"Ada baiknya enam importir ini dievaluasi, karena mereka tidak bisa menjalankan fungsinya secara maksimal," ujar Hijazi ditemui usai pertemuan dengan Pertamina terkait dengan kelangkaan BBM di Lantai V Gedung Pemko Batam, Senin (12/12).
Menurut Hijazi, hingga kini mereka belum tahu persis seperti apa kondisi pelaksanaan impor gula secara lokal, karena saat ini keenam importir yang ditunjuk oleh pemerintah hingga kini belum ada yang melaporkan bagaimana pelaksanaan pengadaan gula yang mereka adakan.
"Tugas mereka itu bukan hanya mengimpor gula dari luar, tapi mereka juga punya kewajiban untuk memasok gula dari lokal jika di Batam terjadi kekurangan stok," katanya.
Menurutnya, berdasarkan pantauan yang dilakukan oleh timnya di pasar, hingga saat ini gula-gula yang beredar merupakan gula lokal dan juga sisa-sisa impor beberapa bulan lalu yang dilakukan oleh enam importir tersebut.
"Kebutuhan Batam setiap bulannya sekitar 1.800 ton gula," ujarnya.
Kenaikan harga gula akhir-akhir terjadi, kata Hijazi, diduga kuat karena stok gula yang menipis di pasaran. Apalagi daerah-daerah penghasil tidak lagi panen, serta pengaruh cuaca yang tidak bersahabat yang mengakibatkan panen menurun.
Namun demikian, hal tersebut diperparah karena ada kesan importir hanya mementingkan pengadaan gula secara impor dari luar karena keuntungan lebih besar daripada pengadaan gula dari lokal yang nilainya keuntungannya tidak seberapa.
"Importir ini juga bandel, mereka hanya mengutamakan impor tanpa mementingkan pengadaan lokal, padahal ketersedian menipis," katanya.
Jika ke depan tetap tidak ada perhatian dari importir tersebut, Hijazi berharap para importir gula bisa diberikan tindakan tegas, mengingat harga gula sangat tergantung dari mereka. Menurutnya ada baiknya pemerintah mencari importir baru yang punya kemampuan untuk menjaga ketersedian gula di Batam sehingga harga tidak melambung. (cw55)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar