batampos.co.id – Debit air di sejumlah dam di Batam mengalami penyusutan akibat kemarau panjang. Krisis air bersih pun mengancam Batam.
Ketinggian air di Dam Seiharapan, turun sampai 3,65 meter. Bahkan,
tanah mengering hingga beberapa puluhan meter dari bibir dam dan
terlihat tumbuhan liar muncul di sekitar waduk ini.
”Penyusutan ini merupakan dampak dari kemarau panjang yang melanda
Batam beberapa bulan terakhir. Ini merupakan kali kedua setelah tahun
2003 lalu,” ungkap Komandan Regu Pengawas Dam Seiharapan, Aprizal.
Menurutnya, Dam Seiharapan sudah masuk tahap menghawatirkan. Melihat
kebutuhan air masyarakat Batam yang makin tinggi, diprediksi dam ini
hanya sanggup menyediakan air bersih hingga tiga bulan ke depan.
Dam Duriangkang yang menjadi andalan air bersih di Batam juga
menyusut sampai 1,8 meter. Kemungkinan besar ketahanan air bersih di
Batam hanya sampai Oktober. Setelah itu akan terjadi krisis air. Selain
musim kemarau, pencemaran dan pembalakan liar menjadi penyebabnya.
”Air kita masih aman, paling tidak sampai Oktober. Jadi tidak usah
khawatir. Mudah-mudahan hujan,” kata Tato Wahyu, Direktur Pengelolaan
Air dan Limbah BP Batam.
Debit air Dam Nongsa kondisinya lebih miris. Setiap hari debit air
berkurang hingga satu centimeter. Bila keadaan ini terus berlanjut,
kemungkinan Dam Nongsa akan kering kerontang, sehingga tak akan ada air
lagi yang bisa disedot dari sana.
”Tiap hari volume airnya terus turun. Apalagi, Dam Nongsa tidak ada
mata air, sehingga sangat bergantung pada curah hujan,” kata salah satu
penjaga di Dam Nongsa itu. (rng/ian/cr3/rna/bp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar