Jembatan Tengku Fisabilillah atau dikenal dengan Jembatan Barelang terlihat dari udara di Batam, Kepulauan Riau, Minggu (9/4).
BATAM—Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam atau BP Batam mengklaim telah mencapai perkembangan signifikan
dalam proses perizinan investasi dan pembenahan sumber daya manusia.
Kepala
BP Batam Hatanto Reksodipoetro mengatakan selama setahun terakhir
pencapaian investasi di Batam mengalami peningkatan yang signifikan.
Menurutnya,
sepanjang periode Januari—Maret 2017, terdapat 11 izin prinsip
investasi yang masuk di Batam. “Total nilainya mencapai US$51 juta,”
ujarnya
kepada wartawan, akhir pekan lalu.
Hatanto
optimistis, realisasi investasi di pulau yang dikelolanya pada tahun ini
bisa mencapai hampir dua kali lipat dibandingkan dengan realisasi tahun
lalu yang menyentuh US$471 juta. "Mudah-mudahan pada tahun ini
realisasinya bisa mencapai US$800 juta," tegasnya.
Lebih jauh, dia
menjelaskan Batam masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan di
samping menghadapi tantangan kinerja dan rencana pengembangan Batam.
"Persoalan yang mendasar adalah masalah SDM . Ketika saya masuk, saya
langsung melakukan pembenahan pola pikir dan pola kerja PNS , dengan
cara swasta sehingga sekarang kinerjanya lebih optimal," katanya.
Persoalan
lainnya adalah banyaknya spekulan tanah dan makin tumbuhnya bangunan
liar, lahan reklamasi, status hutan di atas hak pengelolaan lahan (HPL)
BP Batam, kemudian tidak adanya data base lahan serta tidak adanya land management system.
Selama
setahun terakhir, Hatanto melakukan pembenahan lahan tidur,
menyelesaikan lahan bermasalah, membereskan persoalan lahan perkampungan
tua dan mengoptimalkan lahan kavling siap bangun.
Dia juga
menyinggung permasalahan yang terjadi di Batam saat ini yaitu adanya
penilaian tentang dualisme kewenangan antara BP Batam dan Pemerintah
Kota. "Sebenarnya kami sudah memiliki kewenangan masing-masing,"
jelasnya.
Soal investasi, BP Batam memiliki kewenangan untuk
investasi asing, sedangkan investasi dalam negeri ditangani oleh
Pemerintah Kota Batam.
Di tempat yang sama, Deputi Bidang
Pelayanan Umum BP Batam Gusmardi Bustami mengatakan pihaknya akan
menertibkan lahan-lahan yang terlantar dan belum terbangun di Batam.
"Sudah ada beberapa yang kami tertibkan, nanti kami akan tertibkan
semua," ujarnya.
Untuk perizinan, dia memprioritaskan
kecepatan bagi para investor baru dengan program I23J yaitu izin
investasi diselesaikan dalam waktu 3 jam. "Ada delapan jenis ini yang
diberikan. Padahal dahlu itu perlu waktu 2—3 bulan."
Dia
menjelaskan bahwa Program I23J diberikan untuk delapan jenis izin yaitu
izin investasi, pendirian perusahaan, tanda daftar perusahaan, SIUP,
API-P, NPWP, NIK dan RPTKA/IMTA.
Selain itu investor yang sudah
dapat delapan izin tersebut juga diberikan rekomendasi untuk dapat
"jalur hijau". "Program ini sudah kami launching sejak bulan
September tahun lalu. Sampai saat ini sudah enam perusahaan yang
menggunakan program tersebut dengan nilai US$191 juta."
Investor
juga mendapat program Kemudahan Layanan Investasi Langsung Konstruksi
(KILK) pada empat kawasan Industri yaitu KI Kabil, KI Batamindo, KI
Bintang dan KI West Point. "Program ini adalah yang pertama dilakukan di
daerah. Sebelum program ini diluncurkan, investasi bisa memakan waktu
2—3 tahun."
Dengan anggaran Rp700 miliar per tahun yang sebagian
besar digunakan untuk belanja pegawai, paparnya, BP Batam harus
mengoptimalkan pendapatan dan menghemat biaya dengat ketat.
Pembangunan
di Batam pada tahun lalu telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
Provinsi Kepulauan Riau hingga mencapai 5,03%. Pertumbuhan ini lebih
banyak digerakkan oleh sektor industri pengolahan, pertambangan,
konstruksi, dan perdagangan.
Sementara itu, B.J. Habibie, Presiden
ke-3 Republik Indonesia, mengusulkan agar Batam dapat menjadi Daerah
Istimewa Ekonomi sehingga akan dipimpin oleh seorang gubernur yang
langsung ditunjuk oleh Presiden.
Habibie yang pernah menjadi
Kepala Badan Otorita Batam sejak 1971, menyampaikan hal itu dalam
kunjungannya selama 3 hari di Batam pekan lalu. Namun ketika ditanyakan
apakah Presiden Jokowi tahu akan ide tersebut, Habibie menjawab: "Saya
tidak tahu apakah Presiden Jokowi tahu," katanya.
Habibie berjanji akan menyampaikan ide itu kepada Presiden Jokowi.
Dalam desain, nantinya Batam akan dipimpin seorang gubernur yang ditunjuk langsung dan diambil dari BP Batam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar