( sumber Batam Pos,versi asli)
Monday, 27 December 2010 | Metropolis. Silakan untuk terus mengikuti berita kami melalui RSS 2.0 feed. Anda juga bisa ikut berpartisipasi dengan memberikan komentar pada berita ini.
Hubungkan Batuampar-Mukakuning-Hang Nadim
Meski mulai 2011 Badan Pengusahaan (BP) Batam tak lagi membangun jalan, namun proyek jalur bebas hambatan alias jalan tol Batuampar-Mukakuning-Bandara Hang Nadim yang digagas Otorita Batam (OB) beberapa tahun lalu, tetap akan berlanjut. Jalan yang telah melalui pra studi kelayakan oleh BP Batam bersama PT Geo Issec selaku konsultan 2007 lalu ini, akan menelan biaya 220 juta dolar AS atau hampir Rp2 triliun.
Rinciannya, pembebasan lahan Rp271 miliar dan konstruksi sekitar Rp1,7 triliun. Menurut Direktur Perencanaan Teknik BP Batam, Istono menyatakan proyek jalan tol pertama di Batam tersebut ditangani Kementerian Pekerjaan Umum (PU), melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). ”BPJT sedang menawarkan proyek ini kepada swasta yang berminat,” kata Istono di ruang kerjanya, akhir pekan lalu.
BPJT adalah badan yang berwenang menyelenggarakan jalan tol, meliputi pengaturan, pengusahaan dan pengawasan Badan Usaha Jalan Tol. Badan ini mendorong keterlibatan swasta dan pemerintah daerah dalam percepatan pembangunan infrastruktur tersebut. Untuk itu, BPJT menyusun buku Peluang Investasi Jalan Tol di Indonesia dan menyebarkannya ke berbagai daerah dan sejumlah negara.
Jalan tol Batuampar-Mukakuning-Hang Nadim sendiri, merupakan salah satu proyek yang ditawarkan BPJT dalam buku Peluang Investasi Jalan Tol tersebut. Di buku itu tertulis, tender jalan tol Batam digelar 2012. Sedangkan pengerjaan konstruksi dimulai 2013 dan diperkirakan selesai 2015. ”Tahun 2016 baru dioperasikan,” kata Istono.
Jalan tol yang membelah kawasan Batuampar-Mukakuning-Hang Nadim ini memiliki panjang 25 kilometer dengan empat jalur di dalamnya. Menurut Istono, di setiap persimpangan yang dilalui jalan tol, akan dibangun jalan layang (fly over). ”Terutama di Simpang Jam dan Simpang Kabil,” ujarnya.
Pembangunan jalur yang menghubungkan pelabuhan-bandara dan kawasan industri di Batam ini, kata Istono, merupakan jawaban kebutuhan prasarana jalan raya Batam di masa mendatang. Apalagi, zona perdagangan dan pelabuhan bebas alias FTZ sudah berjalan. ”Jumlah kendaraan terus bertambah, sehingga perlu tambahan ruas jalan,” tukasnya.
Hasil pra studi kelayakan yang dilakukan BP Batam bersama PT Geo Issec, tingkat kepadatan kendaraan di Jalan Jenderal Sudirman yang merupakan jalur terpadat di Batam mencapai 20 ribu satuan mobil penumpang per hari.
Sedangkan pertumbuhan kendaraan sekitar 10 persen per tahun. Situasi ini mendorong BP Batam yang ketika itu bertugas membangun dan melengkapi insfrastruktur di Batam, membangun ruas-ruas tambahan untuk memperlancar pergerakan kendaraan.
Selain jalan tol, Batam juga sedang merintis proyek besar di bidang infrastruktur, yakni monorail. (deden rosanda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar