Sabtu, 2 November 2019 (Sumber: https://batampos.co.id)
KABAR baik itu datang setahun lalu dari negeri seberang, Singapura. Tepatnya pada Oktober 2018. Orang nomor satu di Indonesia, Joko Widodo, baru saja bertemu dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong. Kedua kepala negara ini sepakat menjadikan Batam sebagai hub (penghubung) digital dari luar negeri ke berbagai wilayah di Indonesia.
Peluang besar ini disambut gembira masyarakat Batam. Baik pengusaha skala kecil maupun besar. Khususnya para pelaku usaha yang bergerak di sektor industri digital. Salah satunya, Nongsa Digital Park (NDP), yang memang sudah lebih awal bergerak di sektor digital yang base-nya di Batam.
Bahkan, Silicon Valley-nya Batam itu, kini masuk sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dengan infrastruktur yang dimilikinya, akan mampu mendorong tumbuh pesatnya industri digital di kawasan ini. Kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.
Sebab, salah satu yang tersedia di NDP adalah tempat penyimpanan data berkapasitas tinggi yang aman. Selain itu, NDP juga jadi pusat pengembangan berbagai infrastruktur digital untuk kebutuhan bisnis e-commerce dan industri digital lainnya.
NDP tak sendiri. Badan Pengusahaan (BP) Batam juga memiliki Pusat Data dan Sistem Informasi (PDSI) di Gedung IT Centre di Batam Centre. PDSI kini menjadi solusi data centre bagi pemerintah, perbankan, dan berbagai pelaku usaha, yang bisnisnya begantung pada sistem daring (dalam jaringan).
“Dengan infrastruktur dan SDM yang mumpuni yang dimiliki Batam itu, maka sudah tepat Presiden Jokowi menjadikan Batam sebagai hub digital,” ujar Ammar Satria, sekretaris Asosiasi Digital Entrepreneur Indonesia (ADEI) Kepri, Sabtu (2/11/2019).
Lalu apa kaitannya Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan status itu? Ammar menilai koperasi dan UKM di Batam bisa memanfaatkan fasilitas itu. Status Batam sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (free trade zone/FTZ) memungkinkan semua jenis barang yang dibutuhkan masyarakat maupun industri masuk ke Batam tanpa dikenakan pajak, bea masuk, dan lainnya. Sehingga harganya jauh lebih murah, meski saat dijual keluar Batam tetap ada pajak namun tidak terlalu besar.
“Apa yang tak ada di Batam? Semua ada. Koperasi maupun UMKM bisa berbisnis apa saja. Tapi polanya diubah. Tinggalkan cara lama, saatnya digitalisasi usaha. Masuk ke bisnis e-commerce,” ujarnya.
Apalagi, kata Ammar, pada perjalananya, Batam kini ditetapkan sebagai Logistic Hub Digital e-commerce, buah dari ditetapkannya Batam sebagai digital hub oleh presiden tahun lalu.
Batam kini menjadi store atau tempat penyimpanan sekaligus tempat transit barang barang kebutuhan yang diperdagangkan secara daring (online) oleh berbagai pelaku usaha platform e-commerce, sebelum dikirim ke konsumen akhir di berbagai daerah di Indonesia, maupun ke luar negeri.
“Ini kan peluang besar. Pelaku usaha berbentuk koperasi dan UMKM bisa menangkap peluang emas ini. Sekarang pelaku usaha besar lewat jejaringnya sudah memanfaatkan ini,” ujarnya.
Peluang ini, kini semakin tebuka lebar karena Pemerintah Pusat melalui Kemenko Perekonomian meminta Badan Pengusahaan Batam meningkatkan status beberapa kawasan dari FTZ menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang insentifnya jauh lebih banyak dari FTZ. Bahkan, dua bulan lalu sudah ditetapkan tiga kawasan KEK di Batam, yakni Nongsa Digital Park, Bandara Hang Nadim, dan Kawasan Kabil yang punya pelabuhan laut.
Peningkatan status itu semakin membuka peluang bekembangnya berbagai jenis usaha, termasuk untuk pelaku usaha berbasis e-commerce. Bahkan, akan banyak insentif diberikan pelaku usaha e-commerce yang memanfaatkan status Batam itu.
“Industri atau tempat penyimpanan barang akan tumbuh di kawasan KEK itu secara terintegrasi untuk melayani para pelaku bisnis e-commerce, sebelum dikirim ke konsumen lewat jalur laut maupun udara. Ini kan peluang emas yang juga bisa diambil koperasi maupun UMKM,” ungkap Ammar.
Lukita Dinarsyah Tuwo, salah satu perancang FTZ maupun KEK Batam saat masih bekerja di Kemenko Perekonomian membenarkan dengan status FTZ menyeluruh dan KEK di beberapa kawasan di Batam, semakin membuka peluang dunia usaha berkembang. Mulai dari sektor usaha kecil, menengah, hingga besar.
Mantan kepala BP Batam ini juga membenarkan, kawasan bandara dan pelabuhan di Batam memang dirancang terintegrasi satu sama lain. BP bersama sejumlah investor akan membangun pusat-pusat penyimpanan logistik untuk para pelaku usaha e-commerce.
“Jadi, store barang-barang e-commerce itu di Batam, sebelum dikirim ke konsumen. Batam jadi logitic hub digital,” ujarnya di Batam.
Kenapa logistic hub itu di sekitar bandara dan pelabuhan? Lukita mengatakan cara ini untuk memudahkan pelaku usaha e-commerce mengirim barang ke konsumennya, baik melalui jalur udara maupun laut.
“Secara infrastruktur Batam sangat siap. Apalagi kita berbatasan langsung dengan Singapura yang merupakan hub logistik dunia. Nanti Batam bisa mengambil peran menjadi bagian dari hub logistik dunia, setelah pelabuhan kargonya dibenahi menjadi berstandar internasional. Bisnis e-commerce akan semakin berkembang,” ujarnya.
Penerus Lukita di BP Batam, Muhammad Rudi, yang juga Wali Kota Batam mengungkapkan, setelah dilantik 27 September 2019 lalu, di kantor Kemenko Perekonomian, sebagai kepala BP Batam yang baru, Rudi menargetkan empat bulan ke depan sudah ada wujud dari KEK di titik yang sudah ditetapkan, khususnya kawasan Bandara Hang Nadim dan sekitarnya, serta NDP.
Untuk mempercepat terwujudnya KEK dan usaha yang bisa dikembangkan di kawasan itu, Rudi menugaskan dua kedeputian di BP Batam untuk fokus ke arah itu. Yakni deputi yang membidangi KEK dan deputi yang membidangi pengusahaan.
“Nanti akan kami kembangkan KEK di beberapa titik lagi yang potensial. Akan banyak insentif yang bisa diberikan di KEK itu,” ujarnya.
Rudi juga mendorong masuknya investasi di bidang e-commerce dengan menjadikan Batam sebagai logistic hub digital. Ia menjanjikan berbagai kemudahan perizinan usaha, agar semua lini usaha di Batam, mulai dari yang kecil, menengah, hingga besar, bisa tumbuh dan berkembang. Sehingga kesejahteraan masyarakat bisa tercapai.
“Kami serius membenahi berbagai sektor agar dunia usaha di Batam semakin kondusif. Industri berkembang, bisnis berkembang, masyarakat bisa nyaman berusaha,” ujarnya.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Batam, Pebrialin, juga terus mendorong berbagai lini bisnis di Batam berkembang. Termasuk koperasi dan UMKM. Bahkan, ia juga mendorong koperasi yang jumlahnya hampir 1000 di Batam, bertransformasi dengan mendigitalisasi usahanya.
“Harus berani masuk ke bisnis e-commerce, supaya bisa bersaing di era Industri 4.0,” ujarnya, saat peluncuran aplikasi berbasis web komadku.com, milik Koperasi Persaudaraan Madani Batam di lantai IV kantor Pemko Batam, 27 Juli 2019 lalu, bertepatan Hari Koperasi.
Pebrialin mengatakan, Pemko Batam melalui koperasinya itu, memberi contoh pentingnya koperasi mendigitalisasi usaha dengan masuk ke platform e-commerce.
“Kita harus berani memulai, ini eranya industri e-commerce,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sesuai semangat Kementerian Koperasi yang ingin mereformasi total koperasi, digitalisasi usaha adalah salah satu jalan terbaik di era digital saat ini. Apalagi di Kota Batam dengan status FTZ dan beberapa kawasan akan berstatus KEK, maka peluang koperasi untuk tumbuh dengan bertransformasi ke bisnis berbasis e-commerce semakin besar.
Apalagi industri e-commerce saat ini juga ditopang dengan berkembangnya industri jasa pengiriman barang. Juga didukung dengan makin banyaknya layanan transaksi nontunai (e-money), sehingga sistem pembayaran semakin mudah, cepat, dan sederhana.
Sementara itu, ketua Koperasi Persaudaraan Madani Batam, Hari Cahyo, mengatakan, komadku.com menjadi wadah anggota koperasi untuk jual beli secara daring. Berbagai kebutuhan masyarakat dijual di sana. Mulai dari bahan makanan, elektronik, perabotan rumah tangga, dan lainnya.
Tak hanya anggota koperasi, ke depan masyarakat yang memiliki produk, termasuk kerajinan tangan, bisa bekerjasama membuka lapak di komadku.com.
“Kami juga ingin membantu pelaku usaha lokal,” ujarnya.
Namun Cahyo mengakui tahap awal komadku.com masih berbentuk web. Belum ada dalam bentuk aplikasi yang bisa diunduh di Playstore maupun di pengguna gawai berbasis iOs.
Ammar Satria, praktisi teknopreneur mengapresiasi langkah yang dilakukan Koperasi Persaudaraan Madani Batam yang berani terjun di bisnis berplatform e-commerce, meski masih berbasis web.
Ia menyarankan agar bekerjasama dengan developer atau pengembang aplikasi digital agar akses untuk transaksi bisa dilakukan dari semua jenis perangkat gawai yang ada. Baik berbasis adroid maupun iOs dan lainnya.
Ammar juga menyarankan semua koperasi di Batam yang jumlahnya hampir seribu, bisa meniru langkah Koperasi Persaudaraan Madani Batam yang berani terjun ke e-commerce. Jika koperasi memiliki kendala untuk membangun atau membeli aplikasi, maka itu bisa disiasati dengan berkerjasama dengan pengembang aplikasi e-commerce.
“Banyak kok di Batam pengembang aplikasi e-commerce,” ujarnya.
Namun, jika dianggap terlalu mahal, maka koperasi maupun UMKM bisa bekerjasama dengan pelaku bisnis e-commerce yang telah eksis.
“Bisa bekerjasama dengan shopee, bukalapak, tokopedia, dan palatfom e-commerce yang telah eksis lainnya,” ujarnya.
Apalagi, badan hukum koperasi kini tak sesulit dulu mengurusnya. Sebab Kementerian Koperasi dan UKM sudah menjalin kerjasama dengan lebih dari 17 ribu notaris di seluruh wilayah tanah air untuk mempermudah pengurusan badan hukum koperasi.
Bahkan, pengurusannya kini bisa dilakukan secara daring, sesuai amanah Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pengesahan Koperasi.
Dengan badan hukum yang jelas, semakin memudahkan koperasi untuk bekerjasama dengan perusahaan e-commerce yang telah ada. Bahkan, koperasi juga bisa memanfaatkan beragam platform media sosial (medsos). Mulai dari Facebook, twitter, instagram, youtube, dan paltform medsos lainnya.
“Sekarang orang jualan bisa live di Facebook. Tinggal kemauan dari pengurus dan anggota koperasi mau atau tidak mereformasi diri secara total,” ujarnya.
Soal permodalan, koperasi yang sudah berbadan hukum tidak akan sulit mengakses permodalan. Baik permodalan yang bersumber dari perbankan maupun sumber permodalan lainnya yang legal.
“Kalau tidak sekarang, kapan lagi koperasi bisa terjun ke e-commerce. Batam bisa menjadi percontohan jika koperasi benar-benar dikelola dan dibina serius untuk terjun di e-commerce,” ujarnya.
Ammar menyebutkan, data yang dikumpulkan ADEI Kepri dari Bank Indonesia, di tahun 2019 ini, jumlah transaksi e-commerce per bulannya mencapai Rp 11 triliun hingga Rp 13 triliun. Nilai transaksi ini akan terus meningkat. BI memperkirakan akan menembus Rp 910 triliun pada 2022. Bisa meningkat delapan kali lipat dibandingkan 2017 yang nilainya hanya Rp 112 triliun.
Lisya Anggraini, Direktur Al Ahmadi Entrepreneurship Center (binaan Ciputra Entrepreneur University awal pendirian, red) juga meyakini masa depan koperasi terang benderang jika berani meninggalkan pola-pola lama dalam berbisnis.
Ia mendukung koperasi maupun UMKM berani mendigitalisasi usaha dengan masuk ke bisnis e-commerce. Minimal, produk atau barang yang dijual oleh koperasi bisa ditemukan di semua platform e-commerce yang telah eksis. Syukur-syukur bisa memiliki platfrom e-commerce sendiri yang ramah dengan semua platform digital.
“UMKM binaan kami, baik itu berbentuk koperasi atau badan usaha lain, juga kami arahkan untuk masuk ke e-commerce. Ini eranya digitalisasi usaha, jika ingin bersaing di era Industri 4.0,” ujarnya.
Sementara itu, Kabid Pemberdayaan dan Perlindungan Koperasi Kota Batam, Efriadi menyebutkan ada 989 koperasi yang terdaftar. Namun 147 di antaranya akan dibubarkan karena tidak aktif lagi.
Pihaknya juga mendukung koperasi-koperasi yang ada di Batam untuk mendigitalisasi usaha. Paling tidak bisa terjun bekerjasama dengan berbagai paltform e-commerce yang telah eksis, agar usaha yang dijalani berkembang.
“Supaya bisa mensejahterakan anggotanya,” ujarnya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar