batampos.co.id – Badan Pengusahaan (BP) Batam
memastikan ada beberapa perusahaan asing skala besar yang akan segera
beroperasi. Selain mengakhiri kelesuan ekonomi di Batam, beroperasinya
perusahaan asing tersebut juga menjadi kabar baik karena bakal menyerap
ratusan pekerja lokal.
“Contohnya Yokohama Rubber Fender di Kawasan Industri Kabil.
Sebenarnya mereka sudah dua tahun di sini, tapi belum produksi,” kata
Direktur Lalu Lintas Barang BP Batam, Tri Novianta Putra, Senin (24/4).
Novi mengakui, persiapan Yokohama Rubber Fender memang cukup lama.
Sebab perusahaan tersebut merupakan industri berteknologi tinggi
(high-tech) sehingga memerlukan persiapan yang matang sebelum memulai
aktivitas produksi. “Kalau perhitungannya tak tepat, maka produksi tak bisa dimulai,” jelasnya.
Apalagi, produk yang akan dibuat di perusahaan itu juga merupakan
produk yang membutuhkan kejelian dalam proses pembuatannya. Yakni floating rubber untuk pipa lepas pantai.
“Jika sudah produksi maka harganya bisa setara satu mobil Alphard,” jelas Novi.
Selain Yokohama Rubber Finder, Novi menyebut ada beberapa perusahaan
asing yang sedang ancang-ancang untuk buka di Batam. Dia berharap, tren
ini menandai kebangkitan ekonomi dalam negeri, khususnya di Batam. “Ya pastinya akan mengerek ekonomi nantinya dan memancing investor lain untuk ke Batam,” tambahnya.
Novi mengungkapkan, pihaknya terus mendorong masuknya investasi ke
Batam, khususnya dari pihak asing. Sebab selama ini industri di Batam
memang sedang lesu. Bahkan, dalam kurun waktu empat bulan tahun ini
saja, terdapat tiga perusahaan asing yang menutup usahanya di Batam.
Ketiga, adalah PT Nidec Component Technology Indonesia yang bergerak
di bidang industri elektronika. Kemudian PT Sivantos Hearing Solutions
yang memproduksi alat bantu pendengaran dan PT Pacific Coating Batam
yang bergerak di bidang jasa industri khusus.
Direktur Promosi dan Humas BP Batam, Purnomo Andiantono mengatakan
total nilai investasi dari ketiga perusahaan tersebut mencapai sekitar 4
juta dolar Amerika. Rinciannya, Nidec dengan nilai investasi 2,5 juta
dolar Amerika, Sivantos dengan nilai investasi 610 ribu dolar Amerika,
dan PT Pacific dengan investasi capai 900 ribu dolar Amerika.
“Kalau jumlah pekerjanya yang menganggur adalah 1.364 karyawan lokal
dan 38 karyawan asing. Sepi order jadi alasan mereka tutup,” terang
Andi. (leo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar