(sumber Tribun Batam,versi asli)
Tribun Batam - Senin, 6 Desember 2010 14:53 WIB
Tribunnews Batam / Muhammad Ikhsan
Rusun Bida Ampar Jadi Pemukiman Kumuh
Laporan Muhammad Ikhsan, wartawan Tribunnews Batam.
TRIBUNNEWSBATAM, BATAM - Warga di pemukiman rumah susun (Rusun) Bida Ampar milik Otorita Batam mengeluh. Mereka mencemaskan sistem manajemen Rusun yang terlihat tidak responsif dengan dengan berbagai keluhan dari setiap setiap penghuni.
"Banyak hal yang kita cemaskan, diantaranya adalah sampah, saat ini sampah dirusun ini tampaknya diangkut sekali sebulan, lihat saja saat ini setiap tong sampah sudah melimpah isinya keluar, dan hal ini hampir disemua blok Rusun," ujar Ded, salah seorang penghuni, Senin (6/12).
Kondisi tersebut ungkapnya diperparah dengan berserakannya sampah yang menumpuk akibat diusai oleh hewan seperti Kucing dan anjing. "Ini sangat jorok, disemua tempat sampah, berserakan. Bahkan lucunya petugas kebersihan disini hanya melihat kondisi itu, Lama-lama begini warga rusun ini bisa terancam oleh penyakit," gerahnya.
Hunian rusun yang dibangun 4 twin blok oleh Otorita Batam ini didominasi para pekerja di beberapa pabrik dan perusahaan di Batu Ampar. Namun kondisinya yang tidak terawat ditambah dengan manajemen Rusun yang tidak responsif membuat masyarakat pekerja ini heran.
"Padahal Rusun dibangun oleh pemerintah sebagai solusi mengantisipasi pemukiman kumuh di Batam. Ini kok sudah ada Rusun tapi malah serasa hidup dipemukiman kumuh. Kami berharap Otorita Batam selaku pengelola bisa memperhatikan hal ini, kapan perlu manajemen Rusun diganti dengan orang-orang yang berkompeten," ujar Ay warga di Blok B.
Kegerahan warga dengan manajemen Rusun ternyata tidak hanya masalah sampah saja, para warga ini menilai mulai dari adminisitrasi pembayaran, maintenance (pemeliharaan) hingga kemanan sangat bermasalah. Yang semakin membuat warga jengah adalah Pihak pengelola yang seakan acuh dengan keluhan warga.
"Pelayanan di Rusun ini sangat parah. Dalam adiminsitrasi pembayaran air dan listrik misalnya, kita memang dimudahkan karena tidak harus jauh-jauh ke PLN dan ATB untuk bayar air, namun yang disayangkan, pengelola disini setiap melakukan pembayaran kwitansinya tidak jelas karena rinciannya tidak sesuai. Bahkan kwitansi salah cetak. Itu tetap digunakan. Ketika saya tanyakan ke pihak manajemen, mereka tidak mau tahu, mereka hanya mengatakan jumlah itu sesuai dengan tagihan dari PLN atau ATB, jelas seorang ibu rumah tangga di rusun ini yang enggan menyebutkan namanya.
"Saya benar-benar kesal, walau setelah saya cek ke PLN ternyata memang tagihan saya sebesar itu, Tapi saya masih kesal karena dalam sebuah manajemen yang profesional kok bisa-bisanya memberikan kwitansi salah cetak ke pelanggan. Cuma jumlahnya saja yang betul, rinciannya salah. Dan itupun dilakukan terus walau sudah dikomplain oleh warga," terang ibu tersebut.
Sementara untuk keamanan, walau sifatnya kasuistik warga juga mengakui sering kehilangan peralatan elektronik seperi Laptop dan Hp. Modus pencurian ini diakui warga Rusun kerap terjadi di siang hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar