Senin, 9 Juli 2018 (Sumber:
Tribunbatam.com)
Ketua
Perpamsi Erlan Hidayat dalam pertemuan Indonesia Water Forum 2018 di Aston
Hotel Batam, Senin (9/7/2018).
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Batam menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan Indonesia Water Forum 2018. Acara ini diselenggarakan Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi). Kegiatan ini merupakan kegiatan ketiga yang digelar Perpamsi.
Di
Batam, kegiatan berlangsung selama tiga hari dengan menyedot kepesertaan
sebanyak 400 orang dari seluruh Perpamsi di Indonesia.
Rangkaian
kegiatan diisi dengan training, kemudian di akhir acara, peserta akan
berkunjung ke Singapura, melihat sistem dan pengelolaan air di sana. Dalam
sambutannya, Ketua Perpamsi Erlan Hidayat memuji pengelolaan air minum di Batam
yang dikerjakan swasta, PT Adhya Tirta Batam (ATB).
"Batam
dikenal sebagai area PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)-nya dikelola swasta.
Puluhan tahun tak ada masalah," kata Erlan, Senin (9/7/2018) di Hotel
Aston Batam.
Kondisi
ini berbeda dengan daerah lain yang kerap kali 'ramai', jika dikerjakan swasta.
Lebih lanjut, Erlan mengatakan, melihat antusiasme peserta yang cukup besar
mengikuti kegiatan itu menjadi bukti menariknya jika berbicara terkait
kerjasama di bidang air. Iapun menyampaikan apresiasi dan terimakasihnya kepada
BP Batam, Pemko Batam dan ATB.
"Banyak
yang ingin kerjasama, tinggal dicari bentuk kerjasama airnya seperti apa, tapi
tak menimbulkan kerugian," ujarnya.
Di
tempat yang sama, Kepala Kantor Pengelolaan Air dan Limbah BP Batam,
Binsar Tambunan mengatakan, lewat Indonesia Water Forum 2018 yang digelar
di Batam, pihaknya sekaligus ingin berbagi gambaran, apa yang sudah didapat
dari pengelolaan air di Batam.
"Kami
melakukan konsesi dengan ATB mulai 1995 selama 25 tahun dan ini tahun-tahun terakhir
pengakhiran konsesi," kata Binsar.
Adapun
cakupan yang teraliri air saat ini, diakuinya sudah mencapai 90-an persen dari
1,25 juta penduduk Batam. Ini termasuk tertinggi di Indonesia.
"Pengelolaan
air ini sebenarnya cukup sulit karena Batam hanya pulau kecil. Luasannya 416
km2," ujarnya.
Air
yang ada juga untuk industri, pariwisata, dan masyarakat. Belum lagi keberadaan
hutan lindung yang terbatas. Karena itu ia menilai ketersediaan air di Batam
perlu mendapat perhatian ke depannya.
"Ketersediaan
air dapat tekanan dari kegiatan di Batam, terkait tata ruang. Menyangkut juga
pariwisata. Tapi air limbah ada di hadapan kita," kata Binsar.
70
persen konsumsi air di Batam nantinya akan menjadi air limbah. Inilah yang
termasuk menjadi tantangan dalam pengelolaan air di Batam.
"Karena
target Indonesia cukup tinggi pencanangannya. 2020, pelayanan air bersih 100
persen, air limbah 100 persen," ujarnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar