Suasana
diskusi di BP Batam, Rabu, 4 Juli 2018
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Staf Ahli Kepala BP Batam menyebut Batam masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Kepri, karena itu Batam tetap penting dan spesial bagi provinsi ini.
"Kalau kita fokus ke yang utama (Batam),
yang lain akan melejit," kata Staf Ahli Kepala BP Batam, Panusunan Siregar
dalam presentasinya, Rabu (4/7/2018) di acara Diskusi yang digelar BP Batam. Panusunan mengatakan, tidak mengherankan jika
posisi Batam 'sakit', maka Kepri juga akan terasa sakit.
Lantaran hampir 69 persen PDRB Kepri itu disumbang dari Batam.
"Kita berharap target pertumbuhan
ekonomi Kepri tahun ini sebesar 5 persen bisa terlampaui. Itu yang membuat kita
mesti mendorong Batam supaya bangkit lagi. Jika Batam kolaps, maka Kepri juga
bisa kolaps," ujarnya.
Menurut Mantan Kepala Badan Pusat Statistik
(BPS) Kepri ini, geliat ekonomi Kepri dominan datang dari sektor industri
pengolahan, yang notabene bermarkas di Batam. Karena itu, Panusunan mengajak semua pihak,
supaya betul-betul menggerakkan manufaktur di Batam, khususnya, agar ekonomi di
Kepri bisa bergerak lebih kencang lagi.
"Bagaimana caranya kita mengejar
(pertumbuhan ekonomi) 5 persen? Perlu dibuat tuntunan. OPD (organisasi
perangkat daerah) kita jadikan patokan. Dengan modal 4,47 persen (pertumbuhan
ekonomi Kepri kwartal I-2018), kita optimistis target 5 persen bisa dicapai,"
kata Panusunan.
Bukan tanpa alasan Panusunan menyebut kata
OPD di situ. Dilihat dari sisi pengeluaran atau
penggunaan, membaiknya perekonomian Kepri pada triwulan I/2018, di antaranya
didorong membaiknya dorongan investasi (PMTB) dan penggunaan APBD (konsumsi
pemerintah) yang masing-masing tumbuh sebesar 6,49 persen dan 9,00 persen. Dimana pada triwulan I/2017 hanya tumbuh 4,87
persen dan dan -5,26 persen.
"Pertumbuhan ekonomi di Kepri selain didorong dari sektor pengolahan juga dari
konstruksi. Makanya OPD, kita ingatkan bagaimana anggaran infrastruktur itu
bisa dieksekusi lebih cepat. Share APDB ini walaupun masih kecil, tapi
eksekusinya dahsyat di triwulan I-2018," ujarnya.
Termasuk juga dari sektor pertambangan dan
galian, perdagangan, konsumsi rumah tangga, tak kalah penting dari pariwisata. Diingatkan supaya tetap dijaga ke depannya.
Lantaran termasuk sektor yang ikut menggerakkan pertumbuhan ekonomi Kepri pada triwulan I-2018.
"Ini jadi fokus kita bersama, tanpa
mengabaikan sektor yang lain. Tinggal satu semester lagi," kata Panusunan.
Untuk sektor pariwisata, Panusunan memang
memberikan catatannya. Ini termasuk sektor yang perlu digenjot lagi kedepannya
lantaran berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kepri.
"Share pariwisata memang kecil. Tapi
larinya kencang bisa sampai 18 persen," ujarnya.
Dari 2014-2018, Panusunan juga baru mendapati
setidaknya ada 200 ribu wisatawan mancanegara yang datang ke Kepri pada Februari-Maret 2018. Biasanya wisatawan paling
banyak datang pada Desember setiap tahunnya.
"Ini fakta empirisnya. Ada 200 ribu
wisman yang datang ke Kepri Februari-Maret kemarin.
Dampak dari wisman ini tak hanya dari
perhotelan saja, tapi sepak terjangnya kemana-mana. Selain memberikan devisa,
juga bisa menggerakkan sektor lainnya," kata Panusunan.
Karena itu, dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata, diingatkan perlu menetapkan target yang jelas. Termasuk juga memberikan insentif. Saat ini wisatawan mancanegara yang datang ke Kepri masih mayoritas dari Singapura, Malaysia, Tiongkok, Korea dan lainnya.
"Perlu target yang clear. Tak secara
total saja tapi target negara-negara yang jadi pasar Kepri ini juga perlu dihitung. Dari Singapura, berapa
yang mau digarap. Baru dikumulasikan jadi target Batam, Kepri," ujarnya. (wie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar