kamis
(21/1).
Andi
mengatakan, PT Pelindo I menyatakan minatnya untuk ikut dalam pengelolaan
pelabuhan bongkar muat peti kemas ini. Di mana perusahaan tersebut sudah
melakukan peninjauan.
”Nilai
investasi yang kita lelang di sana Rp 2 triliun. Perusahaan pemenang lelang
juga harus bisa membeli crane otomatis di sana,” katanya.
Menurut
Andi, crane pengangkut barang di sana wajib ada dan harus canggih untuk
melayani bongkar muat barang. Sebab,selama ini bongkar muat barang dari kapal
di Pelabuhan Batu Ampar hanya mengandalkan crane yang ada di dalam kapal itu
sendiri.
Kapastitas
pelabuhan tersebut maksimal 200 ribu twenty-foot equivalent units (TEUs).
Tetapi setiap tahunnya Pelabuhan Batu Ampar hanya menampung sekitar
80.000-100.000 TEUs atau hanya sekitar 50 persen setiap tahun.
”Kita
akui memang sangat minim. Setiap bulannya maksimal 30 ribu TEUs, itu sudah
termasuk bongkar muat lokal dan ekspor impor,” jelasnya.
Andi
menuturkan, kondisi tersebut juga tidak lepas dari panjang dermaga selatan Batu
Ampar yang sangat terbatas. Hanya sekitar 600 meter. Kedalaman lautnya pun
sangat dangkal, hanya sekitar 9 meter. ”Jadi wajar kalau kapal bersandar di
sana (Pelabuhan Batu Ampar) hanya kapal-kapal kecil,” ujarnya.
Padahal,
sambungnya, sering kapal berukuran besar atau mother vessel yang hendak bongkar
di Batam. Tetapi akhirnya mengalihkan bongkar muatnya di Singapura karena
infrastruktur pelabuhan di Batam yang jauh ketinggalan. Sebab, untuk mother
vessel minimal kedalaman lautnya 12 meter.
”Kalau
kapal mother vessel sandar di Batam, tidak akan bisa. Lautnya terlalu dangkal.
Tidak seperti di Singapura yang memang sudah sangat maju,” terangnya.
Ditanya
mengenai dwelling time di Pelabuhan Batu Ampar, Andi menegaskan sangat singkat.
Bahkan bisa dikatakan hanya hitungan jam. Apalagi, fasilitas FTZ yang
disematkan ke Batam sangat membantu karena tidak diperlukan lagi pengecekan
dari Bea Cukai dan instansi lainnya.
”Untuk saat
ini, sangat singkat. Kapal sandar di pelabuhan langsung bongkar dan langsung
selesai,” sebutnya. (ian)
Akibat sistem drainase yang tidak baik, warga Perumahan Taman Laguna,
Kelurahan Tanjung Riau, Sekupang selalu mengalami kebanjiran saat hujan
turun. Tampak Elsiana menyelamatkan barang-barangnya yang sempat
terendam banjir beberapa waktu lalu.
”Kita belum tahu selama ini, apakah ada anggaran dari BP Batam untuk penanggulangan banjir atau tidak. Kita minta BP Batam harus berperan aktif juga mengatasi banjir,” kata Werton Panggabean, anggota komisi III DPRD Kota Batam.
Dalam hal pengalokasian lahan, ia meminta agar BP Batam bisa berkoordinasi dengan Pemko dan pengembang. Termasuk untuk menentukan titik tertentu seperti drainase, jalan dan sebagainya.
Paling tidak, kata Werton beberapa ruas jalan yang dibangun dan menjadi tanggungjawab dari BP Batam harus ditata sebaik mungkin. Drainase harus lancar.
”Drainasenya harus lancar. Ini justru ada jalan yang dikelola BP Batam yang tidak ada drainasenya,” katanya.
Werton mencontohkan sepanjang jalan duyung, Batu Ampar yang kerap rusak parah. Di sana drainasenya tidak dibangun dengan baik. Bahkan ada sisi jalannya yang tidak ada drainasenya.
”Makanya BP Batam juga harus aktif dalam hal penanggulangan banjir ini,” katanya.
Sementara itu, Direktur Humas dan Promosi BP Batam, Purnomo Andiantono mengatakan, pihaknya tetap melakukan pemeliharaan terhadap jalan yang menjadi tanggungjawab dan kewenangan mereka.
”Kita tetap aktif kok untuk melakukan pemeliharaan jalan. Untuk masalah banjir ini juga kita aktif. Termasuk dalam hal pengalokasian lahan, kita tetap lihat dampaknya apakah menimbulkan banjir atau tidak,” katanya. (ian)
Akibat sistem drainase yang tidak baik, warga Perumahan Taman Laguna,
Kelurahan Tanjung Riau, Sekupang selalu mengalami kebanjiran saat hujan
turun. Tampak Elsiana menyelamatkan barang-barangnya yang sempat
terendam banjir beberapa waktu lalu.
”Kita belum tahu selama ini, apakah ada anggaran dari BP Batam untuk penanggulangan banjir atau tidak. Kita minta BP Batam harus berperan aktif juga mengatasi banjir,” kata Werton Panggabean, anggota komisi III DPRD Kota Batam.
Dalam hal pengalokasian lahan, ia meminta agar BP Batam bisa berkoordinasi dengan Pemko dan pengembang. Termasuk untuk menentukan titik tertentu seperti drainase, jalan dan sebagainya.
Paling tidak, kata Werton beberapa ruas jalan yang dibangun dan menjadi tanggungjawab dari BP Batam harus ditata sebaik mungkin. Drainase harus lancar.
”Drainasenya harus lancar. Ini justru ada jalan yang dikelola BP Batam yang tidak ada drainasenya,” katanya.
Werton mencontohkan sepanjang jalan duyung, Batu Ampar yang kerap rusak parah. Di sana drainasenya tidak dibangun dengan baik. Bahkan ada sisi jalannya yang tidak ada drainasenya.
”Makanya BP Batam juga harus aktif dalam hal penanggulangan banjir ini,” katanya.
Sementara itu, Direktur Humas dan Promosi BP Batam, Purnomo Andiantono mengatakan, pihaknya tetap melakukan pemeliharaan terhadap jalan yang menjadi tanggungjawab dan kewenangan mereka.
”Kita tetap aktif kok untuk melakukan pemeliharaan jalan. Untuk masalah banjir ini juga kita aktif. Termasuk dalam hal pengalokasian lahan, kita tetap lihat dampaknya apakah menimbulkan banjir atau tidak,” katanya. (ian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar