(sumber Haluan Kepri)
Rabu, 15 June 2011
Pasokan Gula ke Pedagang Macet
SEI JODOH- Kendati Badan Pengusahaan (BP) Batam sudah memasukkan ribuan ton gula impor asal Thailand ke Batam melalui sejumlah importir, namun sampai sekarang, harga gula di pasaran belum terpengaruh, masih di kisaran Rp10 ribu. Selain itu, sejumlah pedagang mengaku, pasokan gula ke kios mereka tidak lancar.
"Sudah hampir seminggu ini, kami tidak mendapatkan pasokan gula dari importir gula. Kami tidak tahu menahu persoalan ini, ada apa sebetulnya. Sedangkan berita-berita di media yang kami baca, ada ribuan ton gula impor dari Tahiland yang sudah masuk," kata Lim, seorang pedagang gula eceran di Pasar Jodoh, Selasa (14/6).
Padahal, kata Lim, secara logika, kalau gula impor sudah banyak masuk ke Batam seharusnya pedagang gula eceran lancar menerima pasokan dari importir. Namun yang ada malah terbalik, saat ini pedagang tidak mendapat pasokan yang cukup untuk dijual kembali ke masyarakat dibanding pada waktu-waktu sebelumnya.
Salah satu pedagang gula dengan sistem grosir di Pasar Jodoh juga menyampaikan hal serupa. Bahkan sudah lebih seminggu, tokonya tidak mendapat pasokan gula. Sejumlah pedagang gula berpendapat, belum lancarnya pasokan gula ke pedagang karena masih adanya penumpukan gula di gudang-gudang tertentu.
"Gula masih ditumpuk di gudang, termasuk gula impor dari Thailand yang baru datang juga belum didistribusikan hingga ke pasaran," katanya.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Energi Sumber Daya Mineral (Perindag dan ESDM) Kota Batam Batam Ahmad Hijazi saat dikonfirmasi mengatakan, kurangnya pasokan gula di pasaran adalah hal yang biasa dalam kondisi seperti ini.
Menurutnya, distributor gula lokal agak mulai menahan pasokan, karena gula impor lebih dijual murah. Sedangkan gula impor memang belum didistribusikan. Hijazi menduga, gula impor belum bisa didistribusikan karena urusan administrasinya belum selesai.
"Kelangkaan ini hanya persoalan distributor gula saja. Kelangkaan itu tidak akan lama, sebab masih masa transisi yang telah diketahui distributor lokal tentang masuknya gula impor asal Thailand," katanya.
Hijazi berharap, gula impor bisa segera didistribusikan, karena masyarakat sangat membutuhkan. Untuk itu, ia berjanji akan mendesak BP Batam dan dan Bea dan Cukai Batam untuk segera mempercepat pendistribusian gula impor tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat Batam.
Tunggu Hasil Laboratorium
Sementara itu, Kabid Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi (BKLI) Bea dan Cukai Batam, Susila Brata saat jumpa pers di Kantor BC Batam mengatakan, gula-gula impor tersebut saat ini masih berada di gudang dan disegel oleh BC Batam hingga menunggu hasil laboratorium. Kata dia, gula impor tersebut harus memiliki standar 70-200 ikumsa ( standar internasional untuk produksi makanan dan minuman).
Susila juga mengatakan, memasukan barang ke kawasan FTZ melalui jalur hijau tidak memerlukan pemeriksaan fisik. Namun, karena gula merupakan komoditas pokok, maka BC Batam perlu melakukan pemeriksaan fisik.
Terkait manifes data gula impor yang masuk ke Batam melalui pelabuhan Batuampar, Susila menjelaskan, berdasarkan rekapitulasi importasi gula tahun 2011 KPU BC Tipe B Batam, PT Batam Harta Mandiri mendatangkan gula sebanyak 1.955 ton gula pada tanggal 27 Mei 2011 menggunakan MV Royal Fortune, PT Pembangunan Kepri mendatangkan gula menggunakan MV Jutawan sebanyak 1.504 ton pada tanggal 30 Mei 2011.
Lalu, Trimaco Sukses Mandiri, Pro Kepri Berjaya dan Sahabat Karya Mandiri mendatangkan gula impor sebanyak 2.807 ton menggunakan MV Far East Sun pada tanggal 31 Mei 2011. Terakhir, PT Putra Kepri Mandiri dan Trimaco Sukses Mandiri pada tanggal 31 Mei 2011 mendatangkan gula menggunakan MV Hai Phong sebanyak 2.707 Ton pada tanggal 31 Mei 2011.Total gula impor masuk ke Batam melalui pelabuhan Batuampar sebanyak 8.975 Ton
Kata Susila, izin impor gula ke Batam sesuai izin Kementerian Perdagangan nomor 507/M-DAG/SD/4/2011 yang dikeluarkan tanggal 14 April 2011 dengan jumlah 9.000 ton, diperuntukan bagi kawasan Free Trade Zone di Batam, Bintan dan Karimun.
Berdasarkan surat keputusan Gubernur Kepri nomer 139/Kdhkepri.513/4.11, sebanyak 6.000 ton gula diperuntukan bagi Batam, 1.500 ton untuk Bintan dan 1.500 ton untuk Karimun.
Disinggung tentang perbedaan data yang dikeluarkan oleh Persero dan BC, Susila menyebutkan BC tidak dalam posisi menanggapi hal tersebut.
"Terkait informasi itu (Persero,red) seharusnya yang bersangkutan yang mengklarifikasi. Pada dasarnya kami bekerja atas dan dan fakta. Berdasarkan data, jumlah impor tak melebihi kuota, berdasarkan fakta, tak ada kelebihan gula," ujar Susila.
Ketua Komisi II DPRD Kota Batam Yudi Kurnain yang turut hadir dalam jumpa pers itu mengatakan, setelah mengumpulkan data-data, baik melalui hearing maupun sidak, maka seluruh informasi impor gula berlebih tersebut telah selesai.
"Setelah data dan informasi kita kumpulkan, Bea Cukai, Persero dan BP Batam kita konfrontir, tidak ada masalah. Kesimpulannya, semua selesai," ujar Yudi.(cw52/pti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar