batampos.co.id – Pembangunan jembatan layang atau flyover Simpang
Jam, Batam, terus dikebut. Proyek yang menelan anggaran sebesar Rp 180
miliar ini ditargetkan rampung pada 17 November tahun ini.
Jembatan layang dengan total panjang 460 meter dan lebar 32,2 meter
ini akan dilengkapi dengan expantion joint untuk menahan getaran.
Diperkirakan, jembatan layang pertama di Kepri ini akan mampu bertahan
minimal 100 tahun.
”Tujuan utama pembangunan jembatan layang ini untuk mengatasi
kemacetan di Batam yang semakin parah,” kata Direktur Publikasi dan
Humas BP Batam, Purnomo Andiantono, akhir pekan lalu.
Andi merinci, 460 meter panjang jembatan ini terdiri dari 300 meter
untuk turunan flyover. Kemudian dari pangkal jembatan (abuntment) ke
pilar (pier) sepanjang 100 meter dan jarak antara pier kanan dan kiri
adalah 60 meter.
Jembatan yang memiliki ketinggian 6,8 meter ini ditopang oleh empat
pilar. Dua pilar di kanan dan dua pilar di kiri yang masing-masing
membentuk huruf V. Setelah proses pembangunan pondasi selesai, maka akan
dilanjutkan dengan pembangunan empat frontage (jalan bawah, red).
Kepala Satuan Kerja (Satker) Flyover Simpang Jam dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU-Pera, Andre Sahat Tua Sirait, mengatakan saat ini proses pembangunan flyover sudah rampung sekitar 53 persen. Selain meninggikan elevasi jalan di sana, kontraktor akan segera membangun jembatan tengah flyover atau box girder yang berada di atas jalan raya. ”Sekarang sudah mulai dalam tahap pengecoran awal,” jelasnya.
Sahat menjelaskan, pembangunan jembatan akan menggunakan konsep
traveller. Langkah pertama dalam konsep ini adalah dengan memasang dua
jaring pengaman yang terdiri dari spandek dan plat baja sehingga tidak
ada material yang akan jatuh ke tengah jalan dan mengganggu arus lalu
lintas. ”Membangunnya tidak pakai penyangga. Prosesnya akan bekerja
membangun jalan per lima meter per harinya. Dan akan dikerjakan di malam
hari,” imbuhnya.
Dia mengakui, pembangunan jembatan ini akan banyak berdampak pada
arus lalu lintas di lokasi. Apalagi, nantinya jalur Simpang Jam akan
ditutup dan arus lalu lintas akan dialihkan. Dampaknya, dipastikan akan
terjadi kemacetan, terutama di Simpang Baloi dan Simpang Kabil.
”Kami akan tetap lakukan penanganan berkesinambungan untuk penanganan
di Simpang Baloi dan Kabil karena kemungkinan titik macet akan pindah
kesana,” jelasnya.
Latar belakang pembangunan flyover di Simpang Jam ini karena ada
sekitar 272.138 kendaraan yang melintas di kawasan tersebut. Sehingga
sudah saatnya dibangun flyover di sana.
“Tujuannya untuk mengurai kemacetan,” imbuhnya.
Namun demikian, kehadiran flyover ini bukan satu-satunya solusi.
Sebab apabila jumlah kendaraan selalu bertambah, maka kemacetan juga
akan kembali terjadi di titik lainnya. Karenanya, KemenPU Pera berencana
membangun flyover lagi di Simpang Kabil. Sebab di lokasi tersebut juga
sering terjadi penumpukan kendaraan, terutama di jam-jam sibuk. Soal
anggaran, diperkirakan mencapai Rp 200 miliar dan akan mulai dikerjakan
pada tahun ini juga.
Selain untuk mengurai kemacetan, pembangunan flyover Simpang Jam
diharapkan akan menhadirkan ikon baru di Kota Batam. Karenanya, sesuai
dengan namanya, flyover ini nantinya akan dilengkapi dengan empat buah
jam ukuran besar.
Kepala Bagian Humas Pemko Batam, Ardiwinata, membenarkan jika flyover
Simpang Jam nantinya akan dijadikan ikon baru di Kota Batam. Untuk itu,
pihaknya akan ikut andil dalam mempercantik jembatan tersebut, salah
satunya dengan menambahkan ornamen khas Melayu.
”Wali Kota minta masukan dari Lembaga Adat Melayu (LAM),” kata Ardi.
Hiasan khas Melayu di jembatan layang Simpang Jam ini nantinya akan menyentuh bagian pagar hingga pilarnya. Beragam motif ornamen Melayu itu antara lain pucuk rebung, setampuk manggis, lebah bergayut, dan julur kacang. Rencananya juga akan dibangun relief perahu elang laut di sana.
”Saat ini memang belum semua dibangun. Tapi kisi setampuk manggis dan pucuk rebung sudah mulai terlihat,” ujar dia. (leo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar