Senin, 20 April 2015 (Sumber: Antara Kepri)
Batam (Antara Kepri) - Kepala Badan Pengusahaan Batam menyatakan Pelabuhan Tanjungsauh merupakan proyek strategis yang harus terwujud meski pemerintah pusat telah menetapkan pelabuhan penghubung lain di luar Kawasan Bebas Batam.
"Batam tetap menjadi titik pembangunan pelabuhan alih jasa atau transhipment dengan pertimbangan melayani angkutan barang internasional. Proyek Tanjungsauh strategis dan harus diwujudkan untuk melayani kebutuhan pelayaran internasional," kata Kepala BP Batam, Mustofa Widjaja di Batam, Jumat.
Ia mengatakan, meski pemerintah telah menetapkan pembangunan pelabuhan penghubung pelayaran Indonesia di Bitung dan Kualatanjung, namun Tanjungsauh yang diharapkan mampu menjadi persinggahan kapal-kapal yang melalui Selat Malaka tetap harus dibangun.
"Dibangunnya penghubung di Bitung dan Kualatanjung bukan tidak memperhitungkan pelabuhan FTZ di Batam yang notabene berada di salah satu lintas kapal internasional. Pelabuhan transhipment itu bukan proyek yang baru saja direncanakan. Hal itu juga sekaligus menegaskan bahwa pengembangan pelabuhan di FTZ Batam tidak berubah dari rencana awal pengembangan," katanya.
Untuk saat ini, kata dia, pengembangan konkrit saat ini sudah mulai dilakukan di Pelabuhan Batuampar dan Kabil. Pelabuhan Kabil rencananya akan dikembangkan tahun ini setelah meningkatnya aktivitas serta sesuai permintaan pengguna jasa kepelabuhanan di sana.
Mustofa mengatakan, saat ini Singapura sudah menangkap sekitar 30 juta TEU's angkutan internasional sekaligus melayani 4 juta TEU's kargo domestik. Demikian juga Malaysia.
Pembangunan Tanjungsauh diharapkan juga mampu menarik manfaat dari pelayaran tersebut sehingga bukan hanya Singapura dan Malaysia saja yang mendapatkan untung.
Direktur Perencanaan dan Pembangunan Badan Pengusahaan (BP) Batam Imam Bachroni mengungkapkan proyek Tanjungsauh rencananya menjadi hub bagi kapal kargo internasional yang melewati Selat Malaka baik dari pasar Eropa dan Asia.
"Tanjungsauh tetap masuk dalam perencanaan meski Batuampar menjadi proyek utama yang kini terus dikembangkan. Tanjungsauh lebih ke transhipment, kapal yang membawa barang dari Eropa ke Australia bisa mampir. Saat ini tengah disiapkan kajiannya," ujarnya.
Ia menjelaskan, Pemerintahan Presiden Joko Widodo memang berniat mengembangkan Pelabuhan Bebas Batam pada tahun ini meski tidak dijelaskan secara spesifik pelabuhan yang dipilih.
"Bisa saja pemerintah mengembangkan terminal Batuampar atau justru merealisasikan proyek Tanjungsauh yang masuk dalam masterplan BP Batam," ujarnya.
Pulau Tanjungsauh yang terletak pada sisi timur Pulau Batam rencananya dibangun terminal kargo seluas 1.000 hektare dengan kapasitas 4 juta TEU's, selanjutnya disambung dengan jalur darat 7 kilometer dari Terminal Kabil. (Antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar