Kepala
BP Batam Lukita Dinarsyah Tuwo dalam diskusi Membedah dan Menyikapi Pertumbuhan
Ekonomi Batam Triwulan 1/2018 yang digelar BP Batam, Rabu (4/7) di Grand i
Hotel
TRIBUNBATAM.id, BATAM - BP Batam siap melakukan reformasi perizinan bagi pengusaha.
Hal
ini disampaikan Kepala BP Batam, Lukita Dinarsyah Tuwo, saat diskusi
"Membedah dan Menyikapi Pertumbuhan Ekonomi Batam Triwulan 1/2018"
yang digelar BP Batam, di Grand i Hotel, Rabu (4/7/2018) lalu.
Diskusi
itu dihadiri sejumlah pelaku usaha, dan instansi terkait. Sehari sebelumnya, BP Batam menggelar diskusi dengan menjaring masukan dari
kalangan pengusaha, kemudian dijawab pada Rabu itu.
"Pak
gubernur, kami siap mereformasi perizinan dan lainnya. Kami tidak mencari
pendapatan dengan menaikkan tarif. Tapi bagaimana dengan tarif yang ada bisa
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan investasi," kata Lukita.
Pembenahan
dan reformasi perizinan itu, lanjutnya, menindaklanjuti harapan dari kalangan
pengusaha supaya direspon pemerintah, pada diskusi sehari sebelumnya.
Di
antara permintaan pengusaha itu, seperti terkait biaya logistik yang masih
tinggi untuk membawa barang dari Batam ke Jakarta.
Begitupun
dari Batam ke Singapura yang tarifnya lebih mahal, dibanding Jakarta-Singapura.
"Soal ini BP Batam yang memiliki peran difasilitas pelabuhan, akan meningkatkan fasilitas di Batuampar. Di sisi lain, kami juga akan minta Kemenlu (Kementerian Luar Negeri) dan Kemendag (Kementerian Perdagangan), agar jalur roro wilayah Indonesia dipermudah dari Batam," ujarnya.
"Soal ini BP Batam yang memiliki peran difasilitas pelabuhan, akan meningkatkan fasilitas di Batuampar. Di sisi lain, kami juga akan minta Kemenlu (Kementerian Luar Negeri) dan Kemendag (Kementerian Perdagangan), agar jalur roro wilayah Indonesia dipermudah dari Batam," ujarnya.
Permintaan
lain juga menyangkut usaha di kepelabuhanan. Kalangan pengusaha meminta supaya
perizinan disederhanakan. Begitupun juga menyangkut tarif supaya kompetitif.
"Kami akan mendorong perbaikan pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 148 Tahun 2016, terutama berkaitan dengan kepelabuhanan," ujarnya.
Soal
upah buruh dikaitkan dengan penyesuaian harga bahan pokok juga sempat
disinggung. Dikatakan
Kepri bukanlah daerah penghasil, karena itu ada harapan supaya Batam bisa
dijadikan salah satu pusat logistik pangan.
Dengan
begitu diharapkan bisa menekan persoalan UMK, yang setiap tahun menyesuaikan
dengan harga bahan pokok.
Dalam
hal ini BP Batam sudah melakukan komunikasi dengan Kemendag.
"Mereka
menyambut agar Batam dijadikan salah satu pusat distribusi logistik. Karena
kita di sini belum punya pusat distribusi logistik. Kita harapkan pasar induk
menjadi tempat logistik ke depan," kata Lukita.
Pada
kesempatan itu, mantan Sekretaris Menko Perekonomian ini juga mengajak para
pengusaha supaya bersama-sama membangun ekonomi Batam. Ia
optimistis, ekonomi Batam akan tumbuh. Sebab kontribusi Batam memegang peranan
penting terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kepri. Dalam
upaya itu, memang perlu kehati-hatian. Masih banyak tantangan untuk menaikkan
pertumbuhan ekonomi Kepri hingga di atas angka 4,47 persen.
"Kemarin
kami sudah mendengar apa kendala dari pengusaha dan apa yang bisa kita lakukan
untuk mengatasi permasalahan ekonomi ini supaya bisa tumbuh," ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan Gubernur Kepri, Nurdin Basirun yang hadir sekaligus membuka kegiatan Rabu itu.Ia mengajak semua pihak menyatukan pola pikir untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kepri, khususnya Batam.
Hal serupa juga disampaikan Gubernur Kepri, Nurdin Basirun yang hadir sekaligus membuka kegiatan Rabu itu.Ia mengajak semua pihak menyatukan pola pikir untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kepri, khususnya Batam.
"Kita
diuntungkan dengan letak geografis yang berada di alur perdagangan. Kita
harapkan dari pertumbuhan ekonomi 4,47 persen itu pelan-pelan naik hingga 5
persen. Memang perlu terobosan. Hari ini pemerintah sudah berupaya supaya di
Batam ada MPP (mal pelayanan publik), nanti juga ada OSS (online single
submission)," kata Nurdin.
Lantas
mengapa ekonomi Kepri bisa terpuruk hingga sempat di angka 2 koma sekian
persen?
Menurut
Nurdin, itu bisa terjadi lantaran Kepri hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi
pada satu sektor. Seperti industri. Dalam hal ini, unggulannya tetap Batam.
"Pada
2017 Kepri hanya mengandalkan satu sektor. Batam yang diunggulkan, tapi daerah
lain tidak. Kalau cuma satu sektor, memang berat," ujarnya.
Padahal
menurutnya, banyak sekali sektor lain di Kepri yang bisa dikembangkan. Seperti
dari pariwisata, perikanan, pertanian dan lain sebagainya. Karena
itu Nurdin mengingatkan, meskipun Batam dijadikan parameter pertumbuhan ekonomi
di Kepri, daerah lainnya, jangan sampai dilupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar